Selasa, 15 Januari 2008

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masa muda adalah masa dimana menemukan jati diri dan menetapkan sebuah focus hidup yang lahir dari keinginan dan kehendak diri sendiri, yang nantinya akan diperjuangkan dalam kehidupan. Generasi muda adalah harapan masa depan gereja dan bangsa. Setiap pemuda juga secara pribadi menetapkan harapan-harapan masa depan hari ini, karena sebuah harapan seperti yang dikatakan dalam (Amsal 13:12a), yang berbunyi “ harapan yang tertunda menyedihkan hati.” Dimanakah menggantungkan pengharapan Saudara bagi kehidupan pada masa yang akan datang? Apakah menggantungkan pada uang, harta benda, kesenangan atau iptek atau otak semata-mata?

Kondisi ril kehidupan anak, remaja dan pemuda pada umumnya dan khususnya Kingmi di Tanah Papua, kebanyakan anak, remaja/pemuda terlihat hampir atau telah kehilangan identitas diri, pengharapan dan tidak jelas focus hidupnya.
Hal ini disebabkan oleh kebanyak generasi muda hidup dalam berbagai perbuatan jahat: menjadi penjual macam-macam obat terlarang dan barang-barang curian, menjual diri sendiri, terlibat dalam minum-minuman keras, hidup dalam hawa nafsu percabulan, suka menonton film/CD porno, hidup menganggur, gelandangan, mengidap berbagai macam penyakit seperti: TBC, HIV/AIDS, miskin karena tidak mempunyai ayah/ibu, putus sekolah dan tidak mempunyai kerja serta malas untuk bekerja.
Akibatnya: kebanyak generasi muda suka hadir dilingkaran-lingkaran jalan di kota-kota dan terminal-terminal di banding di persekutuan-persekutuan pemuda, tidak betah tinggal di rumah karena ayah/ibu tidak memberikan teladan yang baik sebagai orang Kristen, pelayanan gereja lebih khusus persekukuan pemuda tidak mampu memenuhi kebuhan mereka.
Generasi muda ini kehilangan harapan hidup masa depan karena mereka sedang dibelenggu oleh roh alcohol, roh percabulan, roh penjudian, roh narkoba, roh kemiskinan, roh roh ketakutan dan roh dusta dan roh jahat lainya (2Tim 3:1-4).
Selain itu gambar diri orang Papua khususnya generasi muda di tekan oleh stigma: orang bodoh/tidak mampu, orang ketinggalan jaman, OPM, separatis dll.

Dalam kondisi seperti ini perlu ada seseorang figur pemimpin baru. Doug Stringer, ( 1994:ix) mengatakan “ketidakhadiran pemimpin yang saleh dan ketidakinginan untuk memegang Tuhan sebagai pemimpin kita yang benar dan Bapa surgawi, telah membuat seluruh generasi menjadi tak berayah, serta menjadikan mereka menghadapi krisis jati diri yang serius.”
Dari pendapat ini, kita mengambil kesimpulan bahwa:
(1). Perlu adanya pemimpin-pemimpin yang saleh, takut Tuhan dan pemimpin teladan sebagai figur untuk memimpin generasi muda;
(2). Menjadikan Tuhan sebagai Bapa bagi generasi muda dan masing-masing pemuda memanggil Allah sebagai ayahnya.

B. POKOK PEMBELAJARAN

Setelah kita mengamati berbagai latar belakang masalah secara komprehenship, yaitu masalah-masalah yang terjadi di kalangan generasi muda pada bagian pertama maka berikut ini, kita akan menetapkan pokok persoalan yang kita akan gumuli bersama pelayanan kaum muda Kingmi Papua pada masa yang akan datang:

“Bagaimana mengatur strategi untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi kalangan generasi muda Kingmi di Tanah Papua?

C. TUJUAN

Tujuan pembelajaran yang harus dicapai adalah:
1. Supaya memahami kehidupan generasi muda Kingmi Papua di jemaat lokalnya masing-masing
2. Supaya mengatur strategi pola pembinaan yang relevan dengan kebutuhan dan kontekas kehidupan generasi muda pada masa kini di Tanah Papua
3. Supaya melalui seminar ini dapat menetapkan waktu pelatihan bagi calon-calon pemimpin generasi muda Kingmi Papua.

D. PENJELASAN ISTILAH

1. Pembentukan Pemimpin

Yang dimaksud dengan pembentukan Pemimpin adalah pengembangan diri seseorang menjadi pemimpin untuk memimpin suatu kelompok atau organisasi.
2. Menjadi Pemimpin
Pemimpin yang diharapkan untuk memimpin kelompok generasi muda adalah pemimpin yang telah lahir baru dan dipenuhi oleh Roh Kudus, untuk mempengaruhi orang lain dan melayani orang lain dalam kuasa Roh bagi pencapaian visi dan tujuan organisasi pemuda.

3. Generasi Muda Kingmi

Generasi muda adalah generasi penerus dan tulang punggung gereja. Dalam struktur organisasi Gereja, pemuda tingkat Sinode disebut “Departemen AMKI”. Ini merupakan sebuah wadah pembinaan generasi muda.

4. Di Tanah Papua

Teladan kepemimpin Yesus , prinsip-prinsip kepemimpinan yang telah diterapkan di jaman Alkitab dapat diterapkan di dalam kontekas kepemimpian organiasi Pemuda Kingmi di Tanah Papua sebagai dasar kepemimpinan. Teknik, gaya dan strategi kepemimpinan dapat disesusikan dengan konteks di Papua.


E. PEMAHAMAN TENTANG KEPEMIMPINAN

KEPEMIMPINAN ADALAH PENGARUH, TIDAK LEBIH DAN TIDAK KURANG
(John Maxwell)
Kepemimpinan menghasilkan teladan, dalam hal positif atau juga negatif. Adolf Hitler adalah pemimpin hebat. Dia mempunyai cita-cita yang besar dan konsep pemerintahan yang dahsyat. Dia mampu menghimpun pemimpin-pemimpin hebat lainnya untuk menggenapi impian dan visinya. Namun kerena Adolf Hitler adalah seorang diktator bengis dan rasis, semua susunan stafnya memiliki sikap dan tindakan yang tidak kalah kejam sepertinya. Itulah kepemimpinan, suatu pengaruh baik ke arah positif maupun negatif.
Demikian juga dalam keluarga. Seorang pria sebagai pemimpin keluarga setiap harinya tengah mempertontonkan suatu tindakan dan sikap yang kelak akan mempengaruhi keluarganya. Setiap perkataan, tindakan, cara berpikir, cara menangani masalah akan menjadi suatu tayangan “reality show”. Istri yang menjadi pasangan akan terus belajar merespon apa yang diperbuat suami setiap harinya. Sementara anak-anak akan terus belajar dari apa yang bisa ditangkap benak dan pancaindranya sejak ia lahir hingga dewasa.
Seperti halnya tayangan horor akan menyimpan memori menakutkan, seperti itulah pertunjukan teladan. Hasil dituai sesuai apa yang ditabur. Ada banyak hal yang membuat pikiran kita menjadi kotor, terutama melalui panca indra kita. Pikiran yang kotor membuat mata hati seorang pria menjadi gelap. Saat pikiran dan mata hati gelap, hanya tindakan salahlah yang akan dilakukan seorang manusia. Tindakan buruk akan menjadi tayangan berdampak buruk dan ini bukanlah tayangan yang diharapkan. Sayangnya memori terhadap tayangan jelek akan diteruskan juga oleh satu individu pria pada banyak keturunannya.
Sebuah tayangan indah haruslah mempunyai skenario yang bagus dan dibuat melalui seni, pemahaman pikiran jernih. Demikian juga dengan tayangan cantik yang dipertunjukkan seorang pria akan membekas di benak anak istrinya dan dapat menjadi model yang bisa dilakukan anaknya ketika dewasa kelak. Tapi bagaimana mencipta pertunjukan yang berdampak kuat, indah dan berpengaruh serta membangkitkan kehormatan orang, itulah yang menjadi tugas seorang pria.
Pertama, Seorang Pria Mampu Menuntun. Tuntunan adalah salah satu bentuk tayangan. Untuk ini seorang pria membutuhkan hikmat sesuai dengan tingkat kedewasaan orang yang kita tuntun. Jika seorang pria menuntun putranya, ada teladan yang baik tentang bagaimana ia menuntun putranya. Ini adalah prinsip mengikat tali sepatu

Seorang pria melakukan, putranya melihat.
Seorang pria melakukan, putranya membantu.
Putranya melakukan, seorang pria membantu.
Putranya melakukan, seorang pria melihat.
Untuk semua ini diperlukan kesabaran dan investasi yang mahal. Investasi mahal dapat berupa telinga yang siap mendengar dan juga waktu. Disaat seorang pria masih bersama dengan putranya, adalah waktu yang tepat untuk menanamkan investasi waktu yang mahal itu.
Kedua, Seorang Pria Menata Emosi Anaknya. Banyak putra terluka oleh seorang yang seharusnya menjadi teladan hidupnya. Pria seperti ini tidak mampu memberikan kematangan emosional yang baik bagi anaknya. Mereka acapkali menumpahkan emosi negatif (kemarahan, perkataan negatif dan tindakan tidak mendidik pada anaknya). Penelitian menyebutkan bahwa 95 persen narapidana yang menjalani hukuman mati ternyata menyimpan luka hati dan kemarahan pada ayah yang tidak memberi teladan bagi si anak. Ada banyak contoh kasus yang menyatakan korelasi nyata antara kelabilan seorang pria yang akhirnya berdampak negatif terhadap kehidupan seorang anak.
Ketiga, Seorang Pria Menjaga Anaknya. Seorang pria menjaga langkah penerusnya. Seorang pria yang menerapkan nilai-nilai dalam hidupnya, langkah anaknya akan turut terjaga. Kisah nyata dunia hewan ini bahkan menunjukkan teladan orang tua :
Di satu kawasan suaka alam Afrika, penjaga taman nasional dikejutkan dengan penemuan sejumlah badak yang mati akibat serangan. Dipastikan kematian badak bukan karena ulah manusia karena cula badak tidak tercuri. Setelah melalui pengamatan ditemukan penyebabnya : badak-badak mati oleh serangan sejumlah kawanan gajah berusia muda. Kawanan gajah muda ini tidak mempunyai pemimpin gajah dewasa karena sebelumnya telah terjadi serangkaian penembakan terhadap gajah dewasa untuk tujuan diambil gadingnya.
Seekor gajah saja tingkahnya bisa dikendalikan oleh teladan binatang dewasa, apalagi pada suatu keluarga. Seorang pria kini harus mempunyai tanggung jawab untuk menjaga pergaulan dan juga apa yang dinikmati anaknya (televisi, radio, bacaan serta internet).
Keempat, Seorang Pria Harus Mengatur Hidup Anaknya. Memberi aturan menjadi tayangan yang juga termaterai dalam pikiran anak-anaknya. Setiap tindakan anaknya harus berdasar etika dan norma sehat yang dibangun melalui hubungan dua arah. Perkembangan jaman memang mengubah banyak hal termasuk penyampaian peraturan pada anak saat ini harus melalui cara yang lebih komunikatif.
Saat seorang pria mampu menuntun, menata emosi, menjaga dan juga mengatur anak-anaknya, pria tersebut sedang menayangkan film yang tidak sekedar tersimpan dalam memori anaknya. Pria tersebut secara tidak disadari sedang :

Mengubah anaknya melalui keteladanan. Pria ini sedang menjadi contoh cara berpikir dan cara bertindak anak-anaknya kelak.
Menjadi model dan standar nilai bertingkah laku anak-anaknya, terutama secara spiritual.
Meninggalkan warisan nilai, nama baik, karya hidup dalam pekerjaan dan pelayanan serta iman kepada Tuhan.

Saat pria mampu memberikan pengaruh positif pada hidup anak-anaknya maka kepemimpinan terjadi. Pria pemimpin adalah pria pemberi pengaruh, tidak lebih dan tidak kurang.

Bab I.
TELADAN KEPEMIMPINAN YESUS
SEPULUH TELADAN YESUS SEBAGAI PEMIMPIN (Chriswan Sungkono) Mental seorang pemimpin diperlukan oleh siapapun yang ingin mulai meniti tangga kesuksesan. Untuk itu orang biasanya mencari teladan atau idola, yaitu para pemimpin yang dapat ditiru kiat-kiatnya dan dipelajari mentalitasnya. Bagi orang Kristen, kepemimpinan dimulai dari meneladani karakter dan mental pemimpin dari tokoh terpenting dari kekristenan, yaitu Kristus. Kristus adalah seorang pemimpin yang hebat, kalau tidak bisa disebut yang paling menakjubkan. Selama masa hidup-Nya di bumi, Kristus telah memulai tiga tahun pelayanan-Nya menjadi sesuatu yang saat ini telah menjadi sebuah gerakan mendunia yang mengubah sejarah. Saat ini lebih banyak orang yang mengikuti Dia daripada pemimpin-pemimpin lainnya yang pernah dan masih hidup di dunia. Sebagai teladan, Yesus telah memberikan berbagai prinsip yang penting dalam membentuk seorang pemimpin, dan lewat hidup-Nya terkuaklah contoh-contoh nyata yang dapat kita tiru dan terapkan dalam hidup kita. Apa saja yang Yesus ajarkan dan praktikkan? Dr. Tim Elmore menjabarkan hal tersebut dalam www.growingleaders.com: Bagi Yesus, pemimpin = pelayan Di acara-Nya yang terakhir bersama seluruh murid, yaitu Perjamuan Terakhir, Yesus membasuh kaki para murid, termasuk Yudas yang nantinya akan berkhianat. Yesus mengetahui posisi-Nya sebagai pemimpin, tetapi tidak melupakan panggilan-Nya untuk melayani. Ia patuh dan setia pada tujuan pelayanan-Nya. Ia mengetahui masa depan dan Ia bersedia menerimanya. (Referensi: Markus 8:35; Matius 20:25; Matius 23:11) Tujuan-Nya harus menjadi prioritas utama hidup Dalam banyak hal, seluruh hidup dan pelayanan Yesus adalah tentang memprioritaskan hidup dan menjalani setiap prioritas itu. Ketika Ia bicara, "Biarkan yang mati menguburkan yang mati," Yesus bicara tentang perlunya berkonsentrasi pada tujuan kita yang paling penting dan tidak mengalihkan perhatian kita pada situasi darurat sekalipun (Matius 8:22). Ketika Lazarus meninggal, Yesus tetap fokus pada apa yang sedang Ia kerjakan, dan tidak pergi mengunjungi Lazarus sampai dua hari kemudian. Yesus berjalan dalam misi-Nya. Ini artinya, kepemimpinan kita harus digerakkan bukan oleh keinginan orang-orang di sekitar, melainkan oleh tujuan hidup kita. (Referensi: Lukas 19:10; Matius 6:33) Pimpinlah diri sendiri sebelum memimpin orang lain Ajaran Yesus adalah: jadilah dulu sesuatu sebelum melakukannya pada orang lain. Tanpa banyak bicara, Yesus menyembuhkan orang buta, orang kusta, orang pincang, orang tuli; Ia membiarkan setiap karya-Nya berbicara untuk diri-Nya. Ia tahu bahwa orang-orang akan meniru apa yang mereka telah lihat, tapi belum tentu apa yang mereka dengar. (Referensi: Lukas 7:22; Yohanes 14:11) Perubahan datang dari hubungan, bukan dari posisi Yesus mengerti benar pentingnya membangun hubungan. Ia tidak mendirikan tahta di tengah kota dan berkata, "Inilah istana-Ku. Inilah satu-satunya tempat di mana kalian bisa melihat Aku." Sebaliknya, Ia malah pergi ke pasar, ke pelabuhan, ke berbagai sinagoge dan memulai pelayanan-Nya dari sana. Ia bahkan mengunjungi rumah orang-orang biasa. Jadi Ia pergi ke berbagai tempat dan membangun hubungan yang baik dengan setiap orang yang Ia kunjungi, tanpa memedulikan posisinya. (Referensi: Yohanes 4:5-30; 8:1-11) Pemimpin harus mampu mengisi dirinya sendiri Hidup itu keras dan berat. Semakin kita sukses dan semakin banyak orang yang kita pimpin, semakin banyak hal yang mereka inginkan dari kita. Kita harus mampu memperlengkapi diri dengan berbagai hal yang mereka minta. Beberapa kali Yesus pergi menyendiri dan mencari tempat untuk melakukan introspeksi dan berdiam diri. Dengan cara itu Ia berbicara dengan Bapa-Nya dan mendapatkan lagi asupan `bahan bakar` untuk memperlengkapi diri-Nya menghadapi berbagai tantangan ke depan. (Referensi: Markus 3:7-10; Lukas 4:42-43) Pemimpin harus membuat pengikutnya berani mengambil komitmen Yesus memiliki produk yang paling dahsyat yang pernah ada, yaitu: KESELAMATAN. Ia menawarkan kesempatan pada manusia untuk memiliki hubungan baik dengan Tuhan. Ia berbicara tentang surga dan malaikat, kegembiraan dan kedamaian, dan istana yang megah. Tapi Ia tak pernah sekalipun memberikan gambaran yang terdistorsi. Ia memberi peringatan pada pengikut-Nya bahwa nanti akan terjadi penyiksaan dan kesulitan hidup pada diri mereka. Namun Yesus tidak pernah lupa mempersiapkan para pengikut-Nya untuk saat-saat berat seperti itu. (Referensi: Yohanes 6:53; Matius 16:24) Pemimpin memberi rasa aman dan kekuatan saat menangani persoalan yang berat Yesus memberikan contoh nyata pada para pengikut-Nya, bagaimana menangani persoalan-persoalan yang berat: Ia bangun pagi-pagi sekali dan berdoa meminta panduan dari Bapa-Nya. Ia tetap tenang dan terkendali selama mengalami saat-saat yang sulit. Yesus tidak mencari masalah dengan para musuh-Nya, tapi Ia tidak pernah menunda untuk memberi teguran atas setiap kesalahan, tapi juga memberikan contoh bagaimana seharusnya bertindak. Dan yang terpenting, Yesus berhasil, dengan segala kekuatan-Nya, menyelesaikan pelayanan yang telah Ia mulai. (Referensi: Lukas 20:20-26; Matius 22:23-46) Pemimpin yang hebat memimpin di tingkatan yang lebih tinggi Yesus memimpin di tingkatan yang lebih tinggi daripada yang lainnya, dan ia meminta para pengikut-Nya membuat komitmen yang tingkatannya juga lebih tinggi dari biasanya. Yesus telah menunjukkan pola kepemimpinan yang tidak cukup dengan segala hal yang biasa-biasa saja. Pemimpin tidak boleh hanya lewat begitu saja, atau mengolah apa yang sudah ada. Yesus tahu bahwa kredibilitas seorang pemimpin muncul dari kemampuannya menyelesaikan masalah. Ia memimpin orang- orang menuju suatu hidup baru yang tidak mungkin pernah dicapai lewat usaha manusia saja. (Referensi: Yohanes 16:33; Matius 16:24) Pemimpin memilih dan mengembangkan anak buahnya yang inti Setiap pemimpin yang efektif tahu satu hal: sukses diperoleh lewat orang-orang terdekatnya. Pemimpin yang efektif tidak menyerahkan masalah yang satu ini kepada keberuntungan saja. Menjadi seorang pemimpin berarti memilih siapa saja yang akan menjadi bagian dari timnya, sekaligus memberikan perhatian yang intens kepada mereka yang akan memainkan peran-peran penting dalam tim itu. Yesus tidak pernah mengambil keputusan dengan cara voting; Ia selalu memikirkan setiap pilihan yang akan diambil-Nya dengan matang terlebih dulu. Ia bahkan berdoa sepanjang malam sebelum Ia memilih keduabelas rasul. Secara konsisten, Yesus menantang orang-orang untuk mengambil langkah-langkah komitmen yang lebih dalam untuk memberitakan Kerajaan-Nya. Yesus memiliki prinsip dalam membentuk tim. Prinsip ini melibatkan seleksi yang serius, komunikasi yang intens, pemberian tanggung jawab, pengawasan yang ketat, dan keteladanan yang harus ditiru dan dilaksanakan oleh setiap anggota tim-Nya. (Referensi: Lukas 10:1; Matius 10:1) Tidak ada sukses jika tidak ada penerus Bahkan di masa awal pelayanan-Nya, Yesus memberitahukan para pengikut-Nya bahwa Ia hanya akan berada bersama-sama mereka untuk waktu yang sangat singkat. Dari waktu ke waktu mereka sering mempermasalahkan masa pelayanan-Nya yang terbatas itu. Ia menjelaskan namun juga tetap meyakinkan mereka bahwa kepergian-Nya nanti bukan sesuatu yang salah. Dari sejak awal, Yesus telah mempersiapkan mereka untuk tetap hidup meskipun Ia telah pergi ke surga. Ia memberi teladan untuk selalu mengandalkan Roh Kudus dan terus mempengaruhi sesama. Tongkat estafet harus diteruskan ke pelari berikutnya, bukan dibawa pulang. (Referensi: Matius 28:18-20; Yohanes 20:21-22) Tidak sulit bukan, menjadi seorang pemimpin itu? Yang paling berat biasanya adalah saat memulainya. Tapi setelah itu, dengan disiplin dan niat yang kuat, jejak-jejak kepemimpinan Kristus bisa segera Anda terapkan. Mulailah dari sekarang! Sumber diedit dari: Judul Majalah: getLife! Edisi 09/2005 , Chriswan Sungkono : Yayasan Pelita Indonesia
Halaman : 71-73

Yesus memimpin Sebagai Manajer

Dalam kepemimpinan Yesus telah diterapkan fungsi-fungsi manajemen, antara lain:
a. Menentukan Keperluan. Yesus seorang pemimpin yang telah memahami kebutuhan dasar manusia. Seluruh dunia ada dibawah kuasa jahat" (I Yohanes 5:19). Dunia harus diselamatkan atau dibebaskan dari belenggu si jahat dan diberi hidup yang baru setelah manusia mengalami perubahan hidup. Kepemimpinan dapat dimulai ketika suatu keperluan ditentukan.
b. Mengartikan Tujuan. "Kristus Yesus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa". (I Timotus 1:15). Keselamatan bagi manusia adalah tujuan Yesus, dimana Yesus merendahkan diri-Nya menjadi hamba, dan menjadi seperti manusia bahkan sampai mati di salib.
c. Menetapkan Sasaran. Tujuan Yesus adalah menyembuhkan seluruh dunia. Pelayanan Yesus berorientasi pada kaum miskin, kaum yang buta, kaum yang terbelenggu, dan kaum yang tertidas.
Tugas-tugas pertamaNya bagi ke dua belas muridNya meliputi perjalanan khotbah pada bangsa Israel (Matius 10:6) yang berkembang dari Yerusalem ke Yudea, samaria, dan kemudian kebagian terpencil dari dunia ini (Kisah Para Rasul 1:8).
d. Mengawali Tindakan. Masalah-masalah perlu diselesaikan; kebutuhan-kebutuhan harus dikoreksi. Tidak satupun dari semua ini terjadi tanpa tindakan. untuk memenangkan peperangan bagi kemanusiaan, Kristus harus pindah dari posisiNya yang aman dan memulai parjuanganNya. Yesus mananggalkan reputasiNya yang mulia sebagai Allah, menjadi seorang hamba, mendandani diriNya dengan kemanusiaan, merendahkan diriNya, dan mati (Philipi 2:6-8). Masalah-masalah menuntut tindakan para pemimpin, ketika dihadapkan dengan masalah-masalah, biasanya akan mengenali masalah masalah itu, mencari suatu kebijakan baru, atau merubah konstitusi. Tidak satupun dari semua ini akan membetulkan masalah tanpa adanya tindakan dan kebanyakan masalah dapat diperbaiki hanya dengan tindakan.
e. Mengembangkan Organisasi. Yesus Kristus menghabiskan satu tahun untuk mengorganisasikan stafNya. Markus menceritakan bahwa keputusan terakhir dibuat terlepas dari kerumunan-kerumunan orang, setelah berdoa banyak, oleh Yesus sendiri. Dari ke dua belas muridNya, tidak seorangpun menolak undanganNya (Markus 3:13-19). Yesus sudah dengan cermat mengamati sebagian besar dari murid-murid-Nya hampir selama dua belas bulan tanpa ada pergantian dari seorang pun, hanya satu yang membelot.
f. Membangun Komunikasi. Dalam kepemimpinan, Yesus mengembangkan open manajemen (manajemen terbuka), tidak ada agenda-agenda yang tersembunyi bagi murid-Nya. Seluruh rencana Allah bagi dunia pada umumnya dan rencana pelayanan Yesus di bumi selalu disampaikan kepada murid-murid-Nya.Robert A.Orr[1] katakana:
Tidak ada rahasia antara Yesus dan murid-muridNya. Ia menceritakan segala sesuatu pada mereka -- Mengapa Ia datang, Apa yang Ia rencanakan untuk dicapai, berapa lama Ia berharap untuk tinggal, bagaimana dan kapan Ia akan mati, dan bagaimana Ia merasakan hal itu. Ia menceritakan pada mereka bahwa Ia datang untuk mati -­tapi juga untuk bangkit kembali. Ia menantang mereka untuk memberikan komitmen penuh. Ia mengajarkan mereka tentang prioritas -prioritas kekal. Ia mengingatkan mereka akan perlunya kesetiaan yang sempurna (Lukas 9:22-27) dan tidak menjajnjikan apa-apa kecuali kesusahan dalam hidup ini (Yohanes 16:33) dan tidak ada imbalan-imbalan yang berarti sampai setelah kematian (Lukas 18:29-30).

g. Mengartikan Tugas-Tugas .Dalam (Matius 10), Yesus mengutus ke dua belas murid-Nya untuk perjalanan khotbah pertama sebelum diutus, Yesus mendaftarkan dua puluh delapan perintah yang khusus dan padat diskripsi kerja yang diperluas atau analisa-analisa tugas. Yesus memberikan perintah yang tepat, menguraikan isi pemberitaan para murid. Model kepemimpinan selalu mengartikan tugas-tugas dan cermat menjelaskan apa yang diharapkannya dan apa yang menjadi tanggung jawab orang lain.
h. Mendelegasikan Tanggung jawab. Delegasi berarti bahwa pemimpin memilih seorang wakil yang cakap, memberi tugas, menerangkannya secara keseluruhannya, menunjukkan padanya bagaimana melaksanakan tugas itu, mempercayai orang lain untuk melakukan apa yang ditugaskan padanya, dan kemudian memberi kuasa untuk mewakilkannya dalam lingkup tanggung jawab itu, (mempertanggungjawabkan kembali tugas yang sudah dilakukan dengan baik). Sedikit yang mendelegasikan kuasa dalam masalah-masalah penting. Seorang pemimpin dapat mendelegasikan sebanyak masalah-masalah penting karena hal ini menciptakan suasana dimana orang-orang bertumbuh. Yesus mendelegasikan tugas penting berkotbah dan memberi kuasa untuk mewakili-Nya dalam lingkup utama tindakan pelayanan rohani.
i. Mengantisipasi Masalah-masalah. Yesus menjelaskan dalam (Matius 10:16) bahwa walaupun ada kehebatan rencana, efisiensi organisasi dan keseluruhan perintahNya, masih akan ada masalah-masalah. Dalam ( Matius 10:17-22 ) Yesus menguraikan lebih dahulu beberapa dari masalah-masalah itu. Ia berkata,' "Hati­-hatilah ••• engkau akan ditangkap. Engkau akan dianiaya. Engkau akan dibenci •••• " Masalah-masalah adalah situasi-situasi'atau pengalaman-pengalaman yang menghalangi bagi pelayan untuk mencapai sasaran-sasaran pelayanan itu. Setan akan selalu amat teratur, dengan rencana cerdiknya yang diartikan dengan jelas, beserta sejumlah besar roh-roh jahat yang telah dilatih dengan baik untuk menghambat jalannya pemecahan masalah. Seorang pemimpin sejati memahami masalah-masalah, menganalisa masalah, dan menyelesaikan masalah-masalah itu dengan penuh kejelihan atau kepekaan dari urapan Roh Kudus.
j. Memberi Motivasi. Semua anggota dalam organisasi dipanggil untuk bekerja bersama-sama untuk mewujudkan tujuan tertentu, dalam ( Markus 10:29-30) "Barang siapa yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumah atau saudara-saudaranya laki-laki atau saudara­saudaranya yang perempuan, ayah ibunya atau anak-anaknya dan ladangnya, ia akan menerima sekarang pada masa ini juga seratus kali lipat, rumah, saudara laki­laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, disertai berbagai penganiyaan dan pada zaman yang akan datang menerima hidup yang kekal." Kompensasi menjadi motivasi bagi para pekerja. Perasaan-perasaan akan keberhasilan dan pujian-pujian yang tetap karena pekerjaan yang telah dikerjakan dengan baik pada saat sedang diakui sebagai alat-alat pemotivasi yang paling kuat.

k. Berorientasi pada Manusia. Yesus selalu berorientasi kepada manusia. Sering Yesus mendaki gunung keatas Yerusalem dan menangisi, "Oh, Yerusalem, Yerusalem •••• betapa sering Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti seekor induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayap-sayapnya, tapi engkau tidak mau" (Matius 23:37). Bagi Yesus orang-orang adalah yang pertama, terakhir dan selalu.
l. Memelihara Pengawasan Secara Tetap. Bagian kepemimpinan yang paling terabaikan ini adalah yang paling sukar digunakan. Alat ini adalah pengawasan. Jika seseorang pemimpin merencanakan untuk mencapai sasaran-sasaran kerjanya, maka harus terus menerus mengecek kemajuan pekerjaan itu. "Dan ketahuilah, Aku menyertaimu senantiasa, bahkan sampai kepada akhir zaman" (Matius 23:37). Raja Gereja, Kepala Tubuh, Pejabat Eksekutif dari Konglomerat Rohani belum melepaskan peranan kepemimpinan-Nya semata-mata karena Ia merubah alamat-alamat. Ia masih mengawasi, dan Ia tetap mengawasi melalui pejabat Eksekutif-Nya, yaitu Roh Kudus.
Kepemimpinan, menejemen, dan organisasi semua dirancangkan Allah. prinsip-prinsip urutan dan rancangan berasal dari Allah dan dipertunjukkan olen Kristus. Semua ini adalah pola bagi kepemimpinan yang berhasil. Kerja-kerja terbaik dapat diserahkan oleh siapa saja yang memutuskan untuk mempelajarinya dan berkeinginan untuk memakainya. Para pemimpin tidak akan pernah menjadi Model Pemimpin, tetapi semua pemimpin dapat memakai model prinsip-prinsip yang tidak hanya akan memberbaiki cara kerjanya saja tetapi juga memampukan para pemimpin untuk menyerahkan kerja-kerja terbaik.

.

Bab II.
PEMBENTUKAN PEMIMPIN MENJADI PEMIMPIN GENERASI MUDA

Allah ingin melakukan perkara yang besar dalam hidup anda lebih besar dari pada yang anda bayangkan (Joyce Meyer).

Pernyataan ini benar, seperti yang dikatakan dalam buku tertua dan yang terlaris di dunia dalam (Kejadian 1:26), “Baiklah Kita menjadikan menusia, menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa…” Laki-laki dan perempuan keduanya diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” Allah. Berdasarkan gambar ini, mereka dapat menanggapi dan bersekutu dengan Allah dan secara unik mencerminkan kasih, kemuliaan dan kekudusan-Nya. Manusia memiliki keserupaan moral dengan Allah, karena mereka tidak berdosa dan kudus, memiliki hikmat, hati yang mengasihi dan kehendak untuk melakukan yang benar (Efesus 4:24).
Adam dan Hawa memiliki keserupaan alamiah dengan Allah. Mereka diciptakan sebagai makhluk yang berkepribadian, yaitu terdiri dari roh, jiwa/pikiran, perasaan, kehendak dan tubuh/jasmaniah. Ketika Allah menghembuskan nafas-Nya ke dalam gambar manusia maka manusia itu menjadi makhluk yang hidup, pada saat itulah Allah menetapkan potensi diri bagi manusia. Dalam keperibadian manusia itu ada potensi untuk dikembangkan dan didayagunakan dalam hidup bagi dirinya sendiri atau untuk orang lain.


A. MENGEMBANGKAN POTENSI ANDA

Tugas utama kita adalah: Mengembangkan Potensi

Pengembangan potensi pribadibadi merupakan pekerjaan utama tiap-tiap orang

Kita semua memiliki potensi, tetapi kita tidak akan pernah melihat potenasi tersebut terwujud sebelum kita beriman kepada Allah dan yakin bahwa kita dapat melakukan apa saja yang Ia katakan bisa kita lakukan di dalam firman-Nya. Kecuali kita mengambil kesempatan dan melangkah dengan iman bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, Allah tidak dapat melakukan pekerjaan yang ingin Ia lakukan dalam diri kita untuk mengembangkan potensi kita.

Jika tidak seorangpun di dunia ini yang percaya kepada anda,
Allah tetap percaya anda. Dengan keyakinan ini,
anda sanggup melakukan apa saja yang Ia ingi anda lakukan.

Kita harus bersepakat dengan Tuhan: “Yesus berkata, jika dua orang bersepakat didunia ini tentang apa saja, maka hal itu akan dikerjakan oleh Bapa-Nya di surga.
Bentuklah Potensi Anda

Allah tidak akan membiarkan anda menghabiskan hidup anda dengan melakukan seuatu yang tidak anda suka.

Anda orang yang diurapi untuk mengerjakan segala hal yang harus diselesaikan. Pemimpin yang cerdas tahu apa yang bisa ia lakukan dan apa yang tidak bisa ia lakukan dan ia memilih orang-orang di sekitarnya yang bisa mengerjakan dengan baik apa yang tidak bisa ia kerjakan.

Kembangkan Benih Anda

Allah telah menaruh benih-benih dalam diri anda. Yesus yang ada di dalam diri anda sebagai benih harus bertumbuh di dalam diri anda. Firmannya harus bertumbuh dan berbuah-buah dalam diri anda bagi orang lain.

KRITERIUM POTENSI KEPEMIMPINAN "Suruhlah beberapa orang ..., semuanya pemimpin-pemimpin ...." (Bilangan 13:2) Ada gunanya kita mengetahui potensi kepemimpinan di dalam diri sendiri ataupun orang lain. Kebanyakan orang mempunyai sifat-sifat bawaan yang terpendam dan belum dikembangkan, akibat kurangnya pengenalan akan diri sendiri. Beberapa pertanyaan di bawah ini dapat dijadikan sebagai suatu penelaahan secara objektif berdasarkan norma-norma yang disarankan dalam mengukur diri sendiri, dan dapat menolong kita menemukan apakah sifat-sifat seperti itu ada dalam diri kita atau tidak guna mencari kelemahan-kelemahan yang tidak cocok untuk seorang pemimpin. 1. Apakah Anda pernah menghentikan satu kebiasaan buruk? ==> Untuk dapat memimpin orang lain, kita harus mampu menguasai diri sendiri lebih dahulu. 2. Apakah Anda dapat mengendalikan diri kalau terjadi kesulitan? ==> Seorang pemimpin yang tidak dapat mengendalikan diri sendiri dalam keadaan yang sulit kurang dihormati orang dan kehilangan pengaruhnya. Ia harus bersikap tenang dalam keadaan krisis dan tabah dalam menghadapi perlawanan dan kekecewaan. 3. Apakah Anda dapat berpikir sendiri? ==> Seorang pemimpin boleh saja dengan sepenuhnya memanfaatkan pikiran orang lain, tetapi janganlah hendaknya ia membiarkan orang lain berpikir untuk dia atau mengambil keputusan untuk dia. 4. Dapatkah Anda menerima kritik secara objektif dan tetap tidak goncang karenanya? Dapatkah Anda mengubah kritik menjadi sesuatu yang menguntungkan? ==> Orang yang rendah hati dapat menarik keuntungan dari kritik yang picik dan bahkan yang penuh kedengkian sekalipun. 5. Dapatkah Anda memanfaatkan kekecewaan secara kreatif? 6. Apakah orang lain bersedia bekerjasama dengan Anda dan apakah mereka menaruh hormat dan kepercayaan kepada Anda? 7. Apakah Anda memiliki kemampuan untuk mewujudkan disiplin tanpa harus menunjukkan kekuasaan? ==> Kepemimpinan yang sejati merupakan sifat batin dari roh dan tidak perlu memamerkan kekuatan luar. 8. Apakah Anda memenuhi syarat untuk menerima ucapan bahagia dalam Khotbah di Bukit mengenai seorang pendamai? ==> Lebih mudah memelihara perdamaian daripada memulihkan perdamaian yang sudah hancur. Satu fungsi yang penting dalam kepemimpinan adalah mendamaikan, yaitu kemampuan untuk menemukan titik persesuaian antara dua pandangan yang bertentangan, lalu mengajak kedua pihak untuk menerimanya. 9. Apakah Anda dapat dipercaya untuk menanggulangi situasi yang sulit dan peka? 10. Apakah Anda mampu mengajak orang melakukan sesuatu yang biasanya mereka tidak mau lakukan? 11. Dapatkah Anda menerima tentangan terhadap pandangan atau keputusan Anda tanpa memandang hal itu sebagai penghinaan terhadap pribadi Anda dan bereaksi sebagaimana mestinya? ==> Para pemimpin pasti mendapat tantangan dan mereka tidak boleh merasa tersinggung karenanya. 12. Apakah Anda mudah bergaul dan bersahabat dengan orang? ==> Lingkungan teman-teman Anda yang setia merupakan suatu petunjuk mengenai mutu dan luasnya kepemimpinan Anda. 13. Apakah Anda terlalu bergantung pada pujian atau persetujuan orang lain? Dapatkah Anda memegang suatu sikap dengan teguh meskipun tidak disetujui orang dan bahkan untuk sementara Anda tidak dipercaya? 14. Apakah Anda merasa tenang di depan atasan-atasan Anda atau orang-orang yang tidak Anda kenal? 15. Apakah orang-orang bawahan Anda merasa tenang di depan Anda? ==> Seorang pemimpin harus memberikan kesan pengertian yang simpatik dan bersahabat yang menyebabkan orang lain merasa tenang. 16. Apakah Anda benar-benar menyukai orang? Orang dari pelbagai macam sifat dan ras? Atau apakah Anda pilih kasih terhadap beberapa orang? Adakah ada prasangka rasial yang tersembunyi? ==> Orang yang tidak suka bergaul tidak mungkin menjadi pemimpin yang baik. 17. Apakah sikap Anda bijaksana? Dapatkah Anda memperkirakan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh suatu pernyataan yang akan Anda keluarkan? 17. Apakah Anda memiliki kemauan yang teguh dan tetap? ==> Seorang pemimpin tidak akan lama mempertahankan kedudukannya jika ia terombang-ambing. 18. Apakah Anda suka menaruh dendam atau apakah Anda siap memaafkan orang yang melukai hati Anda? 19. Apakah Anda cukup optimis? ==> Pesimisme bukan merupakan satu modal bagi seorang pemimpin. 20. Apakah Anda dicekam oleh suatu kerinduan seperti halnya Paulus yang berkata, "Tetapi ini yang kulakukan?" ==> Tekad yang bulat seperti itu akan memusatkan segala tenaga dan daya kita pada tujuan yang ingin kita capai. 21. Apakah Anda bersedia memikul tanggung jawab? Untuk mengetahui kemampuan kita sebagai pemimpin, R.E. Thompson mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut mengenai sikap kita terhadap orang: 1. Apakah kegagalan orang lain menjengkelkan atau menantang kita? 2. Apakah kita memakai atau membina orang? 3. Apakah kita memerintah atau membangun orang? 4. Apakah kita mengkritik atau memberi dorongan? 5. Apakah kita menghindarkan diri dari orang-orang yang menyulitkan ataukah kita memberikan perhatian kepada mereka? Tidak cukup kalau Anda sekadar mengadakan analisa pribadi ini secara dangkal, dan selanjutnya tidak mempedulikan hasil-hasilnya. Kita harus memanfaatkan hasil analisa kita. Misalnya, untuk menanggulangi beberapa kelemahan dan kegagalan yang kita sadari. Kita dapat bekerjasama dengan Roh Kudus yang adalah Roh yang disiplin dan selalu berusaha untuk menguatkan atau memperbaikinya. Semua ciri- ciri kepemimpinan yang baik ini ada sepenuhnya di dalam sifat Tuhan, dan setiap orang Kristen hendaknya senantiasa berdoa agar ciri-ciri tersebut dapat dengan lebih cepat menjadi bagian dari kepribadiannya sendiri. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Kepemimpinan Rohani, J. Oswald Sanders, Kalam Hidup, Bandung, 1979 Hal : 28 - 31

B. MENGEMBANGKAN KARAKTER ANDA

1. Kuasailah Emosi Anda

Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut dosa (Amsal 16:32).
1. Orang yang memiliki penguasaan diri adalah orang yang memiliki kekuatan. Seseorang tidak bisa menjadi pemimpin yang baik, jika ia tidak mengatur emosinya, khususnya emosi amarah.
2. Orang yang mampu menguasai emosinya adalah orang yang bakal menjadi pemimpin yang baik (Amsal 14:17).
3. Seorang pemimpin yang berakal budi dan dipuji adalah pemimpin yang suka memaafkan pelanggarana orang lain (Amsal 19:11).
4. Di dalam hati seorang pemimpin yang pandai tidak terdapat kemarahan dalam hati (Pengkhotbah 7:9).
5. Pengendalian amarah adalah keataatan kepada panggilan Allah menjadi pemimpin yang baik (Yakubus 1:19,20).

Seorang pemimpin muda, “hidup yang penuh dengan kedispilinan dan penguasaan diri tidak saja membutuhkan waktu, tekad dan kerja keras, tetapi juga membutuhkan penyangkalan diri, termasuk menanggalkan cara-cara hidup yang lama.” (Joyce,30)




2. Kenakan Sifat yang Baru

1. Seorang pemimpin baru mengenakan manusia baru dalam Yesus (Efesus 4:22).
2. Sifat lama adalah cara-cara hidup yang lama, dan sifat baru adalah cara hidup yang baru yang kini kita jalani melalui pertolongan Roh Kudus.

3. Bersabar dalam Segala Keadaan

1. Seorang pemimpin menghadapi berbagai-bagai pencobaan dengan penuh kesabaran
karena tahan uji menghasilkan ketekunan.
2. seorang pemimpin menerima segala macam pencobaan sebagai alat untuk mendatangkan kebaikan, yaitu menuju kesempurnaan (Yakubus 1:2-4).
Bila anda memilih untuk menhadapi masalah, bukan menghindarinya, anda akan terhindar dari banyak penderitaan(Joyce,32)

4. Lakukan yang terbaik dalam diri anda (Ibrani 10:35,36).

Salah satu ciri khas seorang pemimpin adalah mampu menikmati hidup apa adanya dan melakukan yang terbaik dalam hidup ini.

5. Bekerja Menjadi Gaya Hidup

Bekerja dalam suatu pekerjaan menjadi suatu gaya hidup seorang pemimpin yang berkenan di hati Tuhan (Yohanse 5:17)
Bekerjalah selama hari masih siang (Yohanes 9:4).

Tuhan adalah majikan yang memberi kesempatan yang sama, setiap orang yang mempunyai kesempatan yang sama untuk diberkati dan dipakainya.

6. Jadilah sesuai dengan kemampuan anda (Matius 25:14,15).

Apapun yang menjadi panggilan anda, lakukanlah yang terbaik.

7. Bekerja dengan Teguh

Tunjukkan keteguhan (2 Timotius 1:5-7). Tetap teguh untuk terus mengerjakan apa yang menjadi panggilan Allah bagi hidup anda

8. Tunjukkan Ketatan

Tunjukkan ketaatan: ketetapan hati, dapat dipercaya, dapat diandalkan.
Agar bisa teguh, kita harus mengambil keputusan bahwa kita akan melakukan hal-hal yang benar.

D. FOKUS KERJA PEMIMPIN APA YANG DILAKUKAN OLEH PARA PEMIMPIN (Kenneth O. Gangel) Tugas-tugas yang dilaksanakan seorang pemimpin meliputi bidang aktivitas utama, yaitu: mengadakan hubungan, mengorganisasi, mencapai hasil, melihat masa depan, dan kuat bertahan. 1. Para Pemimpin Mengadakan Hubungan Pemimpin tidak bisa menghindari kemunculannya di depan umum. Namun kita juga mengakui adanya pemimpin bayangan yang dimiliki sekelompok besar orang. Meskipun tidak pernah bertemu dengan pemimpin bayangan tersebut, mereka mengakui kepemimpinannya. Tetapi, baik pemimpin yang nyata tampil maupun pemimpin bayangan, mereka akan mencapai tujuan-tujuan dan menyelesaikan tugas-tugasnya melalui hubungan- hubungan. Setiap pemimpin, khususnya pemimpin Kristen, memiliki tanggung jawab yang jelas untuk melindungi berbagai hubungan, yang merupakan pusat dalam organisasi melalui semangat kasih, kepedulian, dan kerendahan hati (Filipi 2:1). Berkaitan dengan masalah bagaimana pemimpin menjalin hubungan, memang banyak gaya kepemimpinan yang ditawarkan. Tapi sekali lagi sebagai pemimpin Kristen kita bisa belajar dari Kisah Para Rasul, di mana model kelompok mendominasi setiap hal, terutama dalam pengambilan keputusan. Jadi, adalah hal yang alkitabiah jika para pemimpin Kristen bisa mendesentralisasikan program-programnya dengan terencana dan sengaja menekan tingkat kekuasaannya. 2. Para Pemimpin Mengorganisasi Kitab Perjanjian Baru sangat jelas menerangkan tentang karunia untuk memimpin (administrasi), seperti yang dijelaskan oleh Paulus dalam 1 Korintus 12:27-28. Kurangnya minat untuk mengorganisasi yang merupakan inti dari perilaku kepemimpinan, adalah sikap yang sembrono, karena tanpa mengorganisasi, orang pasti hanya akan tersandung pada langkah-langkah selanjutnya. Dalam mengorganisasi, ada dua elemen penting yang perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin. a. Rincian tugas Rincian tugas yang jelas akan membantu pemimpin untuk memahami apa saja yang harus dikerjakannya. Dengan demikian pemimpin bisa melakukan kontrol terhadap pekerjaannya. Robert H. Welch menjelaskan bahwa rincian tugas seharusnya terdiri dari lima elemen, yaitu (1) judul, (2) peryataan tentang fungsi-fungsi utama, (3) uraian tentang bagaimana seseorang yang cocok dalam organisasi, (4) pernyataan mengenai kualifikasi untuk jabatan itu, dan (5) daftar kewajiban yang ditugaskan. b. Struktur organisasi Struktur organisasi yang tepat memberikan dua bagian informasi yaitu garis kewenangan dan jarak kontrol. Tanpa kedua hal tersebut seorang pemimpin tidak akan berfungsi dengan baik. Khususnya dalam hal membuat jaringan hubungan dan membentuk satu tim kepemimpinan. 3. Para Pemimpin Berprestasi Pertama-tama, tugas seorang pemimpin adalah untuk memenuhi tujuan organisasi. Untuk melakukan hal tersebut, seorang pemimpin harus bisa mengubah tujuan menjadi tugas-tugas dan sasaran yang spesifik. Selain itu, pemimpin juga harus bisa memastikan bahwa setiap orang yang dipimpin tahu dan mengerti dengan tujuan yang ingin dicapai. Seorang pemimpin harus bisa menetapkan sasaran yang jelas, dapat menciptakan skenario untuk menghasilkan kemenangan/keberhasilan- keberhasilan, bisa memberikan harapan bagi pendukung, menarik perhatian orang, dan meletakkan dasar yang membangkitkan semangat bahwa hal yang baik pada masa depan sedang menjelang. Tapi perlu disadari bahwa tidak semua tujuan dan prestasi bias dicapai. Ada kalanya pemimpin mendapati dirinya gagal dalam mencapai tujuan tertentu. 4. Para Pemimpin Berpikir Salah satu peran pemimpin adalah sebagai pengambil keputusan. Pemimpin yang baik mengembangkan keterampilan observasi, mengumpulkan fakta, melakukan refleksi, bernalar, dan membuat penilaian agar sampai pada suatu solusi yang mengakibatkan kemajuan organisasi tempat mereka melayani. Meskipun tidak semua pengambilan keputusan membutuhkan proses pemecahan masalah secara penuh, tapi banyak pemimpin yang memperhitungkan proses itu. Ketika keputusan diambil menurut prosedur tersebut, maka keputusan-keputusan berikutnya akan menjadi mudah dan bertambah baik. Jika kita kembali pada Kisah Para Rasul di atas maka akan jauh lebih baik jika partisipasi dan keterlibatan anggota diperhatikan melalui proses ini. Pemimpin dituntut untuk memiliki pemikiran yang kritis. Selain itu ia juga dituntut mampu membayangkan dan menggali alternatif- alternatif baik cara, metode, maupun berbagai pengembangan ke arah yang lebih baik. Berkaitan dengan pengambilan keputusan setidaknya ada empat hal yang selama ini sering mengakibatkan pengambilan keputusan menjadi tidak efektif. Pertama, kurangnya tujuan yang jelas. Kedua, posisi atau kekuasaan yang tidak aman. Seorang pemimpin yang tidak yakin bahwa dia memiliki kewenangan untuk membuat keputusan, akan menghasilkan keragu-raguan sehingga keputusan yang diambil tidak jelas pula. Ketiga, masalah kurangnya informasi. Semakin besar dampak yang akan ditimbulkan oleh sebuah keputusan, semakin lengkap pula informasi yang dibutuhkan. Yang keempat, ketakutan, baik ketakutan terhadap perubahan maupun terhadap konsekuensi yang harus ditanggung. 5. Para Pemimpin Mengembangkan Visi Visi seharusnya menjadi fokus bagi kepemimpinan. Tapi, masih terlalu banyak pemimpin yang tidak terfokus, yang hanya melakukan tugas- tugas mereka hari demi hari sebagai suatu cara mempertahankan diri daripada mengangkat mereka untuk membersihkan berbagai hal. George Barna pernah menuliskan, "Agar visi menjadi efektif ... visi harus dibuat cukup sederhana untuk diingat, dan cukup spesifik untuk memberi arah." Seorang pemimpin harus bisa mendelegasikan tugas-tugas mereka agar memiliki kebebasan waktu untuk memikirkan masa depan dan mengembangkan visi. 6. Para Pemimpin Bertahan Bagi para pemimpin Kristen, kemampuan untuk bertahan itu penting sekali. Pemimpin-pemimpin efektif tetap berada dalam sebuah pelayanan sepanjang tugas-tugasnya dapat terselesaikan. Agar mampu merencanakan, membuat keputusan-keputusan, dan memperluas visi masa depan suatu pelayanan, diperlukan suatu kemampuan untuk mawas diri dalam skenario untuk jangka waktu yang lama. Jika para pengikut menganggap kedatangan seorang pemimpin hanya sebagai pengganti sementara, hanya untuk jangka waktu pendek, atau bahkan hanya sebagai pengejar karir, yang mempertimbangkan jabatan yang ada hanya sementara, maka mereka akan menunda ketertarikan mereka untuk mengikuti pemimpin itu, dan akhirnya menjauhkan diri dari keterlibatan dalam kepemimpinan kelompok. Dalam kondisi yang benar dan jenis kepemimpinan yang benar, kegagalan bisa juga menghasilkan kesuksesan. Untuk bisa bertahan, maka kegagalan harus bisa dipandang sebagai sarana di mana orang bisa mengembangkan kedewasaan, kredibilitas, dan berhak untuk disebut sebagai pemimpin. 7. Para Pemimpin Membuat Terjadinya Hal-Hal Baik Apa yang dilakukan oleh para pemimpin? Mereka melakukan dengan tepat panggilan Tuhan, dan mereka sadar bahwa panggilan untuk memimpin itu perlu melalui latihan-latihan, bimbingan, dan contoh-contoh kehidupan yang saleh. Ken Callahan memasukkan kalimat yang menakjubkan dalam sebuah artikel tentang kepemimpinan. "Semua manajer asyik dengan berbagai kebijaksanaan, atasan asyik dengan kekuasaan, orang yang berjiwa karismatik asyik dengan peristiwa-peristiwa pernyataan masa depan, pemimpin-pemimpin asyik dengan membantu tim menuju pemenuhan dari pencarian hidup yang mendasar." Sumber diringkas dari: Judul Buku : Leadership on Leadership, Judul Artikel: Apa yang Dilakukan oleh Para Pemimpin, Kenneth O. Gangel, Gandum Mas, Yogyakarta, 2002, Halaman : 34-54

Bab III
MANAJEMEN HATI SEORANG PEMIMPIN
Kepemimpinan di mulai dari hati.

1. Apakah hati manusia itu?
Amsal 4:23 “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

Dewasa ini orang pada umumnya beranggapan bahwa kepala dan otak menjadi pusat dan pengatur kegiatan manusia. Tetapi, Alkitab menyatakan bahwa hatilah pusatnya. Dari hati terpancar kehidupan (Amsal 4:23;Lukas 6:45). Secara Alkitabiah, hati dapat dilihat sebagai berisi seluruh pikiran, perasaan, dan kehendak seseorang (Markus 7:20-23). Gaya dan sifat kepemimpinan lahir dari hati.
1.Apakah hati manusia itu?
Bacalah dan jelaskanlah menurut referensi berikut ini!
a. Hati adalah pusat …………… Ulangan 8:5;Mazmur 19:15; 119:11; 140:3; Markus 2:8; Lukas 2:19; Efesus 5:19;
Semua ayat ini hal-hal yang menyangkut : ……………………
b. Hati adalah pusat: ……………….. Keluaran 4:14; Ulangan 6:5; Yosua 5:1; Mazmur 27:14; Mazmur 51:19; Amsal 12:25; Yeremia 15:16; Yohanes 14:1.
Semua kegiatan hati ini bersifat ……………………….
c. Hati adalah pusat ……………… Keluaran 4:21; Yosua 24:23; 2Tawarikh 6:4; Mazmur 21:2-3; Mazmur 119:36; Roma 10:1.
Semua kegiatan ini terjadi di dalam ……………… manusia.

2. Keadaan Hati yang Negatif
1. Hati yang jahat (kejadian 6:5-8)
2. Hati yang keras (Ibrani 3:7,8)
3. Hati yang tidak percaya (Ibrani 13:12)
4. Hati yang tertipu (Ulangan 11:16,17)
5. Hati yang sombong (Mazmur 101:5)
6. Hati yang lancing (Ulangan 17:12,13)
7. Hati yang munafik (Roma 2:1)
8. Hati yang memandang rendah orang lain ( Amsal 5:12)
9. Hati yang luka, pahit, tidak memaafkan (14:10)
10. Hati yang bebal (Amsal 15:7)
11. Hati yang bercabang (1Tawarikh 12:33)
12. Hati yang terluka (Mazmur 109:22)
13. Hati yang lemah (Ulangan 20:1-4)
14. Hati yang mendendam (Amsal 24:17,18)
15. Hati yang berbeban berat (Amsal 12:25)
16. Hati yang bernalar (Amsal 3:5,6)
17. Hati yang iri dan perselisihan (1 Korintus 3:3)
18. Hati yang tamak dan penuh hawa nafsu (Mazmur 106:12-15)
19. Hati yang tidak bersunat (Kis 7:51)
20. Hati yang tertuduh (1 Yohanes 3:20-23).

3. Keadaan hati yang Positif
1. Hati yang rela (Keluaran 25:1,2)
2. Hati yang berkobar-kobar (2 Timotius 1:6)
3. Hati yang bijak (Keluaran 28:3)
4. Hati yang Sempurna (2 Tawarikh 16:9)
5. Hati yang lemah lembut (Efesus 4:32)
6. Hati yang setia (Ibrani 3:1,2)
7. Hati yang siap dan setia (Mazmur 57:8)
8. Hati yang penuh keyakinan (Mazmur 57:8)
9. Hati yang gembira (Amsal 17:22)
10. Hati yang baru (Yehezkiel 11:19)
11. Hati yang mengerti (Amsal 2:1-5)
13. Hati yang memiliki tujuan (Yesaya 14:26,27)
14. Hati yang merenung (Lukas 2:19)
15. Hati yang mengampuni (Matius 18:21.22)
16. Hati yang terbuka (Kis 16:14)
17. Htai yang taat (Roma 6:17)
18. Hati yang percaya (Ibrani 11:6)
19. Hati yang terbuka lebar (2Korintus 6:11)
20. Hati yang murni (Matius 5:8)
21. Hati seorang bapa (1Korintsu 4:15)

Bab IV
THE 21 INDISPENSABLE QUALITIES OF A LEADER
(21 Kualitas Kepemimpinan Sejati)
Menjadi Panutan bagi Orang Lain
JOHN C. MAXWELL
1. KARAKTER: Jadilah Bagian dari Batu Karang
2. KARISMA: Kesan Pertamalah yang Terpenting
3. KOMITMEN: Inilah yang Membedakan Pelaku dari Pemimpi
4. KOMUNIKASI: Tanpanya Anda Akan Menempuh Perjalanan Sendirian
5. KOMPETENSI: Jika Anda Membangunnya, Mereka Akan Datang
6. KEBERANIAN: Satu Orang dengan Keberanian Sama dengan Mayoritas
7. PENGERTIAN: Tuntaskanlah Misteri-misteri yang Belum Terselesaikan
8. FOKUS: Semakin Tajam Fokus Anda, Anda Semakin Tajam
9. KEMURAHAN HATI: Lilin Anda Takkan Rugi Jika Menerangi Orang Lain
10. INISIATIF: Tanpanya, Anda Takkan ke Mana-mana
11. MENDENGARKAN: Untuk Menyelami Hati Mereka, Bukalah Telinga Anda
12. SEMANGAT YANG TINGGI: Cintailah Hidup Ini
13. SIKAP POSITIF: Jika Anda Percaya Bisa, Anda Pasti Bisa
14. PEMECAHAN MASALAH: Janganlah Biarkan Berbagai Persoalan Anda Menjadi Masalah
15. HUBUNGAN: Jika Anda Akur, Merekapun Akur
16. TANGGUNG JAWAB: Jika Anda Tidak Mau Membawa Bolanya, Anda Takkan Dapat Memimpin Timnya
17. KEMAPANAN: Kompetensi Takkan Pernah Dapat Mengkompensasikan Ketidakmapanan
18. DISIPLIN DIRI: Orang Pertama yang Anda Pimpin Adalah Diri Sendiri
19. KEPELAYANAN: Agar Maju, Dahulukanlah Orang Lain
20. SIKAP MAU DIAJAR: Untuk Terus Memimpin, Teruslah Belajar
VISI: Anda Dapat Meraih Hanya yang Dapat Anda Lihat

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kepemimpinan diperlukan diberbagai tempat dan dibergai lingkungan kerja.
2. Kepemimpinan adalah pengaruh dan melayani, maka pemimpin generasi muda Kingmi mampu mempegaruhi, mengajak untuk mengikuti, menggerakkan, mengubah dan menjelaskan visi dan misi orgasnisasi lalu memimpin kearah tujuan dan visi sambik mengajak bekerja sama untuk mencapai visi dan tujuan bersama.
3. Ciri-ciri pemimpin konteks di Tanah Papua adalah, menjadi pemimpin yang model transformasi, memberi teladan, melayani, dan membentuk tim kepemimpinan.

B. SARAN-SARAN

1. Departemen AMKI membuat program untuk dilakukan pelatihan-pelatihan dan Lokakarya bagi Pengembangan Sumber Daya Kepemudaan, khususnya pelatihan Kepemimpinan Generasi Muda.
2. Memilih kelompok inti 5-10 orang untuk dikaderkan di tiap-tiap jemaat local menjadi pemimpin.
3. Mengutus pemuda-pemudi untuk belajar bidang kepemimpinan Kristen di STT Walter Post Jayapura dan Nabire.


Kepustakaan:
Alkitab. LAI
Kenneth, O.Gangel (2002) Leadership on Leadership, Yogyakarta:Gandum Mas
J.Oswald Sanders (1979) Kepemimpinan Rohani, Bandung:KH
John, Maxell, 21 Kualitas Kepemimpinan Sejati
Sungkono, Chriswan (2005), Majalah:Get Life! Edisi 09/2005, Yayasan Pelita Indonesia
Nawipa, Yance (2007) Tesis Model-Model Kepemimpinan Para Hamba Tuhan Dari Sejak 1939—2005 Sebagai Acuan bagi Kepemimpinan Menuju Gereja Kemah Injil di Tanah Papua, Jakarta:IFTKJJ.


MAKALAH
PEMBENTUKAN PEMIMPIN MENJADI PEMIMPIN GENERASI MUDA GKI (KINGMI)
DI TANAH PAPUA






DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN PORSENI ANGKATAN MUDA KINGMI TANGGAL 15-20 OKTOBER DI TIMIKA


OLEH:
PDT.YANCE NAWIPA, MA, M.TH



SEKOLAH TINGGI TEOLOGI WALTER POST KAMPUS II NABIRE-PAPUA


DAFTAR ISI


POKOK HALAMAN

PENDAHULUAN ………………………………………………………. 01

A. LATAR BELAKANG MASALAH …………………………………. 01
B. POKOK PEMBELAJARAN ………………………………………… 02
C. TUJUAN ……………………………………………………………… 02
D. PENJELASAN ISTILAH ……………………………………………. 02
E. PEMAHAMAN TENTANG KEPEMIMPINAN ……………………. 03

BAB I TELADAN KEPEMIMPINAN YESUS ……………………….. 05

A. SEPULUH TELADAN YESUS SEBAGAI PEMIMPIN ………….. 05
B. YESUS PEMIMPIN SEBAGAI MANAJER ………………………. 08

BAB II. PEMBENTUKAN PEMIMPIN ……………………………… 11

A. MENGEMBANGKAN POTENSI ANDA ………………………… 11
B. MENGEMBANGKAN KARAKTER ANDA …………………….. 14
C. FOKUS KERJA PEMIMPIN ……………………………………… 16

BAB III. MANAJEMEN HATI SEORANG PEMIMPIN …………… 19

A. APAKAH HATI ITU? ……………………………………………. 19
B. KEADAAN HATI YANG NEGATIF ……………………………. 19
C. KEADAAN HATI YANG POSITIF ……………………………… 20

BAB IV. 21 KUALITAS PEMIMPIN SEJATI ………………… 20

PENUTUP

A. KESIMPULAN …………………………………………………… 21
B. SARAN-SARAN …………………………………………………. 21

KEPUSTAKAAN …………………………………………………. 21


[1] Robert A.Orr, Diktat Tantangan Kepemimpinan, Canada: LMT, 1991, hlm., 9

1 komentar:

geopapuastudents mengatakan...

Nogei..! Makalah tentang kepemimpinan generasi mudah papua ini perlu dipresentasikan kepada teman2 lain juga, sebagaimana kami di manokwari yang nogei pernah berikan sehingga melalui materi ini kami bisa melihat segala problema yang terjadi di kalangan kita, dan karena diberikan materi ini, sumbernya dari materi itu saya pernah paparkan pada saat sambut anggota pemuda/i baru di jemaat koya meii amban manokwari tahun 2009. Imanuel "AWEIDA"