Selasa, 15 Januari 2008

Kepemimpinan Generasi Muda adalah Kepemimpinan Yang Mengubahkan/Membebaskan

Bagian I
PENDAHULUAN

Dalam makalah ini akan diuaraikan tentang Kepemimpinan Generasi Muda. Yang dimaksud dengan kepemimpinan generasi muda adalah kepemimpinan yang membebaskan. Kepempinan yang mengubahkan/membebaskan ini menjadi sebuah gaya, tipe dan sekaligus karakteristik kepemimpinan generasi muda gereja Kemah Injil Papua.
Sistematika tulisan ini, antara lain: Bagian Pertama, Pendahuluan yang terdiri dari Latar belakang masalah, Pokok Masalah, Tujuan tulisan dan Penjelasan; Bagian ke dua, Mengenal Para Pemimpin Pembebasa yang terdiri dari: Kepemimpinan Musa, Kepemimpinan Daud, Kepemimpinan Nehemia, dan Kepemimpinan Yesus; Bagian ketiga, Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Penutup

LATAR BELAKANG MASALAH

Dasar-dasar pemikiran tulisan ini antara lain:
1. Kondisi ril kehidupan masyarakat dan gereja di Tanah Papua memprihatinkan, yaitu sisi ekonomi gizi buruk, harga barang di pasaran serba mahal; sisi social terlihat kecemburuan social karena yang kaya tambah kaya dan yang miskin tambah melarat, mode hidup individualistis makin bertambah para penganggur; sisi agama banyak ajaran sesat karena kurang penafsiran; sisi politik kebanyakan masyarakat menjadi korban politik ketidak adilan, kekerasan, dan penindasan; sisi budaya mengalami kegoncangan karena percampuran buadaya antara budaya local, budaya pendatang bahkan budaya global.
2. Pengaruh Pembangunan pemerintah, politik uang, kurang pemerataan pembangunan, KKN.
3. Masalah Pelayanan Gereja yaitu, hamba Tuhan yang menganggur, kurang sepaham para pekerja gereja generasi tua dan generasi muda; masalah liturgy. masalah pemahaman teologi, masalah hamba Tuhan perempuan, masalah kepemimpinan organisasi gereja

POKOK MASALAH

Pertama, Apa factor penyebab terjadinya seluruh permasalahan yang terjadi di kalangan masyarakat, pemerintahan bahkan gereja di Tanah Papua?
Kedua, bagaimana mengatur strategi yang tepat untuk mencari solusi agar seluruh masyarakat, pemerintah dan gereja dapat keluar dari seluruh permasalahan tersebut.

TUJUAN MAKALAH
Fokus tulisan ini antara lain:
Pertama, memahami dengan benar seluruh permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat , pemerinthan dan gereja di Papua;
Kedua, mencari dan menetapkan langkah-langkah strategis bagi penyelesaian seluruh permasalahan;
Ketiga, memberi sumbangan pikiran bagi pelayan gereja generasi muda sebagai dasar pijakan dalam membangun tubuh Kristus.

PENJELASAN ISTILAH

Pertama. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah memberi pengaruh kepada orang lain. Seorang Pemimpin dapat berkata, “Mari ikutlah aku”? Yesus yang hadir di dunia ini dengan penekanan khusus pada kesamaan martabat manusia merupakan landasan kokoh dari konsep kepemimpinan kristiani. Yesus tidak pernah menolak siapapun yang mencari dan datang kepada-Nya.
Di dalam kepemimpinan Kristiani terdapat nilai-nilai universal berdasarkan semangat hidup Yesus yang memfokuskan diri pada manusia ( dan bukan orientasi pada barang atau ternologi), oleh manusia dan untuk kepentingan manusia. Kepeminpinan yang membebaskan adalah kepemimpinan yang mengakui orang lain apa adanya. Iman Kristiani tidak hanya menerima universalitas manusia, tetapi juga mengakui bahwa setiap manusia adalah unik dan memiliki roh dan karunia yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kepemimpinan yang dijiwai oleh iman Kristiani menuntut kemapanan dan kematangan sikap pemimpin untuk dapat mengembangkan keunikan, spirit, dan karunia, yang beragam dalam wadah dan tujuan yang sama.

Kedua, Generasi Muda
Generasi atau angkatan muda, yang penuh dengan energi dan potensi yang hebat antara umur 17 sampai 30 tahun.

Ketiga, Mengubahkan
Yang dimaksudkan dengan mengubahkan adalah suatu proses dimana terjadi perubahan bentuk, model, gaya, dan struktur tertentu. Mengubah juga diartikan sebagai membebaskan.

Bag II.
KEPEMIMPINAN YANG MENGUBAHKAN

Pada bagian ini akan diuaraikan tentang Kepemimpinan Yesus. Yesus adalah pemimpin yang memimpin dengan gaya, visi dan misi perubahan/pembebasan. Sekilas pintas akan dibahas dalam materi ini.

YESUS SEBAGAI PEMIMPIN YANG MENGUBAHKAN

Yesus adalah seorang yang rendah hati, bersidia berkorban dan memenuhi kebutuhan sejati orang lain. Yesus memang teladan sempurna dari seorang pemimpin yang melayani, menggembalakan dan mengubahkan atau membebaskan.



1. Nilai-Nilai yang Diperjuangkan Yesus

1. Yesus Memberkati.
Yesus tidak memberkati pemimpin besar-besar, orang-orang kaya, para ahli taurat/pemimpin agama; tetapi Yesus memberkati mereka yang miskin rohani/jasmani, mereka yang berdukacita karena kekurangan, mereka yang rendah hati, murah hati dan murni hati. Penekanan Yesus adalah membangun kerinduan dan sikap hati mereka kepada Allah.

2. Yesus Membangun Nilai-Nilai Dasar
Yesus menerangkan apa itu pembunuhan, perzinahan, perceraian, balas dendam. Ia juga menekankan memberi bagi orang miskin (Matius 19:21)

3. Yesus menekankan kesempurnaan hidup
Ia menganjurkan dan menghidupi nilai-nilai yang menjadi standar Allah (Matius 5:48). Mereka harus membutuhkan dan merindukan Allah. Nilai-nilai kerajaan Allah, yaitu hidup kesempurnaan dari Allah mengendalikan kepemimpinan Yesus. Kepemimpinan yang mengubahkan dari Yesus Kristus didasarkan pada nilai-nilai yang kita tidak bisa berharap mampu mencapainya. Untuk masuk kerajaan-Nya dan melayani-Nya, kita harus menerima pembebasan dari Allah. Jika demikian kita dapat bertumbuh menuju suatu perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai Allah melalui Kuasa Roh Kudus yang ada di dalam kehidupan kita.

2. Visi Yesus Yang Mengubahkan/membebaskan

Yesus menyampaikan visi dan misinya-Nya dengan jelas. Ia menyatakan diri-Nya sebagai Mesias yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya. Lukas menulis hal itu dalam pasal 4:17-19:
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan khabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat telah datang.”

Jika diteliti maka dari nats tersebut terlihat visi dan misi Yesus yang membebaskan umat-Nya dari bebagai sisi kehidupan manusia, antara lain:
1. Yesus memberi khabar baik kepada umat-Nya yang miskin baik jasmani maupun rohani (Ia memperjuangkan hal ekonami umat-Nya);
2. Yesus memberitakan pembebasan bagi umat-Nya yang tertawan (Ia memperjuangkan keselamatan manusia);
3. Yesus membuka mata bagi umat-Nya yang buta (Ia memperjuangkan hal kesehatan dan pendidikan);
4. Yesus membebaskan umat-Nya yang tertindas ( Ia memperjuangkan hal-hal ketidak adilan dan ketidak benaran );
5. Yesus memberitakan tahun rahmat Tuhan kepada umat-Nya ( Ia mengumumkan pembebasan menyeluruh kepada umat manusia).
6. Yesus juga datang untuk memberi kehidupan yang berkelimpahan bagi mereka yang menerima-Nya (Yohanes 10:10).
Yesus memiliki suatu visi dan misi kepemimpinan yang sangat dalam, yaitu Ia datang untuk mentransformasi (mengubah) dunia, membebaskan umat-Nya secara menyeluruh, melayani semua orang tanpa pandang muka dan memberi hidup yang berkelimpahan bagi mereka yang menerima-Nya.

3. Yesus Membangun pola pikir yang Baru
Orang-orang yang hidup di zaman Yesus mengharapkan seorang Mesias yang mengadakan perubahan yang hebat. Pola pikir mereka, antara lain: Ia akan mengelilingi seluruh daerah, mengendarai seekor kuda yang besar, memegang pedang yang hebat, dan memimpin pasukan yang amat besar untuk mengusir penjaja Romawi keluar dari tanah perjanjian. Selanjutnya Ia akan mendirikan suatu kerajaan yang akan menggentarkan dan mengagumkan musuh-musuh-Nya sebuah kerajaan damai dan adil yang tidak pernah berakhir (Yesaya 9:6;Daniel 4:34;6:27). Lalu sampai saat Yesus terangkat kesurga merekapun bertanya, kapan Yesus akan mendirikan kerajaan-Nya di bumi?
Benar, Yesus adalah tokoh pengubah dunia, sang pembebas dan Raja di atas segala Raja. Ia datang memperjuangkan segala aspek kehidupan manusia. Ia dengan gagah berani melawan musuh-musuh-Nya. Ia tegas dengan segala perkataan-Nya. Ia berusaha membela hak-hak kaum lemah dengan menentang hukum-hukum manusia yang ada. Dengan cara: Ia telah menjadi manusia, selalu taat kepada Bapa-Nya, bekerja sesuai rencana Bapa-Nya, penuh lemah lembut dan setia.
Yesus menantang Kaum Farisi.
Orang-orang Farisi datang menentang Yesus tentang Puasa. Mereka katakan mengapa murid Yesus mengabaikan puasa? Sedangkan murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi berpuasa taat pada aturan Yahudi?
Jawaban-Nya: Mereka tidak perlu berpuasa karena mempelai laki-laki ada bersama mereka puasa itu bisa dilakukan kalau mempelai laki-laki itu tidak bersama mereka .kedua, Yesus mengajar ukuran perubahan, yaitu Ia menyatakan pesan-Nya dengan suatu kain yang belum susut ditambalkan pada kain tua atau anggur baru yang dituang ke dalam kirbat lama (Markus 2:18-22). Yesus sedang mengajarkan pola pikir yang baru. Tidak boleh bercampur dengan pola pikir yang lama dari hokum-hukum Yahudi. Keselamatan manusia tidak dapat dicampur dengan Yudaistik. Orang-orang Farisi mendasarkan agama mereka tetapi Yesus membawa suatu pembaharuan hati dan jiwa.
Kepemimpinan Yesus merubah pola pikir lama yang berdasarkan tradisi agama Yahudi dan memberikan pola pikir yang baru dari Yesus sendiri sebagai Pengubah dan pembebas bagi umat-Nya dengan jalan memberi hati dan pikiran yang baru dengan pengorbanan-Nya di salib.




4. Yesus Sebagai Pemimpin Yang Berwibawa&Berkusa

Apakah ada kewibawaan di dalam diri Yesus?
Secara manusia Ia adalah Anak tukang kayu dari Nazaret. Tidak ada sesuatu yang menggentarkan dunia yang datang dari Nazaret. Namun demikian Yesus memilih kampung ini menjadi basis dan pusat pelayanan Yesus di bumi walaupun pernah Yesus ditolak disana. Mereka tidak menghargai Dia. Mereka menolak Dia. Cari Dia untuk dibunuh. Walaupun begitu Yesus tetap bekerja dengan langkah pasti dengan penuh ketenangan. Yesus melakukan tugas sebagai pemimpin dengan gaya pelayanan. Sebagai pelayan Ia mengorbankan diri-Nya bagi semua orang. Ia berkata Aku datang bukan untuk dilayani tetapi melayani. Aku datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Apakah ada orang yang mengagumi dan mengikuti Yesus? Ya, banyak orang yang mengikuti Yesus, sesudah mereka diampuni dosanya, disembuhkan dari penyakit, diusir roh jahat, dibangkitkan dari antara orang mati, dibukakan matanya, diberikan hidup kekal.

Apakah Yesus adalah tipe pemimpin yang Anda kagumi? Apakah jawaban Anda?
Bukti Alkitab menunjukkan bahwa, ketika orang banyak mendengar Yesus mengajar, mereka melihat saling menatap satu dengan yang lain dengan keheranan.
(1) Mereka kagum melihat Yesus mengusir roh-roh jahat (Markus 1:21-28); mengampuni dosa (Markus 2:5-12); Yesus meneduhkan angina ribut, mereka menjadi takut dan kagum (Markus 4:41); mereka gemetar melihat kuasa kesembuhan-Nya (Markus 5:30-34).
(2) Yesus memiliki kasih dan juga kuasa , seperti yang dikatakan oleh Petrus “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Matius 16:16).
(3) Yesus dikagumi dan sisambut oleh masyarakat Yerusalem, ketika Ia memasuki kota Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai yang berjalan lambat itu, dengan menatakan “Hosana”, “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan”…”Hosana di tempat yang maha tinggi (Markus 11:9,10) Orang Nazaret yang rendah hati ini adalah seorang pemimpin yang penuh wibawa dan kuasa yang menghenrankan dan menggentarkan dunia.
(4) Kewibawaan dan kuasa kepemimpinan Yesus ada didalam kerendahan hati-Nya, ketaatan-Nya, pengorbanan-Nya dimana ia memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia.

5. Yesus seorang Pemimpin Yang Menggembalakan

Pada masa muda-Nya, Yesus kerap melihat gembala-gembala memimpin domba mereka ke padang rumput yang terletak di lembah dekat Nazaret. Ia mengamati seorang gembala memeluk domba, merawat domba itu dengan lembut. Kadangkala Ia mendengar gembala memanggil domba-dombanya dan domba-domba itu berlari mengikuti pemimpin mereka. Ia juga memperhatikan bagaimana gembala melindungi domba-dombanya dari serigala. Disana juga terdapat gembala-gembala upahan. Pagi-pagi para gembala membuka pintu dan menuntun domba-domba ke dimana ada rumput yang banyak dan pada sore harinya membawa kembali ke kandangnya masing-masing. Yesus banyak belajar dilapangan terbuka bagaimana memelihara domba-doma di Palestina, khususnya di desa Nazaret.
Sebagai gembala yang Baik, Yesus memperhatikan umat-Nya yang hidup dizaman-Nya dan Ia menyiapkan gereja masa depan. Beberapa aspek yang berhubungan dengan Yesus seorang pemimpin yang menggembalakan:

5.1. Yesus adalah gembala yang baik (Yohanes 10:1-18)
5.2. Ia mengasihi domba-dombanya dan menyerahkan nyawa-Nya,
5.3. Ia mengenal setiap domba dan mengenal namanya masing-masing,
5.4. Ia mengenal seluruh kebutuhan domba-dombanya.
5.5. Ia merawat setiap domba yang kena luka hati dan yang gelisah hati.
5.6. Ia membawa domba-dombanya yang letih lesu dan berbeban berat kepada perhentian dan damai sejahtera.
5.7. Ia menyingkirkan segala kelemaham manusia (Matius 8:16-17)
5.8. Ia mengusir roh-roh jahat (Markus 6:7); mengkhotbahkan tentang pertobatan (Markus 6:12); memberitakan tentang khabar baik (Markus 1:15).
5.9. Ia memberdayakan murid-murid-Nya (Lukas 9:1;10:1-24); menugaskan mereka untuk memimpin dan menggembalakan gereja-Nya (Markus 16:15;Yohanes 21:15-19).
Fokus kepemimpinan Yesus sebagai gembala adalah memenuhi kebutuhan rohani manusia dan juga Ia tidak mengabaikan memenuhi kebutuhan social, emosional dan kebuthan fisik.

6. Yesus Sebagai Pemimpin Yang Melayani
Yesus adalah model pertama tentang pemimpin yang melayani. Gagasan tentang pemimpin yang melayani terdapat dalam (Markus 10:42-45), Yesus berkata bahwa Ia datang untuk melayani dan memberikan kehidupan-Nya.
6.1. Yesus berulangkali mengatakan bahwa, Ia diutus dari surga untuk hidup dan mati (Yohanes 5:36-37;6:38-39);
6.2. Yesus pemimpin yang mengutamakan kepentingan orang lain (Pilipi 2:1-8;
6.3. Yesus pemimpin yang peduli dengan pergumulan umat manusia (Matius 20:34;Markus 1:31;Yohanes 11:35-38;
6.4. Yesus seorang pemimpin yang rendah hati (Pilipi 2:7,8);


MENGEMBAGKAN KEPEMIMPINAN GENERASI MUDA DENGAN KEPEMIMPINAN YANG MENGUBAHKAN

Kita tidak dapat memimpin persis sama seperti Yesus. Ia sebagai Allah melampauhi segala keterbatasan manusia. Ia menunjukkan keilahiaan-Nya dalam mengadakan mujizat, perkataan, nada/suara, sikap, perilaku dan persekutuan.
Namun demikian berulang kali Yesus mendorong para murid-Nya untuk mengikuti teladan-Nya, katanya “Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Ku-perbuat kepadamu” (Yohanes 13:15). Lagi pula, katanya “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (1Petrus 2:21).
Kemanakah jejak Yesus mengarahkan para pemimpin Kristen pada masa kini?
Para generasi muda gereja kemah injil perlu memahami dan melanjutkan teladan kepemimpinan Yesus dalam pelayanan organisasi gereja dan pemerintahan dan kemasyarakatan.

Mengembangkan Karakter Seorang Pemimpin
1.1. Kehidupan Rohani, yaitu seseorang yang ingin menjadi pemimpin rohani ia harus memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Tuhan.
1.2. Kehidupan Pribadi, yaitu orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan pribadinya, misalnya rendah hati dan kesabaran.
1.3. Kehidupan Sosial, yaitu orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam sosialnya, misalnya suka mengampuni orang lain.
1.4. Kehidupan Pernikahan dan Keluarga, yaitu orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan pernikahan dan keluarga
1.5. Kehidupan Keuangan, yaitu orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan keuangan.
1.6. Kehidupan Perkataan/ucapan, yaitu orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter dalam perkataannya; ia harus mengatakan kebenaran.
1.7. Kehidupan yang bermutu, yaitu orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter dalam kapasitas diri yang selalu menghasilkan buah-buah dalam segala waktu (Matius 21:18).

Mengembangkan Potensi Pribadi
Pengemnagan potensi pribadi merupakan pekerjaan utama tiap-tiap orang yang ingin menjadi pemimpin. Camkan ini, “Jika tidak seorangpun di dunia ini yang percaya kepada anda, Allah tetap mempercayai anda. Dengan keyakinan ini anda sanggup melakukan apa saja yang Ia ingin anda lakukan”.
Bentuklah Potensi Anda ( ada kemungkinan yang harus dibentuk),
Kembangkan Benih Anda (ada benih di dalam diri anda yang harus bertumbuh)
“Potensi adalah harta yang tak ternilai seperti emas,
Masing-masing kita memilki emas yang terpendam
di dalam hidup kita,
Tetapi kita harus menggali untuk medapatkannya.

Mengembangkan Pemimpin Kristen Yang Mengubahkan
Dapatkah kepemimpinan yang mengubahkan dikembangkan dalam suatu organisasi Gereja/Kristen?
Dalam Alkitab kita temui, Yesus mengembangkan murid-muri-Nya menjadi pemimpin Kristen yang mengubahkan ketika Yesus menyiapkan mereka untuk memimpin gereja baru.
1. Pemimpin puncak mengembangkan kepemimpinannya yang mengubahkan dengan program pengembangan visi, misi, inspirasi, kreativitas, kepemimpinan yang melayani dan kepemimpinan yang menggembalakan;
2. Mengembangkan pemimpin yang mengubahkan dalam suatu organisasi. Yesus mengembangkan murid-murid-Nya melalui kedatangan Roh Kudus (Yohanes 14:6); untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar (Yohanes 14:12-14;16:13-15);
3. Mengembangkan pemimpin muda melalui bimbingan (mentoring) , seperti Rasul Yohanes (1 Yohanes 2:12-14). Yesus adalah mentor atau pembuat murid yang habit (Lukas 9:1-6);

4. Mengubah Kepemimpinan Melalui Pengembangan Organisasi
Analisis kinerja dengan masalah-masalah yang ada
Mengurangi atau menambah program kerja atau kegiatan
Menetapkan tujuan-tujuan secara jelas dan spesifik
Melihat kesempatan-kesempatan yang lebih luas
Memperhatikan kelemahan-kelemahan teman kerja
Mendiskusi dan dialok dengan semua pihak dalam organisasi
Membina, mengubah, mengembangkan, struktur organisasi yang tidak sesuai dengan perubahn dunia
4. Mengembangkan Model Kepemimpinan Tim
4.1. Belajar dari model kepemimpinan Musa
4.2. Belajar dari Kepemimpinan Nehemia
4.3. G12 dari Yesus sebagai model Kepemimpinan Tim


Bag. III.
PENUTUP

Pada bab akhir ini memberikan kesimpulan dan saran-saran bagi para pemimpin gereja khususnya para generasi muda.

KESIMPULAN

“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda” (1Timotius 4:12).
Yesus telah meninggalkan teladan kepemimpinan gereja kepada generasi muda untuk mengembangkan dan melanjutkan kepemimpinan gereja di jaman ini.
Berpikir positif. Jika anda pikir bisa anda pasti bisa. Jangan engkau rendah karena muda. Anda pasti bisa memimpin.
Anda pasti bisa menjadi pemimpin yang mengubahkan/membebaskan seperti Yesus;
Bersukaculah hai pemuda dalam kepemudaanmu, biarlah hatimu… dan pandanganmu…buanglah kesedihan dari hatimu dan jauhkanlah penderitaan dari tubuhmu… ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendakat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak ada kesenangan bagiku didalamnya!” (Pengkhotbah 11:9,10;12:1).
Tampillah orang muda Kristen. Biarkan orang muda memimpin baik dilingkungan gereja, pemerintahan, dan lingkungan masyarakat.
Dengan menggunakan model kepemimpinan melayani, menggembalakan, mengubahkan bahkan membebaskan umat dari berbagai belenggu dan penderitaan di tanah Papua. Amin

SARAN-SARAN

Saran-saran bagi Pemimpin generasi muda gereja Kemah injil:
Mengadakan analisa lingkungan kepemimpinan pemuda baik dalam organisasi gereja, pemerintahan maupun di lingkungan masyarakat;
Memahami model kepemimpinan yang mengubahkan atau membebaskan dari Yesus;
Mengadakan pengembangan kepemimpinan dan organisasi melaui pelatihan-pelatihan
Mengembangkan potensi-potensi pemuda sebagai pengembangan SDM kepemimpinan gererasi muda secara berkesinambungan;

KEPUSTAKAAN


ALKITAB. LAI
Barna, George
2004 Kepemimpinan Menjadi Suatu Pergumulan, Anda Akan Merasa Seperti
A Fish Out of Water … Jakarta: Imanuel

Handol, ML John,
2004 Jendral Pemimpin Bersenjatakan Tongkat Gembala…Yogyakarta: Andi Offset
Maxwel, C.John
1995 Mengembangkan Kepemimpinan Dalam Diri Anda, Jakarta:Binarupa Aksara
Meyer, Joyce
2005 Pemimpin Yang Sedang Dibentuk, ..Jakarta: Immanuel
Senduk, H.L
Pelayanan Tuhan, Jakarta: Yayasan Bethel
Sendjaya
2004 Kepemimpinan Konsep Karakter Kompetensi Kristen, Yogyakarta:Kairos Books
Susanto, A.B
2006 Meneladani Jejak Yesus Sebagai Pemimpin. Yogyakarta:Adi Offset
Wofford, C.Jerry
2001 Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan. Yogyakarta:Andi Offset


MAKALAH


MODEL KEPEMIMPINAN GENERASI MUDA :
KEPEMIMPINAN YANG MENGUBAHKAN/MEMBEBASKAN



MENGAWASI/MENILAI


MEMIMPIN


STRUKTUR ORGANISASI


PERENCANAAN STRATEGI


MISI


VISI



KOORDINASI
OLEH
PDT.YANCE NAWIPA, MA,M.TH

DISAMPAIKAN PADA
PORSENI ANGKATAN MUDA KINGMI DI TIMIKA
TANGGAL 15—20 OKTOBER 2007


DAFTAR ISI

POKOK HALAMAN

Cover

Bag.I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah …………………………………………. 1
Pokok Masalah …………………………………………………… 1
Tujuan …………………………………………………………….. 1
Penjelasan Istilah ………………………………………………….. 2

Bag. II. MENGENAL PARA PEMIMPIN MENGUBAHKAN/PEMBEBAS

A. Yesus Sebagai Pemimpin Yang Mengubahkan ………………….. 2
B. Mengembangkan Kepemimpinan Generasi Muda Dengan
Kepemimpinan Yang Mengubahkan ……………………………… 6

Bag. III. PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………. 8
B. Saran-Saran …………………………………………………………. 9


KEPUSTAKAAN

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN KRISTEN

Oleh:Pdt.Yance Nawipa M.A

A. PENDAHULUAN

Dewasa ini dunia tidak hanya sedang dilanda oleh krisis moneter, tetapi juga krisis kepemimpinan/leadership crisis sehingga keadaan menjadi semakin parah. Gate demi gate, skandal demi skandal, terus bermunculan di mana-mana.
Krisis tersebut tidak hanya melanda negara-negara yang sedang berkembang di Asia, Afrika, atau Amerika Latin, tetapi juga negara adikuasa seperti Amerika dan Eropa. Misalnya di Amerika, kita mengenal skandal Water Gate dan perselingkuhan Presiden Clinton; di Inggris, skandal perselingkuhan Pangeran Charles; di Indonesia, skandal Bulog dan BLBI, dan sebagainya.
Bahkan kalau kita perhatikan perjalanan sejarah di Indonesia, tampak sekali bahwa suksesi pucuk pemimpin negara belum dapat berjalan mulus. Dari sekian banyak presiden terpilih, Sukarno dan Suharto memimpin bangsa ini dalam kurun waktu yang sangat lama (lebih dari 5 masa jabatan), sementara itu Habibie dan Abdulrahman Wahid terlalu pendek (kurang dari satu masa jabatan). Bah­kan, mereka semua dapat dikatakan diganti­kan melalui suatu proses yang tidak wajar. Megawati adalah satu-satunya presiden yang digantikan secara demokratis melalui pemilih­an langsung. Sementara, Susilo Bambang Yudhoyono terus diguncang dengan berbagai isu yang menuntut dipenuhinya janji-janji pada saat ia berkampanye.
Dr. John Edmund Haggai, Pendiri Haggai Institute, dalam bukunya Lead On! menyebut­nya sebagai krisis kepemimpinan dengan me­ngatakan, "Panggilan terhadap para pemimpin adalah perlu, sebab dunia kita sedang mengalami krisis kepemimpinan. Krisis tersebut mengalir dari pimpinan perusahaan, pemerintahan, mimbar gereja-gereja sampai pada pemimpin lokal. Pada setiap jajaran, masyarakat kita mengharapkan adanya pemimpin".
Demikian juga Father Anthony D'Sauza dalam bukunya Developing The Leader Within You, Strategies for Effective Leadership menyata­kan, "Apakah Anda tahu masalah terbesar yang dihadapi oleh semua organisasi? Jawabnya mudah, yaitu kurangnya keterampilan memimpin dan mengelola sumber daya manusia. Mungkin se­benarnya hal itu sangat nyata. Namun sayang sekali kita sering tidak dapat melihatnya".
Mengapa Indonesia tidak dapat segera melepaskan diri dari krisis multidimensi ini, padahal memiliki potensi yang luar biasa dalam hal sumber daya manusia dan alam di­bandingkan negara-negara lain, seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, Jepang? Jawabnya tidak lain adalah karena adanya krisis kepercayaan terhadap para pe­mimpin negara ini sehingga suksesi kepemim­pinan tertinggi belum dapat berjalan mulus.
Emas yang disumbangkan oleh rakyat Thailand dan Korea Selatan untuk mengatasi krisis pertanggungjawabannya jelas. Namun, masyarakat Indonesia pada umurnnya tidak tahu di mana emas sumbangan mereka ke­pada pemerintah itu sekarang berada. Masing­-masing pemimpin masih disibukkan dengan kepentingan pribadi dan kelompok sehingga disadari atau tidak disadari mereka telah me­ngorbankan kepentingan bangsa dan negara. Deal-deal politik pada saat pemilihan calon anggota legislatif ataupun calon presiden dan wakil presiden terkadang telah mengorbankan kepentingan bangsa dan negara, demi sukses­nya pencalonan diri mereka.
Sangat disayangkan krisis kepemimpinan telah merambah pula ke dalam gereja dan lem­baga-lembaga Kristen. Hal ini diungkapkan oleh Myron Rush, Presiden Management Training System, dalam bukunya The New Leader:



"Kekurangan pemimpin di kalangan masyarakat Kristen telah mencapai tingkat yang mengkha­watirkan. Banyak denominasi utama yang awalnya kuat dan berkembang, saat ini mengalami penurun­an jumlah anggotanya. Beberapa denominasi ter­paksa menutup pintu gerejanya karena kekurangan pelayan.
Memang kasus gereja terpaksa ditutup karena tidak adanya pelayan atau kurangnya jemaat lidak terjadi di Indonesia, tetapi kasus­-kasus keuangan, aset gereja, moralitas, dan ajaran (atau ada pula karena kasus SARA) tidak bisa dipungkiri telah melanda banyak ) gereja dan lembaga Kristen.
Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak terjadi kasus yang membawa pe­mimpin gereja ataupun lembaga gerejawi kemeja hijau karena perebutan kekuasaan, per­sengketaan aset dan keuangan, masalah moralitas, dan sebagainya yang tidak dapat diselesaikan secara kristiani dan kekeluargaan.



Bahkan pertentangan di antara para pe­mimpin gereja atau lembaga gerejawi kadang­-kadang melibatkan warganya ke arah bentrok fisik yang menimbulkan korban jiwa. Bahaya­nya, menurut Myron Rush: "Hasil akhir siklus kurangnya pemimpin itu nyata sekali. Seluruh organisasi, masyarakat, negara atau kegerakan glo­bal secara perlahan dapat tersingkir karena makin berkurangnya jumlah pemimpin yang efektif dan pengikut yang diperlukan untuk meneruskan misi mereka".
Sebenamya Tuhan Yesus, 2000 tahun yang , lalu, telah mengamati adanya gejala krisis kepemimpinan tersebut dengan menyebut or­ang-orang Farisi dan ahli Taurat sebagai "Me­reka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lubang" (Matius 15:14). Bahkan pada ayat 7 Tuhan Yesus menyebut mereka sebagai orang munafik karena orang-orang Farisi dan ahli Taurat-para pemimpin bangsa Yahudi itu-rupanya hanya memuliakan Tuhan dengan bibir mereka saja, sedangkan hatinya jauh dari Tuhan (:Matius 15:8).
Tuhan Yesus menggambarkan orang mu­nafik itu sebagai orang yang melakukan kewajiban agamanya supaya dapat dilihat oleh orang lain. Misalnya, memberi sedekah dan berdoa ditempat-tempat umum supaya dilihat orang berpuasa dengan raut wajah yang menunjukkan bahwa ia sedang berpuasa, dan sebagainya (Matius 6:1-18).
Pada bagian lain, Tuhan Yesus mengutuk orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena me­reka memberlakukan hukum Taurat itu ke­pada orang lain atau umat Israel, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Mereka melaku­kiln sesuatu hanya supaya dilihat orang. Mereka mengutamakan hal-hal yang lahiriah saja dan tidak memerhatikan hal-hal yang ada dalam batin manusia (Matius 23:1-36).
Kalau krisis tersebut benar-benar sedang melanda gereja-gereja atau lembaga-lembaga Kristen, pertanyaannya ialah, "Bagaimana kita dapat mewujudkan peran kita sebagai garam dan terang di tengah dunia yang sedang dilanda krisis ini, khususnya di Papua?" Karena itu yang menjadi titik kritis ialah:


1. Bagaimana kita dapat meningkatkan kua­litas kepemirnpinan para pemirnpin yang ada agar mereka dapat menjadi pemimpin yang lebih baik.
Rasul Paulus berpesan kepada Timo­tius, "Penatua-penatua yang baik pimpinan­nya patut dihormati dua kali lipat" (1 Tirno­tius 5:17). Pesan tersebut menunjukkan tentang betapa pentingnya



kualitas kepe­mimpinan seorang pemimpin. Apabila kualitas seorang pemimpin tidak dibina, hal tersebut akan sarma seperti yang di­katakan Tuhan Yesus, "orang buta me­nuntun orang buta".

Usaha-usaha pembinaan dan pelatihan harus menjadi program utama gereja yang disusun secara sistematis dan berkesinam­bungan. Jadi, bukan hanya pembangunan gedung gereja yang megah yang menjadi fokus utama program gereja. Kalau terjadi kekurangan/keterbatasan dana atau sum­berdaya manusia dan tidak memungkin­kan untuk menyelenggarakannya sendiri, gereja dapat bekerja sama dengan gereja atau lembaga gerejawi yang lain.
Kirimkan orang-orang yang potensia untuk mengikuti program pembinaan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh ge­reja atau lembaga gerejawi yang memiliki program pembinaan dan pelatihan secara intensif dan profesional

2. Bagaimana kita dapat menumbuhkan pe­mimpin-pemimpin baru, supaya tersedia cukup banyak pemimpin masa depan yang berkualitas.
Myron Rush menyatakan, "Jika kita ingin mendapatkan kembali kekuatan kita, kita membutuhkan para pemimpin baru yang bisa mengubah para pengikut menjadi pemimpin".
Father Anthony D'Souza mengatakan­nya sebagai pendekatan Shepherd-Shep­herd Approach bukan Shepherd-Sheep Ap­proach. Hal itulah yang dilakukan oleh . Tuhan Yesus yang membina domba-dom­banya menjadi gembala-gembala (Yohanes 21:15-19). Karena itu, perlu diadakan pro­gram pengkaderan atau pemuridan sedini mungkin supaya bibit-bibit unggul yang ada di gereja atau lembaga gerejawi di bekali dan diberi kesempatan untuk mempersiapkan diri menerima tanggung jawab kepemimpinan di masa men­datang.Itulah yang dilakukan Tuhan Yesus.
Sambil melayani, Yesus mengkader 12 murid-Nya supaya dapat meneruskan visi dan misi-Nya. Demikian juga Rasul Paulus mempersiapkan Silas dan Timotius, Musa mempersiapkan Yosua, dsb.

B. PENTINGNYA PERAN PEMIMPIN

Peran pemimpin sangat besar dalam menentukan maju mundurnya suatu lembaga atau organisasi, baik sekuler maupun rohani, baik besar maupun kecil, bahkan bangsa dan negara.
Raja Salomo menyatakan, "Jika tidak ada pemimpin, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada" (Amsal 11:14). Itu sebabnya Nabi Musa berdoa, "Biarlah Tuhan, Allah dari segala makhluk, mengnngkat atas umat ini seorang yang mengepalai mereka wnktu keluar dan mnsuk, dan membawa mereka keluar dan masuk, supaya umat Tuhan jangan hendaknya seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala" (Bilangan 27:16-17).
Hal ini tampak jelas dalam perkembangan sejarah bangsa-bangsa di dunia. Kerajaan Is­rael mencapai puncak kejayaannya pada saat diperintah oleh Raja Daud dan Salomo. Dari bangsa budak (saat mereka hidup di Mesir), bangsa nomaden yang hidup berpindah-pin­dah dan mengembara selama 40 tahun di padang pasir, menjadi bangs a yang besar yang disegani oleh bangsa-bangsa lain.
Pada masa pemerintahan Alexander Agung, Yunani, sebuah negara kecil di tepi Laut Merah, tumbuh menjadi negara yang memiliki kekuatan raksasa sehingga dapat menguasai negera-negara di wilayah Mediterania, dari Eropa Timur, Eropa Selatan, Afrika Utara, sampai ke Timur Tengah.
Pada masa pemerintahan Mahapatih Gajahmada, Majapahit, sebuah kerajaan kecil di Jawa Timur, tumbuh menjadi negara adi­jaya yang menguasai seluruh Indonesia bah­kan sampai ke Asia Tenggara.
Pada masa pemerintahan Hitler, Jerman tumbuh menjadi sebuah negara yang memiliki kekuasaan raksasa yang hampir menguasai Eropa dan Rusia.




Pada masa pemerintahan Kaisar Hirohito, Jepang juga tumbuh menjadi "monster" raksasa yang melahap negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara, Pasifik Selatan, bahkan mengancam keselamatan Australia dan Amerika.
Dengan demikian, jelas bagaimana negara­-negara tersebut dibawa oleh pemimpin mereka menjadi negara adidaya. Namun, ada juga kepemimimpin yang justru membawa bangsanya menuju kehancuran. Kita juga mengalami bagaimana Bung Kamo berhasil mempersatu­kan seluruh bangsa Indonesia untuk merebut kemerkaan dari tangan penjajah Belanda.


Kita melihat bagaimana Lee Kuan Yew ber­hasil mengangkat bangsa Singapura dari keterpurukan; dari bangsa yang tidak memiliki apa-apa menjadi bangsa yang sangat maju dan makmur. Dan, masih banyak contoh lain.
Father Anthony D'Souza dalam bukunya Developing The Leader Within You, Strategies for Effective Leadership menyatakan, "Kepemimpin­an adalah salah satu faktor yang sangat memenga- ruhi kinerja suatu organisasi. Bagi manajer, kepemimpinan berarti fokus kepada aktivitas di mana sasaran dan tujuan organisasi dapat dicapai. Karena pemimpin memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap, kebiasaan, dan kinerja dari kolega dan bawahannya .... " Karena itu, "Leader is some­one who knows the way, who shows the way and who walks the way", artinya "Pemimpin adalah seseorang yang tahu jalannya, menunjukkan jalannya dan berjalan di jalan tersebut".
Dengan kata lain, pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengarah­kan dan memberi semangat atau motivasi serta menyatukan seluruh anggota kelompoknya menuju tujuan tertentu. Kalau anggota kelom­pok dapat memahami dengan jelas visi dan misi yang akan dicapai bersama serta mengait­kannya dengan visi dan misi pribadi masing­masing, mereka akan termotivasi dan dengan penuh semangat bersatu padu bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Anggota kelompok harus dapat melihat keuntungan yang akan mereka terima apabila tujuan bersama dapat mereka capai. Apabila mereka tidak dapat melihatnya, sulit sekali memotivasi mereka untuk mendukung pen­capaian tujuan tersebut. Tuhan Yesus meng­gambarkan suatu kelompok yang tanpa pemimpin seperti "domba yang tidak bergembala" (Matius 6:34) yang tersebar ke mana­,tidak tentu tujuan, dan rentan terhadap gangguan binatang buas. Mereka akan ber­jalan sendiri-sendiri tanpa tujuan yang jelas.

C. PEMIMPIN KRISTEN

1. SIAPAKAH PEMIMPIN ITU?

Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain (Mazmur 75:7,8)

Dalam bahasa Inggris pemimpin disebut leader. Akar katanya to lead. Dalam kata to lead itu terkandung beberapa arti yang saling erat berhubungan :
* bergerak lebih awal,
* berjalan di depan,
* mengambil langkah pertama,
* berbuat paling dulu,
* memelopori,
* mengarahkan pikiran - pendapat - tindakan,
* membimbing,
* menuntun,
* menggerakkan.




Maka seorang pemimpin adalah orang yang bergerak lebih awal. ber­jalan di depan, mengambil langkah pertama berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan pikiran. pendapat, tindakan orang lain,membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui, pengaruhnya. Itulah sebabnya pemimpin disebut dengan berbagai nama : pemuka, pelapor, pengarah, pembimbing, penuntun, penggerak.
Dengan menjadi pemimpin, seseorang mendapat kedudukan tertinggi dalam lingkungannya, berikut kekuasaan, fasilitas hidup, alat kerja dan keuntungan yang melekat pada jabatan kepemimpinan itu. Namun inti kepemimpinan tidak pertama-tama terletak pada kedudukan yang ditempati, melainkan pada FUNGSI atau TUGAS.

Pemimpin ada demi sesuatu yang lain - bukan demi dirinya sendiri. Titik perhatiannya adalah tujuan dan cita-cita yang mau dicapai. Bukan kepentingannya sendiri dan tujuan serta cita-cita itu harus dicapai karena berguna, bermanfaat dan penting bagi kesejahteraan kehidupan banyak orang. Dengan begitu maka :
TUGAS KEPEMIMPINAN ADALAH TUGAS PENGABDIAN

Pemimpin dipanggil demi penyelesaian masalah, demi tujuan dan demi cita-cita bersama.

TUJUAN DAN CITA-CITA merupakan
Unsur yang pertama dan paling pokok
Dalam kepemimpinan.

Sadar bahwa tujuan dan cita-cita itu baik demi kesejahteraan orang banyak, seorang pemimpin berusaha mempengaruhi, mengajak, mengum­pulkan dan menggerakkan banyak orang untuk bersama-sama bekerja mencapai tujuan dan cita-cita itu.
Dalam oraganisasi, kegiatan para anggota yang sepakat mengenai kepentingan tujuan dan cita-cita itu dipersatukan. Penyatuan kegiatan itu dicapai dengan membagi-bagikan pekerjaan, tugas, kekuasaan dan tanggung jawab di kalangan mereka. Kesediaan pemimpin untuk rela bekerja dan berjuang bersama dengan mereka yang dipimpinnya menjadi bukti dari ketulusan hatinya.

ORGANISASI GEREJA merupakan
Unsur yang kedua dalam masalah kepemimpinan


Pada pokoknya, sifat-sifat kepribadian dan macam-macam keahlian dituntut dari seorang pemimpin agar dalam diri mereka yang dipimpinnya tumbuh kepercayaan. Kepercayaan itu baik berhubungan dengan tujuan dan cita-cita maupun dengan pemimpin sendiri.
Pemimpin yang mempunyai kepribadian yang baik dan keahlian yang unggul menciptakan kepercayaan dalam hati mereka yang dipimpinnya.

KEPRIBADIAN DAN KEAHLIAN merupakan
Unsur yang ketiga dalam kepemimpinan

Jadi seorang pemimpin adalah ……………………………………………………………………….
………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………….
………………………………………………………………………..






JENIS - JENIS PEMIMPIN.

Kepemimpinan dapat dipandang dari berbagai sudut dan mempunyai banyak segi. antara lain:

*cara pengangkatannya.
*keresmian kedudukannya,
*kemampuannya.
*gaya pelaksanaan tugasnya.
*bakatnya.
*keberaniannya.
*keputusannya.
*Humornya.
*relasinya dan lain-lainnya.


Dari kepelbagaian ini, dapatlah pemimpin digolong-golongkan menjadi beberapa jenis :

1.Pemimimpin Keturunan :

Pemimpin ini menduduki kursi kepemimpinannya, karena darah yang kebetulan mengalir dalam dirinya, alias karena faktor keturunan. seperti kebanyakan raja-raja. Berikan 3 contoh ! PR

2. Pemimpin Paksaan :
Pemimpin ini berhasil memduduki kursi kepemimpinannya, karena dipaksa oleh keadaan yang mendesak, waktu terjadi perebutan kekuasaan. Berikan 4 contoh !

3. Pemimpin Resmi :
Pemimpin yang menduduki kursi kepemimpi nan pada suatu lembaga tetap dalam masyarakat, karena dipilih menurut aturan pemilihan tertentu atau ditunjuk oleh penguasa yang lebih tinggi


4. Pemimpi Tidak Resmi

Pemimpin yang tidak menduduki suatu tempat tertentu dalam struktur organisasi atau kemasyarakatan. Mereka ini tidak memilki nama jebatan serta tidak dibebani tugas dan tanggung jawab yang jelas. Namun daya kepemimpinanya mampu menggerakkan kegiatan kelompok orang tertentu untuk mencapai suatu tujuan dan cita-cita bersama. Berikan 3 contoh!


5. Pemimpin Ideologis

Pemimpin jenis ini otaknya penuh dengan gagasan-gagasan yang cemerlang. Ia kaya dengan visi yang tinggi-tinggi dan hebatnya lagi ia mampu merumuskan semua gagasan dan visi itu secara tepat dan meyajikannya dengan cara yang memikat.

6. Pemimpin Organisatoris

Pemimpin jenis ini bias saja tidak memiliki pikiran-pikiran yang cemerlang dan mungkin tidak fasih berbicara. Tetapi ia pandai menggerahkan orang melalui kecakapan organisasinya, yaitu menyusun rencana kerja yang jitu dan mengatur kerja sama yang efisien.

Pemimpin ini perlu didampingi; penasihat yang dapat menjadi sumber inspirasi dan dapat menunjukkan secara lebih luas dan mendalam segi-segi yang terkandung dalam tujuan dan cita-cita bersama itu.
Berikan 2 contoh !

7. Pemimpin Kharismatis
Pemimpin jenis ini mampu menggerakkan orang lain melalui kekuatan pribadinya. Kehadirannya selalu menimbulkan pesona - ada selalu yang menarik pada dirinya. Karena tertarik kepada pribadinya, orang mudah mengikutinya, mendengarkan nasihatnya dan mentaati perintahnya. Kelemahannya. karena orang-orang yang dipimpinnya lebih tertari kepada pribadinya dari pada hal-ha1 yang di kerjakan demi tercapainya tujuan dan cita-cita bersama. Usaha bersama mudah menyimpang dari tujuan semula. Ia membutuhkan pendamping
yang dapat menjadi sumber gagasan dan .pengatur kerja dari usaha bersama itu.
Beri kan 2 contoh!


8. Pemimpin Eksemplaris :
Pemimpin ini memiliki cara hidupnya yang menjadi sumber pengaruh dan penggerak yang tidak dapat diragukan. Ia mampu menciptakan irama dan gaya hidup yang mengesankan. Dengan menyaksikan bentuk hidupnya orang lain merasa tergerak,ditarik dan diberi semangat, bukan menuju ke pribadi pemimpin itu melainkan kepada nilai yang dihayatinya. Oleh teladan hidupnya dia menjadi sumber dorongan semangat bagi orang-orang lain. Pemimpin eksemplaris ­pemimpin teladan. memimpin orang-orang lain dengan hidupnya sendiri. Berikan 3 contoh !

Idealnya setiap pemimpin harus memiliki keempat ciri-ciri di atas.
Setiap pemimpin harus mampu mempersatukan keempat jenis kepemim­inan itu dalam d1rinya. Apapun jenis seorang pemimpin, dia harus menyadari:


………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………



3. AMBISI MENJADI PEMIMPIN


1. Cita-cita untuk menjadi seorang pemimpin adalah suatu keinginan yang mulia (ITimotius 3:1).

2. Namun yang salah adalah motivasi pribadi, yangmementingkan diri sendiri (Yeremia 45:5) ..

3.Kata "ambisi" dari kata Latin artinya mengadakan usaha untuk memajukan diri (populer, dikenal orang, menguasai orang lain)

4. 'Pemimpin yang benar, ia tidak akan mencari kedudukan dgn mempromosikan diri (Markus 10:37­45)

5. Menjadi pemimpin yang besar dan mulia ada di dalam Pengabdian (melayani), kata Yesus (ay 45).


4. KRITERIA PEMIMPIN KRISTEN

1. Mempersembahkan potensi kepemimpinan Alamiah (Roma 12:1-2)

2. Mengubah diri untuk mengubah dunia

3. Memiliki sikap tenang, tabah untuk menghadapi perlawanan dan kekecewaan

4. Mengambik keputusan dengan bijaKsana
5. Memelihara perdamaian

6. Hindari sikap egoisme dan fanatisme

7. Bergaul dan bersahabat dengan semua orang

6. Mengikuti teladan kepemimpinan Yesus

5. SIFAT-SIFAT PEMIMPIN ROHANI

1. Disiplin
2. Penglihatan
3. Hikmat
4. Keputusan
5.Keberanian
6.Kerendahan Hati
7.Humor
8.Kemarahan
9.Kesabaran
10 Persahabatan
11.Kebijaksanaan dan Diplomasi
12. Kemampuan melaksanakan

6. KWALIFIKASI PEMIMPIN

Karena itu penilik jemaat haruslah seorang …. (1Timotius 3:2-7)
1. Kwalifikasi Sosial, yaitu: tak bercacat dan mempunyai nama baik
2. Kwalifikasi Moral, yaitu: suami dari satu isteri dan dapat menahan diri (bukan peminum)
3. Kwlifikasi Mental, yaitu: bijaksana , sopan dan cakap mengajar
4. Kwalifikasi Kepribadian, yaitu: tidak pemarah tetapi peramah, memberi tumpangan, tidak hamba uang .
5. Kwalifikasi Rumah Tangga, yaitu: seorang kepala keluarga yang baik, dan dihormati oleh keluarga
6. Kwalifikasi Kedewasaan, yaitu: bukan baru bertobat, dewasa rohani.











D. KEPEMIMPINAN

1. APAKAH KEPEMIMPINAN?

1. Kepemimpinan adalah kemampuan dan kehendak untuk mengerahka orang laki-Iaki dan perempuan untuk 'satu tujuan bersama, dan watak yang menimbulkan kepercayaan (Lord Montgomery)

2. Seorang pemimpin adalah Qrang yang mengenal jalan, yang dapat terus maju dan yang dapat menarik orang lain mengikuti dia (Dr.John R.Mott)
3.Seorang pemimpin adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk buat orang lain suka melakukan sesuatu yang tadinya mereka tidak suka melakukan ( PresidenTruman)


2. TUJUAN KEPEMIMPINAN

1. Membawa umatnya ke tempat yang dikehendaki Allah.

2. Menikmati Damai Sejahtera Allah dalam organisasi/lembaga yang dipimpinnya.

3.Membawa umatnya kepada visi, misi, sasaran dan tujuan organisasi.


3. TIGA GAYA KEPEMIMPINAN.

Agar dapat menjalankan tugasnya, setiap pemimpin diberi wewenang atau kekuasaan. Dengan wewenang itu ia membimbing, mengarahkan menggerakkan mereka yang dipimpinnya menuju ke tujuan dan cita- cita bersama. Cara mempergunakan wewenang dapat berbeda satu dengan yang lain pemimpin - dan perbedaan ini menciptakan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula, yaitu gaya otokratis, gaya liberal dan gaya demokraktis .

1.Gaya kepemimpinan OTOKRATIS :

Pemimpin ini, dalam usahanya membawa mereka yang dipimpinnya menuju ke tujuan dan cita-cita bersama, ia memegang kekuasaan secara mutlak. Ia bersikap sebagai penguasa dan yang dipimpin sebagai yang dikuasai. Gaya kepemimpinannya. acapkali dikatakan juga sebagai gaya pemimpin diktator. Gaya kepemimpinan ini hanya baik untuk situasi-situasi di mana keadaan betul-betul kritis atau untuk situasi yang kacau demi pulihnya ata kehidupan yang aman.
Biasanya gaya otokratis, ditandai dengan dua hal
a. mengatakan segala sesuatu yang harus dikerjakan oleh mereka yang dipimpinnya;
b. menjual gagasan dan cara kerja kepada kelompok orang yang dipimpinnya.


Gaya Kepemimpinan Liberal

Pemimpin disini tidak merumuskan masalah serta cara pemecahannya. Dia membiarkan saja mereka yang dipimpinnya menemukan sendiri masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba mencari cara pemecahannya.

Gaya ini sangat bertolak belakang dengan gaya yang sebelumnya, otokratis. Dalam gaya Liberal in;, tugas pemimpin sekedar menjaga agar mereka yang dipimpinnya berbuat sesuatu - terserah mereka pa yang mau dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.


Gaya ini hanya baik untuk kelompok orang yang betul-betul telah dewasa dan betul-betul insyaf akan tujuan dan cita-cita bersama, sehingga mampu menghidupkan kegiatan bersama.
Gaya ini juga baik untuk kelompok orang yang berkumpul bukan untuk membicarakan hal-hal yang serius, melainkan untuk usan bersantai bersama, semacam malam keakraban, reuni atau session, yang tidak minta tanggung jawab besar.

3. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya ini menciptakan suasana demokratis. Dalam gaya ini, pemimpin memperlakukan yang dipimpinnya sebagai sejajar. Batas pemimpin dan bawahan menjadi kabur. Menyajikan masalah serta cara pemecahannya kepada mereka yang dipimpinnya. Mengajak mereka yang dipimpinnya untuk merumuskan masalah dan cara pemecahannya.

a.

3. KEPEMIMPINAN ALAMIAH DAN ROHANIAH

Alamiah Rohania
- Percaya. kepada dirisedniri - Percaya kepada Allah
- Mengenal Orang - Mengenal Tuhan
- Mengambil Keputusan sendiri - Mencari Kehendak Allah
- Ambisius - Pengorbanan
- Menciptakan cara-caranya sendiri - Mencari cara-cara Tuhan
- Suka menyuruh orang ,lain - Bekerja bersama dengan orang lain
- Didorong oleh pertimbangan- - Minta himat Tuhan
pertimbangan pribadi
- Berdiri sendiri - Berdiri diatas firman

Gaya Kekerasan ini dilawan oleh Yesus
(Mrk 10:42-44)
4. ASPEK-ASPEK KEPEMIMPINAN

Pemimpin dan visinya
Pemimpin dan imannya
Pemimpin dan doanya
Pemimpin dan waktunya
Pemimpin dan bacaannya (2Tim 3:14)
Pemimpin dan tulisannya
Pemimpin dan uangnya


5.BIAYA KEPEMIMPINAN

Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima (Markus 10:38)

Pengorbanan diri (1Yohanes 3:16;2Korintus 4:8-11)
Kesepian (Yunus, Yesus, Yohanes)
Kelelahan (2Korintus 4:15,16;Yohanes 4:6)
Kritikan
Penolakan (Yesus di Nasaret)
Tekanan dan Kebingungan

TANGGUNG JAWAB KEPEMIMPINAN

Urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat (2Korintus 11:28)

1. Melayani
2. Mendisiplin
3. Membimbing
4. Memprakarsai
5. Menggembalakan
6. Mengajar
7. Memikul Tanggung Jawab


UJIAN KEPEMIMPINAN
Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham (Kejadian 22:1).
Maka Yesus dibawah oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis (Matius 4:1)

Kompromi
Kegagalan
Iri hati
Wanita
Tahta
Harta
Kesombongan
Mementingkan diri sendiri
Kepopuleran
Merasa tidak bersalah
Merasa sangat diperlukan
Minder dan Murung


E. PEMIMPIN ROHANI YANG TRANSFORMATIF

1. Melaksnakan Tugas sebagai Nabi, Imam dan Raja

2. Membaharui Visi Kepemimpinan sesuai perubahan dan perkembangan dunia

3. Memimpin umatnya dengan gaya inovasi, kreatif, dan adaptif

4. Menegakkan keadilan dan kebenaran

5. Berusaha menghadirkan nilai-nilai kerajaan Allah
7. Melakukan revitalisasi Organisasi gereja





PENGEMBANGAN ORGANISASI GEREJA
Oleh: Pdt.Yance Nawipa, MA, (M.Th)

A. PENDAHULUAN

Organisasi adalah wadah yang dibentuk atas kesepakatan ekonomi, sosial, budaya, politik, rohani (gereja) dan sebagainya. Pembentukan ini untuk menata tugas dan orang yang terdapat dalam suatu struktur yang mengikat, menghubungkan serta menggerakkan semua aktivitas secara dinamis kearah sasaran serta tujuan yang untuknya wadah ini ada dan dibentuk. Apabila berbicara perihal oraganisasi, maka tidak terlepas dalam hubungannya dengan administrasi, manajemen serta otoritas kepemimpinan. Oleh karena itu, organisasi ditata secara sistimatis agar dapat dipergunakan, serta upaya dalam memberikan pengembangan dan perkembangan institusi atau lembaga.

B. PENGEMBANGAN ORGANISASI GEREJA
Pada bagian ini akan diuraikan pokok-pokok penting yang berhubungan dengan Pengembangan Organisasi Gereja, antara lain: Perumusan Tujuan Organisasi,

1. Perumusan Tujuan Organisasi

Apapun bentuknya suatu organisasi pasti mempunyai tujuan dan sasaran tertentu. Hanya permasalahannya apakah tujuan dan sasaran itu jelas atau tidak, dan apakah tertulis atau hanya dalam angan-angan, bayangan serta pikiran saja. Bagi kebanyakan organisasi yang bersifat tradisional, selalu menggunakan cara-cara yang sudah beratus-ratus tahun berjalan, dan biasa tujuan organisasi semacam ini tidak terumus dan tertulis dengan baik. Apalagi untuk menggunakan metode-metode i1miah, dalil-dalil yang dapat dipertanggungjawabkan, karena keadaan inilah yang justru menciptakan ketidakjelasan tujuan suatu organisasi.

Oleh karena pentingnya penjelasan tujuan, maka langkah awal peningkatan kinerja organisasi, adalah upaya untuk merangkum dan merumuskan tujuan dan sasaran organisasi yang meliputi tujuan utopi dan tujuan institusional serta target/sasaran yang hendak dicapai.

1.1. Tujuan Utopi

Tujuan utopi menggambarkan falsafah organisasi dalam mewujudkan misinya. Oleh karena itu, untuk memahami tujuan utopi gereja secara umum, Dr. Yakob Tomatala, menjelaskan sebagai berikut:

Tujuan utopi gereja ini dapat diungkapkan dengan suatu anak kalimat, yakni; "Kerajaan Allah". Tujuan utopi, gereja juga memiliki tujuan misional baku, yang terdapat di dalam firman Allah, antara lain (Matius 28: 12-20; Markus 16: 15-18; Lukas 24:46-49; Yohane.s 17: 18; 20: 21; Kisah Para Rasul 1 :8). Tujuan misional ini; menekankan bahwa, gereja bertanggung jawab untuk menjadikan sekalian bangsa murid Kristus.

Apabila berbicara tentang penginjilan sebagai tujuan primer gereja dalam eksistensinya sebagai umat Allah di dunia ini, maka Dr. Yakob Tomatala, dalam bukunya mengemukakan sebuah definisi penginjilan secara filosofis sebagai berikut: “Penginjilan adalah rancangan dan karya Allah yang mencipta bagi diri-Nya suatu umat untuk bersekutu, menyembah dan melayani Dia secara untuh serasi bagi kejayaan kerajaan-Nya.”

Keterlibatan gereja dalam penginjilan sebagai rancangan dan karya Allah, bukanlah terjadi secara kebetulan, melainkan Allah dalam kedaulatan dan kuasa-Nya secara sengaja mencipta bagi diri-Nya suatu umat, yakni; umat Allah yang bertanggung jawab memuliakan Allah menyembah dan melayani Dia dalam suasana utuh-serasi bagi kejayaan kerajaan-Nya. Dengan demikian, jelaslah bahwa memuliakan Allah dan memberitakan Injil bagi kejayaan kerajaan Allah adalah merupakan inti dan ciri khas misi organisasi gereja yang mengerti maksud dan tujuan organisasi ini. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tujuan organisasi gereja ada dalam dunia ini adalah untuk memuliakan Allah dan memuridkan setiap orang menjadi murid Kristus yang setia, bagi kejayaan kerajaan Allah. Ini merupakan falsafah pelayanan dan pengabdian yang harus dijunjung tinggi dalam seluruh kerangka hidup dan kerja organisasi, sehingga seluruh kegiatan dan program kerja berfokus pada tujuan utopi gereja. Tujuan utopi ini dijabarkan dalam berbagai bidang pelayanan ,yaitu pelayanan rohani dan pelayanan social. Pelayanan rohani terdiri dari: penginjilan, penggembalaan, doa, pembimbingan dan pengajaran. Sedangkan pelayanan social terdiri dari: perberdayaan ekonomi jemaat, pelayanan pendidikan gereja, pelayanan HAM dan keadilan, pelayanan diakonia, dan pelayanan terhadap pemerintah dan masyarakat.

1.2. Tujuan Institusional

Tujuan institusional menjelaskan tentang untuk apa gereja atau sesuatu wadah itu ada sebagai institusi atau organisasi. Tujuan institusi adalah tujuan yang dirangkum oleh gereja atau wadah apa pun sebagai suatu institusi/organisasi dalam upaya melaksanakan tanggungjawab misionalnya. Tujuan institusi terdiri dari tujuan jangka panjang (5, 10, 15,20,25 tahun), serta tujuan jangka pendek yang sering disebut sasaran atau target.
Tujuan jangka panjang menggambarkan tentang keadaan yang diinginkan akan terjadi dimasa yang akan datang, sedangkan tujuan jangka pendek menggambarkan target-target yang hendak dicapai secara bertahap hinggga tercapainya tujuan umum yang telah ditetapkan secara menyeluruh.

Tujuan institusional menggambarkan misi organisasi. Oleh karena itu, segala upaya yang berhubungan dengan tujuan institusional haruslah mencerminkan misi organisasi. Hal ini penting untuk menjaga agar segala program kerja yang diupayakan terintegrasi terhadap perwujudan misi dan tujuan organisasi.
Mengingat pentingnya perumusan tujuan itulah maka gereja, sebagai suatu organisasi yang telah memiliki tujun primer hakiki, perlu merumuskan misi dan tujuan itu ke dalam tujuan institusionalnya, sehingga misi dan tujuannya jelas dan tegas dalam menjawab tantangan dan kebutuhan masa kini. Hal itu penting, karena faktor kejelasan dan kekinian sangat bescr' artinya dalarn mengkon finnasikan misi dan tujuan suatu organisasi yang sudah cukup lama.

Oleh karena itu, gereja pertu mengformulasi ulang pernyataan misinya, yakni: mengapa gereja ada, apa yang Tuhan kehendaki gereja lakukan untuk kebutuhan khusus dalam organisasi, dan dunia sekitar dimana gereja bertanggung jawab memenuhinya.
Oleh sebab itu, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka misi dan tujuan gereja akan semakin tajam, jelas dan tegas. Hal ini juga, menantang untuk menjawab kebutuhan­kebutuhan yang aktual dalam waktu dan konteks dimana gereja berada dan terpelihara bagi kejayaan kerajaan Allah. Oleh karena itu, dengan adanya perumusan misi dan tujuan organisasi secara jelas, maka hal itu merupakan suatu permulaan atau langkah awal yang baik dalam strategi pengembangan gereja.

2. Mengenal Bentuk-bentuk Organisasi

Secara umum organisasi dapat dibedakan ke dalam dua bentuk, yakni:Perlama; organisasi dalam bentuk garis (= lini/linel komando/hirarkhi) dan Kedua; adalah organisasi dalam bentuk bantuan (= staf/fungsional). Untuk mengenal perbedaan yang pokok adalah, jika organisasi yang berbentuk garis seorang pimpinan dinilai dari apa yang diperintahkannya terhadap bawahan, dan para bawahan dinilai dari pelaksanaan perintah yang dibedakan pimpinannya kepadanya. Jadi ukuran organisasi ini tertetak pada "kekuasaan atas diri manusia". Sedangkan organisasi bantuan ukurannya adalah terletak pada kemampuan berpikir yang berupa bantuan idea, anjuran, nasihat-nasihat dan sebagainya. Dengan kata lain, nilai seorang pejabat staf/bantuan diukur melalui kecakapannya untuk menghasilkan ide-ide yang berharga bagi kekuasaan yang diduduki dalam suatu organisasi.
Dari kedua bentuk organisasi tersebut selanjutnya berkembang , sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya. Dengan demikian, terciptalah bermacam-macam bentuk lain dari oraganisasi itu, sehingga sekarang sudah ada beberapa bentuk organisasi yakni: Sentuk organisasi garis, staf, garis dan staf, fungsional, serta kepanitiaan.

1. Bentuk Organisasi Garis

Bentuk organisasi garis juga disebut lini/line/komando, adalah suatu bentuk organisasi, dimana seorang pimpinan diakui sebagai sumber wewenang tunggal. Oleh karena, segala keputusan, kebijaksanaan dan tanggung jawab berada pada pimpinan terse but. Bentuk organisasi ini mempunyai beberapa kelemahan/kerugian, namun juga memiliki beberapa kekuatan/keuntungan.

1.1 Kelemahan/Kerugian

(1) Kerugiannya adalah seluruh para pengikut/karyawan/,bawahan senantiasa tergantung pada keputusan dan perintah seorang pimpinan. Dengan terlalu menonjolnya kesatuan perintah/ komando dapat mengakibatkan organisasi seolah-olah terancam, sebab perintah yang harus dilaksanakan kadang-kadang belum dipersiapkan, dan persiapan untuk bertukar persepsi begitu terbatas. (2) Pimpinan yang berkuasa penuh atas segala perintahnya ini dapat mengakibatkan lahirnya tindakan yang otokratis, sehingga kadang-kadang para bawahan merasa terpaksa untuk melaksanakan perintahnya.(3) Peluang bagi para pengikutl karyawan/bawahan dalam hal untuk mengembangkan kemampuan, keahlian atau pengetahuannya sangat terbatas. Hal ini bisa terjadi karena kebebasan atas diri sendiri untuk berbuat, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan keharusan atau keterikatannya pada kehendak atau perintah pimpinan yang mau tidak mau harus dilaksanakan itu. (4) Tanggung jawab seorang pimpinan terlalu luas, sehingga tidak memungkinkan terjangkaunya pengawasan terhadap seluruh jajaran pengikut/karyawanl bawahannya.

1.2 Kekuatan/keuntungan
(1) Dengan adanya kesatuan komando atau perintah dari seorang pimpinan, maka diharapkan akan terjaminnya kesatuan tindakan disamping kesatuan tujuan. (2) Dalam proses pengambilan suatu keputusan atau kebijaksanaan dapat dilakukan dengan secepat mungkin, disamping dapat menghemat waktu. Hal ini karena para bawahan yang diajak dalam menentukan keputusan tersebut, dapat dijamin dukungannya bagi keputusan yang akan diambil oleh seorang pemimpin. (3) Dengan adanya kesatuan komando dalam organisasi ini, maka dapat mempertinggi rasa solidaritas atau kesetiakawanan di antara para bawahan pada umumnya. (4) Perkembangan pribadi dari para bawahan dalam organisasi ini mempunyai kecenderungan lebih tegas, artinya tidak perlu ban yak berdalih atas pelaksanaan tugas yang dibebankan padanya, disamping itu juga memiliki pend irian yang kuat.
Contoh bagan 1, menunjukkan bahwa pimpinan suatu organisasi adalah seorang tunggal, dan garis perintah vertikal begitu kuat.

Bagan 1.


2.Bentuk Organisasi Bantuan/staf

Dalam bentuk organisasi ini suatu keputusan dan kebijaksanaan seorang pucuk pimpinan tergantung pada bantuan dari para statnya. Staf adalah orang yang ahli dalam bidang tertentu dalam suatu oraganisasi. Para staf berfungsi dominan dalam menentukan jalannya suatu organisasi, artinya para staf berfungsi memberikan bantuan, baik berupa ide, maupun saran-saran atau nasihat-nasihat terhadap pimpinan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kelancaran tugas seorang pimpinan dalam rangka usaha mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Tugas yang nyata dari seorang pimpinan adalah mengesahkan apa yang telah disepakati atau diputuskan oleh para staf bersamanya dalarllllllllh I rapat atau musyawarah. Selanjutnya tugas-tugas yang telah disahkan itu dilaksanakan pula oleh para staf tersebut bersama dengan staf-staf lainnya yang berstatus dibawahnya, dimana berhak yang sama pula dalam menetukan arah dan pelaksanaan tugas suatu organisasi, demikian untuk seterusnya. Jadi dalam bentuk organisasi ini tidak ada garis komando atau garis ke bawah secara fertikal. Bentuk organisasi in; relevan dengan gaya kepemimpinan yang bersifat partisipan. Hal ini dimaksudkan, bahwa dalam penerapan perilaku partisipasi, pimpinan dan para staf senantiasa bertukar pikiran setiap pemecahan masalah dalam pengambilan suatu keputusan.
Sebagai contoh dapat dilihat bagan 2. yang menunjukkan menonjolnya peranan staf dalam setiap upaya menentukan keputusan dan kebijaksanaan dalam suatu organisasi.

Bagan: 2


Kemudian contoh lain dapat dilihat pada bagan 3 di bawah ini.

Pekerja
Bagan: 3










3. Bentuk Organisasi Garis dan Bantuan (line and staff)

Bentuk organisasi ini merupakan bentuk gabungan antara organisasi garis dan bantuan. Dengan demikian. ciri-ciri utamanya dari organisasi ini adalah, disamping seorang pimimpin menjalankan tugasnya berdasarkan kesatuan komando/perintah, juga ia selalu meminta dan menerima bantun dari para stafnya. Bantuan itu baik berupa usulan, saran, maupun pemikiran­pemikiran ten tang pemecahan masalah yang menyangkut oraganisasi tersebut.
Sementara itu memang para staf memiliki wewenang fungsional dan memberikan bantuan. advis ataupun petunjuk­petunjuk terhadap seorang pimimpin. Selaras dengan itu seorang pimpinan mempunyai wewenang untuk menentukan suatu keputusan dan kebijaksanaan dalam organisasi itu.
Bentuk organisasi ini, juga memiliki kelemahan/kerugian. dan keuntungan/kekuatan.

3.1 Kelemahan/kerugian

Kelemahan dari organisasi ini adalah memungkinkan sering timbul/te~adi perselisihan atau pertentangan. Hal tersebut sebagai akibat perbedaan paham, pemikiran dan sudut pandang, terutama antara petugas stat dan petugas komando. Hal ini selanjutnya dapat pula mengakibatkan terhambatnya aktivitas atau pelaksana suatu tugas yang harus diselesaikan. Kelemahanlkerugian itu diakibatkan oleh beberapa hal: (1) Oleh karena karyawan tidak lagi saling mengenal, maka solidaritas sukardiharapkan. (2) Oleh karena rumit dan kompleksnya susunan organisasi, koordinasi kadang-kadang sukar diterapkan.

3.2 Kekuatan/keuntungan

Keuntungannya mengakibatkan kedisiplinan dapat dipegang . teguh. Dan disertai keahlian dalam bidang masing-masing stat dapat dikembangkan. Hal-hal yang sangat penting sebagai keuntungan/kekuatan dari organisasi ini adalah: {1} Dapat digunakan oleh setiap organisasi besar, apapun tujuannya, betapapun luasnya tugasnya, dan betapapun kompleks susunan organisasinya. (2) Pengambilan keputusan yang sehat lebih mudah dapat diambil, karena adanya stat ahli. {3} Perwujudan "the right man in the right place"lebih mudah dilaksanakan.
Sebagai contoh dapat dilihat bagan: 3 di bawah ini yang menunjukkan tungsi-tungsi stat dan peranan pimpinan dalam menjalankan tugasnya pada suatu organisasi.



Bagan 4.
4. Bentuk Organisasi Fungsional

Organisasi bentuk ini dapat dikatakan sama dengan bentuk organisasi bantuan. Perbedaannya yang mencolok hanya pada arah bantuannya. Pemimpin secara komando memberikan instruksi kepada stat ahlinya yang bertanggung jawab sepenuhnya atas bidang-bidangnya. Jadi para staf tidak ditekankan untuk memberikan saran atau nasihat kepada pimpinan, akan tetapi lazimnya pimpinan yang memberikan tanggung jawab kepada para stat untuk menangani suatu peke~aan sesuai dengan keahlian stat masing-masing. Baru setelah itu para ahli tadi meneruskannya kepada kepala divisi. Oleh karena itu, organisasi ini biasanya dipakai/dipergunakan oleh perusahan atau instansi-instansi pemerintah untuk menangani proyek-proyek tertentu.
Sebagai contoh, dapat dilihat dalam bagan di bawah ini yang menunjukkan tungsis-tungsi dari para ahli untuk melaksanakan tugasnya atas perintah pucuk pimpinan terhadap kepala divisi
tertentu. Organisasi ini juga tidak luput dari berbagai kelemahanl kerugian dan keuntungan/kekuatan.

4.1 Kelemahan/kerugian

(1) Keahlian seorang pimpinan kurang terjamin. (2) Dasar kesatuan komando sulit untuk didapatkan. (3) Koordinasi sulit untuk dilaksanakan. (4) Dapat menimbulkan dispersonalisasi.

4.2 Kekuatan/keuntungan

(1) Memungkinkan perkembangan keahlian daripada para stat lebih besar, sebab ia secara khusus dan terus menerus melakukan tugas yang benar-benar bidang keahliannya, sehingga pelaksanaan peke~aan dapat berhasil dengan baik. (2) Tanggung jawab atas pekerjaan para stat dan tungsinya dapat terjamin.

5. Bentuk Organisasi Kepanitiaan (Committee)

Bentuk organisasi ini pimpinannya lebih dari satu orang (sampai beberapa orang/kolektif. Perihal segala keputusan dalam rangka menentukan arah, dan pembagian tugas dalam organisasi ini merupakan tanggung jawab bersama. Organisasi ini sama dengan organisasi lain dalam hal kerugian/kelemahan dan keuntungan/kelemahannya.

5.1 Kelemahan/kerugian

(1) Organisasi ini lebih banyak menyita waktu maupun biaya. (2) Mengemukakan untuk terjadinya kecenderungan pengelakan I pengingkaran akan tanggung jawab.

5.2 Kekuatan/Keuntungan

(1) Intormasi dan jaringan komunikasi lebih banyak, sehingga memungkinkan semakin banyak pula bahan masukan seperti ide­ide, saran-saran, usul-usul dan sebagainya yang ada hubungannya usaha pencapaian tujuan dari organisasi tersebut. (2) Berbagai pertimbangan akan banyak didapat, sehingga memungkinkan untuk mendapat suatu keputusan yang tepat, karena adanya kelompok­kelompok yang sering mengadakan perundingan (diskusi atau musyawarah)
Bentuk-bentuk organisasi yang telah dipaparkan di atas dapat dibedakan menu rut: (1) Jumlah orang yang memegang pimpinan: (a) Bentuk tunggal, dimana organisasi dipimpin oleh seorang tunggal. (b) Bentuk komisi, dimana organisasi dipimpin oleh lebih dari satu orang. (2) Menurut Iintas wewenang dan tanggung jawab serta hubungan kerja pada kesatuan dalam organisasi dua bentuk tersebut di atas dapat dibedakan atas tiga bagian, yakni: (a) Bentuk lurus. (b) Bentuk tungsional (c) Bentuk lurus dan fungsional.
Oleh karena itu, setiap bentuk organisasi memiliki beberapa prinsip sebagai berikut:
(1) Prinsip bahwa organisasi harus memiliki tujuan yang jelas. Organisasi dibentuk atau disusun atas dasar adanya tujuan.
(2) Prinsip skala hirarkhi, yakni adanya garis wewenang yang jelas dari pimpinan tingkat atas sampai pada pimpinan tingkat bawah, berarti garis pelimpahan wewenang dan garis pertanggungjawabannya akan lebih etektit. Demikian juga proses pengambilan keputusan, sistem komunikasi dan koordinasinya suatu organisasi.
(3) Prinsip kesatuan perintahl komando, bahwa seorang hanya menerima perintah dan bertanggung jawab terhadap seorang atasan saja.
(4) Prinsip pelimpahan wewenang, hal ini disebabkan seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas, dalam melaksanakan segala pekerjaannya, maka kewenangan itu harus dilimpahkan kepada pejabat-pejabat pimpinan sampai yang terendah sekalipun. Pelimpahan wewenang itu harus dapat menjamin kemampuan para pejabat tersebut untuk mencapai hasil yang diharapkan. Yang dimaksudkan dengan pelimpahan wewenang ialah wewenang para pejabat pimpinan itu untuk mengambil keputusan, mengambil keputusan terhadap orang lain, dan mengandalkan tindakan tanpa minta persetujuan terlebih dahulu kepada atasannya lagi.
(5) Prinsip pertanggungjawaban, dalam menjalankan tugasnya bawahan harus bertanggung jawab sepenuh kepada atasannya. Sekalipun demikian atasan tidak dapat menghindarkan pertanggungjawabannya atas segala kegiatan/perbuatan yang dilakukan oleh bawahannya.
(6) Prinsip pembagian pekerjaan, pembagian pekerjaan timbul disebabkan bahwa seseorang mempunyai kemampuan terbatas untuk melakukan segala macam pekerjaaan. Oleh karena itu, pembpgian pekerjaan berarti bahwa kegiatan-kegiatan dalam melakukan pekerkaan harus dikhususkan secara sempuma (spesialisasi). Kegiatan-kegiatan itu harus jelas ditentukan dan dikelompokkan agar lebih efektif dalam meneapai tujuan organisasi.
(7) Prinsip jenjang/rentang pengendalian, jenjang rentang pengendalian artinya bahwa jumlah bawahan yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi seeara rasional, karena itu tingkat-tingkat kewenangan harus dibatasi seminim mungkin, agar biaya overhead dapat ditekan serendah mungkin. Sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi. Misalnya, (a) Rentang pengendalian yang sempit, yakni apabila jumlah bawahan yang harus dikendalikan itu relatif keeil (4-8 orang). (b) Rentang pengendalian yang luas, yakni apabila jumlah bawahan yang dikendalikan oleh seorang atasan relatif lebih besar (8-15 orang).
(8) Prinsip fungsional, bahwa seorang dalam organisasi seeara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan ke~a serta tanggung jawabnya dalam usaha meneapai tujuan organisasi.
(9) Prinsip pemisahan, bahwa beban tugas peke~aan seorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.
(10) Prinsip Keseimbangan, keseimbangan antar struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Keseimbangan antara beban tugas pekerjaan dengan fungsi-fungsi manager. Dalam prakteknya keseimbangan itu mungkin tejadi pada bidang-bidang tertentu, misalnya: pada struktur organisasi, yakni apabila jenjang/rentang pengendalian (span of contrail) tidak efisien, karena komunikasi yang luas tidak efisien, dan sebagainya.
(11) Prinsip f1eksibilitas, suatu pertumbuhan dan perkembangan organisasi (menyusun kembali) harus disesuaikan dengan perubahan dan dinamika organisasi itu, sebab jika tidak dapat menyesuaikan, maka organisasi itu tidak dapat menuju tujuannya. Oleh karena itu, diperlukan reorganisasi, karena mungkin perubahan pimpinannya, perubahan penggunaan metode dan prosedumya, mung kin juga tidak sesuai lagi dengan tugasnya, sehingga harus disesuaikan dengan tugasnya yang baru.

6. Bentuk Organisasi Gereja

Sebagaimana tubuh organisasi umumnya terdapat berbagai bentuk struktur organisasi, demikian pula di dalam tubuh Organisasi gereja terdapat berbagai bentuk struktur organisasi. Oleh karena itu, penulis mengutarakan beberapa bentuk organisasi yang terdapat di kalangan gereja maupun di dalam Alkitab.



6.1. Bentuk Papal


Didalam organisasi bentuk papal, kepemimpinan disusun menurut anak tangga. Susunan serupa dinamakan hirarkhi. Pada hakekatnya sarna dengan organisasi (biasa) yang disebut Struktur liniar. Bentuk organisasi gereja yang disebut papal ini dianut oleh gereja Katolik Roma.

6.2.Bentuk Episkopal

Di dalam episkopal setiap gembala (pendeta) disebut uskup. Para uskup (yang lebih terkenal dengan sebutan para Bishop) memegang pimpinan dan pemerintahan atas gereja seeara keseluruhan sedangkan seorang uskup memegang pimpinan dan pemerintahan atas suatu daerah.

6.3. Bentuk Kongregasional

Bentuk gereja dengan sistim kongregasional adalah menempatkan gereja lokal seeara independen. Dan jabatan gerejawi dalam jemaat adalah jabatan yang mewakili jemaat. Bentuk organisasi Kongregasional yang juga disebut organisasi independen ini memberi wewenang penuh pada anggota jemaat. Di dalam segala hal, baik pemilihan majelis, kebutuhan gereja, pemanggilan pendeta dan lain-lain ditentukan oleh rapat jemaat. Tugas pokok pendeta adalah kegiatan rohani, an tara lain:
mengabarkan Injil, memimpin sakramen. Sedangkan para majelis bertugas sebagai Badan Pembantu Pendeta dalam bidang administrasi dan hal-hallain yang tidak atau kurang dijangkau oleh
pendeta.

6.4. Bentuk Presbiterial Sinodal

Dalam bentuk organisasi gereja Presbyterial Sinodal, maka Pres­byter (tua-tua) gereja tergabung menjadi majelis jemaat bersama­sarna memimpin dan memerintah jemaat setempat (Iokal). Pres­byter (majelis jemaat) berjalan bersama-sama dalam sinode. Bentuk organisasi ini, bukan saja menghormati pendeta dan juga menghargai pemimpin-pamimpin rohani. Oi dalam kepemimpinan sebagai jemaat awam diikutsertakan dengan lebih dulu dilantik. Sebagai penatua gereja, mereka bersama-sama dengan pendeta mengatur roda kehidupan pendeta . Pada umumnya gereja di In­donesia yang sudah mengkombinasi struktur organisasi, menyebut penatua ini sabagai majelis. Jika jemaat ini sudah berkembang, sehingga menjadi beberapa atau puluhan gereja, maka mereka mendidrikan suatu wadah yang dinamakan sinode. Melalui sidang sinode ini, mereka secara periodik bertemu. Oalam sinode ini akan menghasilkan keputusan-keputusan penting yang akan menentukan arah gereja.


7. Bentuk Organisasi Jaman Musa

Pada jaman Perjanjian Lama, bentuk organisasi yang ter1ihat, khususnya pada zaman Musa adalah sebagai berikut: Pada mulanya sebelum ada usul dari mertuanya Musa yang bemama Vitro, maka organisasi mereka berbentuk organisasi Iiniar. Oleh karena Allah yang memegang pimpinan tertinggi, kemudian Musa, dan selanjutnya orang Israel. Hal ini dapat diperhatikan dalam bagan ini.

ALLAH
MUSA
UMAT ISRAEL
Bagan 5.

Akan tetapi struktur ini, kemudian mengalami perubahan, karena dinilai oleh Vitro kurang relevan untuk suatu organisasi yang begitu besar dan luas. Oleh karena itu, ia mengusulkan perubahan dan usul ini diterima Musa dan organisasi mereka berbentuk sebagai berikut, Allah tetap sebagai pimpinan teratas, kemudian Musa dan selanjutnya pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang, pemimpin sepuluh orang dan terakhir adalah pribadi-pribadi. Dengan demikian, terlihat bahwa Allah secara langsung memberi komando dan tugas kepada Musa. Kemudian Musa melanjut kepada pemimpin seribu orang dan pemimpin seribu kepada pemimpin seratus orang dan sterusnya serta berakhir pada pribadi-pribadi. Pertanggungan-jawab diberikan dari tingkat bawah sampai ketingkat atas (Keluaran 18:13-26).
Dengan melihat perubahan ini, maka struktur organisasi yang permulaannya berbentuk Liniar, kemudian menjadi bentuk Liniar



ALLAH
MUSA
PEMIMPIN SERIBU ORANG
PEMIMPIN SERATUS ORANG
PEMIMPIN LIMA PULUH ORANG
PEMIMPIN SEPULUH ORANG
UMAT ISRAEL
Bagan 6.


6.Bentuk Organisasi Gereja Permulaan

Sesudah Pentakosta, yakni turunnya Oknum Ketiga dari Al­lah Tritunggal, Roh Kudus, maka mulailah gereja berkembang. Pada mulanya struktur organisasi mereka meniru perjanjian Lama, yakni struktur organisasi Liniar.





Bagan: 7.

Dengan kemajuan-kemajuan pesat yang dicapai oleh gereja, maka jemaat mulai diperhadapkan pada masalah-masalah yang kompleks. Struktur organisasi di atas, sudah mulai tidak relevan lagi, karena tidak dapat mencukupi kebutuhan. Oleh karena asal mula perubahan bentuk organisasi, disebabkan timbulnya masalah yang kompleks. Orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, bersungut-sungut terhadap orang Yahudi yang berbahasa Ibrani, karena mereka merasakan kebutuhan janda-janda dari golongan mereka tidak diperhatikan. Untuk mengatasi permasalahan yan dapat menjurus kepada perpecahan ini, dan juga agar tugas pokok mereka, yakni mengabarkan Injil dan doa tidak terbengkalai, mak para rasul memutuskan untuk mengangkat tujuh orang penatllli agar membantu mereka dibidang pelayanan sosial (Kis. 6:1-'1) Dengan pengangkatan tersebut, maka terjadilah perubahan struktur organisasi
Allah tetap memegang pimpinan tertinggi, dalam pengelolahan pelayanan, Allah dibantu oleh para rasul di bidang pelayanan rohani dan para penatua di bidang pelayanan sosial. Dengan te~adinya perubahan ini, maka struktur organisasi yang semula berbentuk Liniar, kemudian berbentuk Liniar dan Stat.


Bagan:8a


Bagan:8b

Dalam Kisah Para Rasul 1:8 dinyatakan, "Kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi", Perkataan yang diucapkan Tuhan Yesus , menjelang Ia naik ke Sorga, menunjukkan bahwa Injil akan terus berkesinambungan, bahkan tidak putus-putusnya akan diberikan. Dengan kata lain, bahwajemaatTuhan akan terus berkembang. Perkataan Tuhan Yesus memang terbukti dengan kemajuan-kemajuan yang dialami gereja pada abad pertama. Perkembangan jemaat bukan saja terjadi di tanah Palestina, Asia keeil dan juga Benua Eropa. Dengan kemajuan-kemajuan yang dieapai ini, maka dengan sendirinya ruang Iingkup kegiatan organisasi makin hari makin luas. Dengan luasnya ruang lingkup organisasi, maka struktur organisasi, di tingkat antar gereja mengalami perubahan. Hal ini terti hat pada Kisah Para RasuI15:1­21. Kelihatannya gereja-gereja pada waktu itu, telah membentuk satu wadah persekutuan antargereja (sinode) yang berkedudukan di Yerusalem. Dan pengurus Sinode terdiri dari Para Rasul, Para penatua yang diketuai oleh Yakobus. Struktur organisasi yang semula berbentuk Liniar dan Staf berubah menjadi bentuk Organisasi Fungsional.










MAJELIS
JEMAAT



Pertu dipahami yang dimaksudkan dengan jemaat, adalah gereja-gereja yang berada di Palestina. Asia keeil dan Eropa. Persidangan Sinode adalah pertemuan dari wakil-wakil gereja. Badan Pengurus Sinode terdiri dari Yakobus sebagai ketua dan para rasul dan para penatua sebagai anggotanya. Struktur










ADMINISTASI YANG TELITI ADALAH
SYARAT BAGI KEHIDUPAN JEMAAT YANG SEHAT
KARENA MENDAMBAKAN KESERASIHAN DAN KETERTIAN!








ARTI KATA ADMINISTRASI:

Kata administrasi berasal dari akar kata administer yang diambil dari bahasa Latin administrare dan secara harfiah berarti melayani








Jadi, PENGERTIAN administrasi gereja adalah alat untuk melayani gereja, agar tujuan gereja tercapai dengan baik.

TUJUAN administrasi gereja adalah agar segala sesuatu dalam gereja Kristus berlangsung dengan sopan dan teratur; berjalan dengan efektif dan efisien bagi kemulian Allah.



Oleh sebab itu perlu ada peraturan mengenai:
Jabatan-Jabatan dalam gereja
Rapat-Rapat
Pengawasan Ajaran dan Ibadah-Ibadah
Sistem administrasi gereja.
Disiplin gereja.




Dimana kita mengetahui semuanya itu?

Bukalah Dokumen/Buku Pedoman Pelayanan gereja:
AD dan ART
Buku Peraturan Gereja
Buku Sistim Administrasi Gereja
Hal-hal mana yang bagian dari administrasi gereja?

Surat-Surat
Arsip
Buku Kas
Nutulen
Buku Induk Jemaat
Buku Baptisan
Membuat Statistik Jemaat
Membuat Bagan/Struktur Organisasi jemaaat
Kartu Keluarga Anggota Jemaat (KKAJ)
Surat-Surat Penting lainnya adalah:
1. Setifikat Tanah
2. SK pendirian lembaga
3. Surat Baptisan
4. Surat Nikah
5. Surat Penyerahan Anak
6. Surat Keterangan Pindah
7. Surat Lisensi
8. Surat Pengantar
9. Surat Rekomendasi
10. Surat Pernyataan
11. Surat Penghargaan
12. Surat Disiplin
13. Surat Pengunduran diri

ADMINISTRASI DI SORGA SANGAT RAPI DAN TERTATA DENGAN BAIK




MENJAGA DAN MENGISI DAFTAR ANGGOTA GEREJA SERTA MENULIS SURAT-SURAT KESAKSIAN

Majelis gereja bertanggungjawab mengadministrasikan semua daftar anggota dengan data-data lengkap.

Majelis gereja memperhatikan supaya tugas itu terlaksanakan dengan saksama. Kita tahu, TUHAN menuliskan semua nama orang pilihan dalam kitab kehidupan (Wahyu 20:12), jadi di surga juga ada administrasi yang tertata rapi. Tapi di dunia kita bertanggung jawab menjaga gereja supaya semuanya berjalan teratur dan rapi. Daftar anggotaf anggota harus diatur baik, supaya generasi yang akan datang mewarisi data-data yang lengkap tentang semua orang yang dibaptis, dan semua anggota jemaat. Jangan andalkan ingatan manusiawi! Harus ada daftar yang tertulis!
Itu sebabnya, hahwa pada umumnya digunakan:

BUKU DATA UMUM , BAPTISAN DAN KARTU ANGGOTA JEMAAT

“HIDUPLAH DENGAN BIJAKSANA, ADIL, DAN BERIBADAH”

(bdk. Titus 2:12)
Kepada segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
salam sejahtera dalam Kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
1. Dalam suasana sukacita Natal yang menyinggahi ruang-ruang kehidupan, kita
mengucap syukur kepada Allah atas kelahiran Yesus Kristus, Juruselamat kita,
karena dalam Dialah “kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia
sudah nyata” (Titus 2:11). Yesus Kristus datang ke dunia supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Kasih karunia Allah yang tampak dalam diri Yesus Kristus itu pertama-tama
membuat kita sanggup meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi
(Titus 2:12), lalu mendidik kita untuk “hidup bijaksana, adil dan beribadah” (Titus
2:12).
Kasih karunia Allah itu mendidik kita untuk menjadi bijaksana dan penuh
penguasaan diri. Kita telah dipanggil untuk mengikuti Kristus dan telah menyatakan
kesediaan untuk mengikuti-Nya. Dalam setiap saat dan kesempatan, kita diajar
mendengarkan firman Allah dan hidup sesuai dengan firman itu, seperti Kristus
sendiri hidup dalam ketaatan penuh kepada Bapa.
Kebijaksanaan Kristiani ini haruslah memancar dalam hubungan dengan sesama.
Dalam diri Anak-Nya Allah memberikan keselamatan kepada semua manusia, tanpa
memandang suku, status sosial, dan agama. Allah menjadi manusia untuk
menebusnya dari segala cela dan dosanya. Seperti Allah mengasihi semua orang,
kita pun dipanggil untuk mengasihi sesama manusia, lebih-lebih sesama yang
dipertemukan oleh Allah dengan kita dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Ketika
kita mengasihi sesama tanpa memandang suku, agama, dan status sosial, maka
kita telah berlaku adil. Kita telah menerima kasih dari Allah, dan Allah menghendaki
agar kita mampu membawa kasih itu kepada sesama.
Kehendak Allah hanya dapat kita mengerti bila kita sendiri memiliki hubungan yang
akrab dengan-Nya. Dalam ibadah yang kita lakukan, kita mendengarkan firman
Allah, merayakan karya penyelamatan Allah, dan membina hubungan dengan Allah.
Ibadah yang sejati membawa manusia pada kebahagiaan karena hakikat kehidupan
beragama adalah hidup dalam hubungan pribadi dengan Allah dan ikut mengambil
bagian dalam karya Allah untuk mengasihi manusia dan dunia.
2. Rakyat telah memilih orang-orang yang dipercaya untuk memperhatikan dan
melayani kepentingan umum demi terwujudnya kesejahteraan bersama. Walaupun
ada di antara mereka yang dipilih itu justru sibuk mengurusi kepentingan sendiri dan
lebih mempedulikan kekuasaan daripada kesejahteraan bersama, tidak bisa
disangkal bahwa ada banyak orang yang penuh kesungguhan hati melayani
sesama.
Dengan dukungan pemerintah atau dengan usaha sendiri, mereka telah berjuang
membantu sesama warga bangsa untuk mencapai kesejahteraan dan untuk
menciptakan kehidupan yang lebih baik. Menurut kemampuan masing-masing,
banyak anggota masyarakat, baik secara pribadi maupun dalam kelompok, telah
berjuang memajukan pendidikan bagi anak-anak bangsa karena sadar bahwa
kemajuan bangsa ini sangat ditentukan oleh pendidikan mereka di masa sekarang.
Kita berusaha dengan tidak henti-hentinya agar seluruh warga bangsa dapat hidup
dengan rukun dan damai. Dalam hubungan itu, kita berupaya untuk terus menerus
melakukan dialog dengan berbagai kelompok agama dan masyarakat supaya setiap
warga dapat menjalankan kehidupan imannya secara lebih penuh tanpa rasa takut
dan curiga satu sama lain. Berbagai hambatan dan kesulitan dalam usaha dialog ini
telah kita lalui dan tidak perlu membuat kita patah semangat.
Kita patut bersyukur oleh karena bangsa kita telah sanggup bertahan menghadapi
berbagai bencana yang silih berganti melanda negeri kita. Berbagai bencana itu
tidak membuat kita putus asa dan berhenti berusaha. Masih banyak warga bangsa
yang turut berbela rasa dan membantu meringankan beban sesama yang ditimpa
bencana dan malapetaka sehingga mereka tidak terhimpit dalam penderitaan yang
berkepanjangan.
3. Dalam segala usaha untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, memajukan
pendidikan, dan menciptakan kerukunan itu baiklah kita ingat akan kasih karunia
Allah yang telah dinyatakan dalam diri Kristus. Kasih karunia itu telah mendidik kita
dan memberi kita kemampuan agar sanggup hidup secara bijaksana, adil, dan
beribadah. Untuk mewujudkan hal itu kami mengajak seluruh umat Kristiani
Indonesia mewujudkan hal-hal berikut:
:: Tekun mendengarkan firman Allah yang tertulis dalam Kitab Suci agar
kebijaksanaan ilahi meresapi pikiran dan hati kita. Kita menyadari bahwa
kemajuan zaman merupakan tantangan tersendiri bagi kehidupan iman kita.
Sebab itu, anak-anak, remaja, dan kaum muda hendaknya sejak dini diajar untuk
mendengarkan firman Allah dan menaatinya.
:: Tetap melibatkan diri dalam usaha-usaha untuk memajukan kesejahteraan umum
dan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Dengan cara ini, secara nyata kita
menjalankan perintah Allah untuk berlaku adil kepada semua orang dan mengasihi
sesama tanpa memandang suku, agama, ataupun golongan. Dalam segala usaha
ini marilah kita memohon bantuan Tuhan agar Ia menganugerahkan kesejahteraan
bagi bangsa kita, kebijaksanaan bagi para pemimpin bangsa kita, dan keamanan
bagi negeri kita.
:: Terus-menerus menjalankan dengan setia ibadah sejati kepada Allah demi
pemantapan iman kepada Tuhan dan menghindarkan diri dari ibadah yang basabasi.
Ibadah sejati tidak dijalankan untuk memamerkan kesalehan tetapi untuk
membina hubungan pribadi dengan Allah sehingga benar-benar menghasilkan
buah nyata dalam tindakan. Oleh karena itu, hendaknya kita menjauhkan diri dari
segala tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah seperti korupsi,
penyalahgunaan narkoba, tindak kekerasan, dan sebagainya. Kita dipanggil untuk
mengembangkan dan memelihara kebebasan yang bertanggung jawab agar
semua warga bangsa dapat menjalankan ibadah dengan leluasa sesuai dengan
tatacara agama masing-masing dan kekayaan budaya para pemeluknya.
Akhirnya, marilah kita memohon kebijaksanaan Allah agar kita sanggup memahami
firman Allah dan hidup menurut firman itu, sebagaimana Kristus sendiri hidup dalam
ketaatan penuh kepada Bapa.
SELAMAT NATAL 2007 DAN TAHUN BARU 2008
Jakarta, Medio November 2007
Majelis Pekerja Harian
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia
Konferensi Waligereja Indonesia
Pdt. Dr. A. A. Yewangoe
Ketua Umum
Pdt. Dr. Richard M. Daulay
Sekretaris Umum
Mgr. Martinus D. Situmorang, O.F.M.Cap.
Ketua
Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka, M.S.F.
Sekretaris Jenderal

LAGU MARS SINODE KINGMI PAPUA

SEPUTAR LAHIRNYA MARS SINODE GKI (KINGMI) PAPUA

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Lahirnya Mars Sinose Kingmi

a. Semangat roh kembalinya Sinode Kingmi Papua.
b. Membangun kesatuan dan persatuan dalam organisasi gereja Kingmi
c. Membangun cirri khas gereja Kingmi

2. Tim Pengarang Lagu Mars Sinode
a. Bpk Fredy Kusen
b. Drs. Dody Siwabesy, MP
c. Pdt.Yance Nawipa, M.Th

Nawipa, Yance lahir di Kagokadagi Paniai Propinsi Papua pada tanggal 05 Januari 1968. Anak pertama dari alm Pdt. Lukas Nawipa dan alma Lea Gobai sebagai pelayan Tuhan di pedalaman Paniai. Saya menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) YPPGI di Obaipugaida. Pada bulai Mei 1982 saya menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) YPK di Wamena. Kemudian melanjutkan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) YPPGI pada tahun dan kota yang sama, dan menyelesaikan pada bulan Mei 1987, sesudah itu melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Teologi Jaffray (STTJ) Ujungpandang pada bulan Agustus 1987 dan menyelesaikan pada bulan Mei 1992.
Saya, pernah melayani di beberapa tempat, antara lain: menjadi Guru pada Sekolah Teologi Atas (STA) Bozeman dan mengajar pada Akademi Agama Kristen di Wamena tahun 1992-1993. Setelah itu melanjukna pendidikan Program Pasca Sarjana pada Institut Filsafat Theologi dan Kepemimpinan Jaffray (IFTKJ) Jakarta dan menyelesaikan 1995. Menikah dengan Ny.Mince T. Nawipa pada tanggal 15 April 1995 di Jakarta. Telah di karuniai Tuhan dua orang putri, yaitu Febrin Visi Irka Nawipa (SMP) dan Sela Almenda Nawipa (TK).
Melayani Tuhan pada Sekolah Tinggi Teologi GKIP Sorong dan menjadi Gembala sidang Pos Pelayanan Km 12 Sorong dari tahun 1995—1999. Kemudian membuka Sekolah Tinggi Teologi Walter Post Kampus II Nabire tahun 1999 dan sedang melayani sebagai Ketua Sekolah. Pernah menjadi Gembala Sidang GKI (Kingmi) Jemaat Sejahtera Nabire sejak tahun 2000—2004. Kemudian tahun 2006/2007 telah menyelesaikan Program Pascasarjana Jurusana Kepemimpinan Konsentrasi Manajemen Gereja pada IFTK Jaffray Jakarta, dengan Judul Tesis: “Model-Model Kepemimpinan Para Hamba Tuhan dari Sejak 1938—2005 Sebagai Suatu Acuan bagi Kepemimpinan Gereja Kemah Injil Menuju Kemandirian di Tanah Papua.”

Berkaitan dengan kembalinya Sinode Kingmi Papua, maka saya menulis judul tesis ini untuk memberikan kontribusi pikiran kepada pihak gereja untuk mengembangkan diri menjadi mandiri di Tanah Papua. Dengan semangat roh sinode Kingmi ini, maka saya diberi kesempatan oleh Panitia Konferensi Wilayah ke-VIII untuk menyusun teks lagu Mars Sinode Kingmi Papua.

Lagu Mars Sinode ini dikarang dalam suasana yang penuh semangat, untuk membangun Sinode Kingmi di Tanah Papua sebagai sebuah lembaga gereja yang kuat, sehat, hidup dan mandiri.

3. Tujuan Lahirnya Mars Sinode

Di dalam Syair lagu Mars Sinode Kingmi Papua terdapat gambaran visi, misi, tujuan, dan falsafah pelayanan organisasi Gereja Kingmi. Dengan menghayati dan mengamalkan isi syair lagu agar seluruh warga Gereja Kingmi memiliki sehati, sepikir, seroh, seiman untuk melayani Tuhan bersama-sama di Tanah Papua ini dalam Kuat Kuasa Kebangkitan Kristus untuk menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah dan menciptakan Zona Damai di Tanah Papua.

4. Penjelasan Istilah

4.1. Lagu Mars


4.2. Sinode

Sinode (juga dikenal sebagai konsili) adalah sebuah dewan dari sebuah Gereja Kristen, yang biasanya dihimpun untuk mengambil keputusan tentang suatu masalah doktrin, administrasi atau aplikasi. Sebuah konsili ekumenis dinamai demikian karena ia merupakan sinode dari seluruh Gereja (ekumene) atau, lebih tepatnya, dari semua yang menganggapnya sebagai seluruh Gereja.
Kata "sinode" berasal dari kata Yunani συνοδος yang berasal dari kata συν (sun=bersama-sama) dan όδος (hodos=jalan) yang berarti "berjalan bersama". Dengan demikian, kata "sinode" juga berarti "persidangan" atau "pertemuan" yang menekankan kebersamaan. Kata ini sinonim denagn kata Latin concilium — "konsili". Pada mulanya, sinode adalah pertemuan yang dihadiri oleh para uskup, dan kata ini masih dipergunakan dalam pengertian ini di lingkungan Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur.
Kadang-kadang ungkapan sinode umum atau konsili umum merujuk kepada suatu konsili ekumenis. Kata sinode juga merujuk kepada dewan para uskup yang berkedudukan tinggi, yang membawahi sejumlah Gereja Ortodoks yang mempunyai pimpinan sendiri (otosefalus).

Penggunaan di berbagai denominasi Gereja

Gereja Ortodoks
Di lingkungan Gereja-gereja Ortodoks, sinode terdiri atas para uskup dan merupakan sarana utama untuk pemilihan uskup dan penetapan hukum-hukum gerejawi antar-diosis.
Gereja Katolik Roma

Sinode lokal
Di lingkungan Gereja-gereja ritus Timur sinode mempunyai pengertian yang sama dengan di lingkungan Gereja-gereja Ortodoks. Di lingkungan Gereja-gereja ritus Latin mempunyai pengertian berikut: Konsili-konsili tertentu, Sinode diosis (keuskupan), Konferensi uskup nasional.
Konsili-konsili tertentu adalah sinode-sinode yang tidak permanen dari para uskup ritus Latin di wilayah-wilayah tertentu. Konsili ini mempunyai dua bentuk: konsili atau sinode lengkap, yang terdiri atas para uskup dari suatu negara dan yang dihimpunkan oleh dua pertiga suara dari konferensi uskup nasional, dan dewan provinsial, yang terdiri atas para uskup dari suatu provinsi gerejawi dan yang dihimpunkan oleh metropolitan dengan persetujuan dari mayoritas uskup yang ada di bawahnya. Para uskup wilayah (termasuk uskup pembantu serta mereka yang bukan uskup yang mengepalai gereja-gereja tertentu di wilayah (misalnya, kepala biara teritorial) dan vikar apostolik) mempunyai hak suara dalam konsili-konsili pleno atau provinsial, meskipun beberapa anggota lainnya dari wilayah yang bersangkutan (seperti misalnya presiden universitas Katolik dan para pejabat gereja curia setempat diundang dan berpartisipasi sebagai penasihat.
Sinode diosis adalah sebuah pertemuan yang tidak permanen dari para rohaniwan dan awam dari suatu gereja di wilayah tertentu, yang diundang oleh uskup diosis sebagai suatu dewan penasihat tentang masalah-masalah legislatif. Hanya seorang uskup (uskup diosis) yang mempunyai hak suara, dan di diosis-diosis yang tidak mempunyai uskup pembantu, ia mungkin merupakan satu-satunya uskup yang menghadiri sinode ini. Para anggota lain dari sinode diosis, termasuk para uskup pembantu yang hadir, hanya bertindak sebagai penasihat, sementara segala keputusan untuk mengeluarkan keputusan hukum diserahkan kepada uskup diosis.
Konferensi uskup nasional adalah sebuah lembaga permanen yang terdiri atas semua uskup ritus Latin di sebuah negara. Para uskup dari gereja-gereja sui juris lainnya dan utusan nuncio Paus menurut hukum tidak termasuk dalam konferensi para uskup, meskipun konferensi itu sendiri dapat mengundang mereka untuk menghadirinya sebagai penasihat atau dengan hak suara (Hukum Kanon 450).
Baik sinode partikular (kan. 445) dan sinode keuskupan (kan. 391 & 466) mempunyai kekuasaan legislatif penuh atas anggota-anggotanya. Hal ini berbeda dengan kekuasaan konferensi uskup nasional, yang hanya mengeluarkan hukum-hukum pelengkap hanya bila diberikan wewenang untuk hal itu oleh dekrit Takhta Suci. Setiap hukum pelengkap harus pula dikukuhkan oleh Takhta Suci (kan. 455).

Sinode Umum
Gereja Katolik Roma juga mempunyai dua sinode yang terdiri atas anggota-anggota dari seluruh Gereja: Sinode para Uskup dan Konsili ekumenis
Sinode Para Uskup adalah sesuatu yang baru dari Konsili Vatikan II, yang diperkenalkan lewat dekrit Christus Dominus. Sinode ini adalah sebuah dewan penasihat Paus, yang anggota-anggotanya terdiri atas para uskup terpilih dari seluruh dunia. Paus berfungsi sebagai presidennya atau menunjuk seseorang sebagai presidennya, menetapkan agendanya, menghimpun, menunda, dan membatalkan sinode, dan dapat pula mengangkat anggota-anggota tambahan ke dalamnya (kan. 344). Para anggota sinode mengungkapkan pandangan-pandangannya mengenai masalah-masalah secara pribadi (artinya, sinode tidak mengeluarkan dekrit atau resolusi), tetapi Paus, atas keputusannya sendiri, dapat memberikan kuasa itu. Dalam hal ini, dekrit-dekrit atau resolusinya disetujui dan dirumuskan oleh Paus sendiri (kan. 343). Sinode Para Uskup ini ditunda apabila Takhta Suci kosong.
Gereja Katolik Roma percaya bahwa sebuah konsili ekumenis adalah sebuah sinode non-permanen dari semua uskup yang ada dalam persekutuan dengan Paus dan yang, bersama-sama dengan Paus, menjadi pemimpin tertinggi di dunia atas seluruh Gereja Kristen (kan. 336). Paus sendirilah yang mempunyai hak untuk menghimpunkan, menunda, dan membubarkan sebuah konsili ekumenis. Ia sendiri pula yang memimpinnya atau memilih seseorang yang lain untuk mewakilinya dan menentukan agendanya (kan. 338). Apabila Takhta Suci kosong, maka otomatis sebuah konsili ekumenis akan ditunda. Sebelum hukum-hukum dikeluarkan oleh sebuah konsili ekumenis diberlakukan atau sebelum ajaran-ajaran yang dikeluarkan oleh sebuah konsili ekumenis dianggap otentik, semuanya itu harus dikukuhkano leh Paus, yaitu orang satu-satunya yang berhak merumuskannya (kan. 341). Harus dicatat bahwa pandangan tentang konsili ekumenis ini sangat berbeda dengan pandangan-pandangan yang dipegang oleh denominasi-denominasi Kristen lainnya.

Gereja Anglikan
Di lingkungan Komuni Anglikan, sinode dipilih oleh para rohaniwan dan awam. Di kebanyakan gereja-gereja Anglikan, ada hierarkhi sinode yang dibagi menurut geografinya, dengan Sinode Umum di puncaknya; para uskup, rohaniwan dan kaum awam bertemu sebagai "kelompok" di dalam sinode.
Sinode diosis dihimpun oleh seorang uskup di dalam diosisnya, dan terdiri atas rohaniwan dan anggota awam yang terpilih.
Sinode dekanat dihimpun oleh Dekan rural (atau Dekan Wilayah) dan terdiri atas semua rohaniwan yang ditunjuk ke masing-masing paroki di lingkungan dekanan, ditambah anggota-anggota awam yang diangkat.

Gereja Lutheran
Dalam tradisi Lutheran sinode dapat merupakan suatu wilayah administratif setempat yang serupa dengan sebuah diosis, seperti misalnya Sinode Daerah Minneapolis dari Evangelical Lutheran Church in America (Gereja Lutheran Injili di Amerika), atau menunjuk kepada keseluruhan tubuh gereja, seperti misalnya Lutheran Church - Missouri Synod (Gereja Lutheran - Sinode Missouri, sebuah denominasi Lutheran yang konservatif). Kadang-kadang kata ini juga digunakan untuk pertemuan para pendeta dari sebuah diosis. Dalam hal ini, kata tersebut tidak mengandung makna administratif.

Gereja Presbyterian
Dalam sistem pemerintahan Gereja Presbyterian kata sinode adalah tingkat administrasi antara klasis setempat dan General Assembly (Persidangan Umum), sebagai lembaga tertinggi pemerintahannya. Beberapa denominasi menggunakan kata sinode, seperti misalnya Presbyterian Church in Canada (Gereja Presbyterian di Kanada), Uniting Church in Australia (Gereja Bersatu di Australia), dan Presbyterian Church (USA) (Gereja Presbyterian di AS). Namun, sebagian gereja lainnya tidak menggunakan kata sinode sama sekali, dan Gereja Skotlandia membubarkan sinodenya pada tahun 1980-an, lihat Daftar Sinode dan klasis Gereja Skotlandia.

Gereja-gereja Reformasi
Di Swiss dan Gereja-gereja Reformasi Jerman Selatan Gereja-gereja Reformasi ditata sebagai gereja-gereja mandiri yang dinamai menurut wilayahnya (mis. Gereja Reformasi Injili Zürich, Gereja Reformasi Berne), sinode mempunyai kedudukan sejajar dengan Persidangan Umum dari Gereja-gereja Presbyterian. Di Belanda, Gereja-gereja Reformasi (dan di kalangan Gereja-gereja Reformasi orang-orang Belanda di Amerika Utara), "sinode" adalah persidangan denominasi yang dihadiri oleh wakil-wakil dari masing-masing klasis setempat.

Penggunaan di Kongo oleh Protestan
Di Republik Demokratik Kongo, sebagian besar denominasi Protestan telah bergabung dalam sebuah institusi keagamaan yang dinamai Gereja Kristus di Kongo atau CCC, yang di Kongon sendiri biasa dirujuk sebagai Gereja Protestan. Dalam struktur CCC, sinode nasional adalah persidangan umum dari berbagai gereja yang membentuk CCC. Dari Sinode ini dibentuk sebuah Komisi Eksekutif, dan sekretariat. Ada pula sinode-sinode CCC di setiap provinsi Kongo, yang disebut sebagai sinode provinsi. CCC terdiri atas 62 denominasi Protestan.


4.3. GKI (Kingmi) Papua

Nama Gereja Kemah Injil pada awalnya adalah “Gospel Tabernacel,” Nama ini lahir dari pengalaman pelayanan DR AB.Simpson pendiri Gereja Kemah Injil sedunia. Lebih khusus konteks pelayanan misi C&MA di Tanah Papua, setelah organisasi gereja berdiri sendiri maka pihak C&MA dan para pelayan pribumi bersepakan memberi nama: “Kamah Injil Gereja Masehi Indonesia dan disingkat menjadi KINGMI Irian jaya. Karena adanya kebutuhan pelayanan misi C&MA maka KINGMI bergabung dengan KINGMI lain di Indonesia. Kemudian nama KINGMI Irian Jaya berubah menjadi Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII). Mengingat pelayanan gereja yang sangat kompleks, rumit dan luas maka GKII Wilayah Papua mengusulkan untuk menggunakan Sinode Kingmi Papua seperti model pemerintahan gereja yang dahulu.

B. ISI LAGU MARS SINODE GKI (KIMGMI) PAPUA

1. Visi Gereja

Visi adalah gambaran besar yang nampak secara samar-samar yang ada didepan, untuk dikejar melalui kerja keras sampai menjadi kenyataan. Visi organisasi itu datang dari Tuhan.
GKI (Kingmi) Papua menerima visi dari Allah , yaitu: “Menghadirkan Nilai-Nilai Kerajaan Allah di Tanah Papua.”
Nilai-nilai Kerajaan Allah itu terdiri dari Nilai-nilai yang berhubungan dengan Allah dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia. Gereja Kingmi berusaha menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang berhubungan dengan Allah sendiri adalah: memancarkan kesucian hidup, kejujuran, hidup benar, bersekutu, menyembah Allah, dll. Sedangkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang berhubungan dengan manusia adalah: menghormati hak-hak orang lain, menghargai martabat manusia, memandang dan menghargai orang lain sebagai gambar Allah, mempercayai orang lain, mengasihi orang lain, melayani orang lain, membela nasib orang-orang miskin, dll.

2. Misi Gereja

2.1. Misi gereja adalah pelaksanaan atau pemenuhan dari tugasnya yang penting dan utama yaitu menegakkan, melayani, dan memberitakan Injil Kerajaan Allah, dan pengutusan yang bertujuan untuk mengabdi danmelayani manusia.
2.2. Misi juga berarti keluar melewati batas gereja yang telah didirikan dan mengarahkan diri kepada manusia-manusia yang berada di luar gereja. Misi berarti suatu perjumpaan atau pertemuan antara Gereja dan manusia-manusia yang berada dalam situasi yang tidak bersifat Kristen.
2.3. Gereja Kemah Injil (Kingmi) mendapat misi dari Allah, yaitu:
2.3.1. Misi penginjilan bersasarkan Amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28:18-20).
2.3.2. Misi Sosial (pelayanan kemanusiaan) dalam (Lukas 4:17-18).
2.3.3. Misi Pendidikan berdasarkan Amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28:18-20).
2.3.4. Misi Diakonal
2.3.5. Misi Penggembalaan
3. Tujuan Gereja

Tujuan Pelayanan GKI (Kingmi) Papua adalah:
3.1. Supaya seluruh unsure, komponen dan anggota gereja memuliakan Allah melalui hidup kudus, setia melayani dan Tuhan dan sesame;
3.2. Supaya seluru unsure, komponen dan anggota jemaat menikmati hidup aman, tentram dan damai sejahtera dalam Yesus Kristus di bumi ini.

4. Fokus hidup Gereja

Gereja GKI (Kingmi) ada hadir di Tanah Papua untuk:
4.1. belajar hidup terfokus, yaitu terus-menerus berusaha hidup berpadanan dengan Injil Yesus Kristus dan menjadi keserupaan dengan gambar-Nya;
4.2. agar gereja mencerminkan Yesus Kristus di dalam dunia ini melaui kehidupan sehari-hari kapan dan dimana saja.
4.3. Gereja selalu berfokus pada pelayanan, yaitu melayani Tuhan dan sesama manusia melalui kobaran karunia-karunia yang Allah berikan kepada setiap orang percaya.

5. Landasan Kerja Gereja


Pelayanan GKI (Kingmi) Papua berlandaskan pada:
5.1. Lambang Injil Empat Berganda, yaitu Yesus Kristus Juruselamat, Pengudus, Tabib dan Raja yang akan datang.
5.2. Allah Tritunggal, yaitu Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.
5.3. Alkitab sebagai Firman Allah yang telah diilhamkan oleh Roh Kudus.

6. Bentuk Pemerintahan Gereja

Dalam bentuk Pemerintahan gereja Presbyterial Sinodal, maka Pres­byter (tua-tua) gereja tergabung menjadi majelis jemaat bersama­-sama memimpin dan memerintah jemaat setempat (lokal). Pres­byter (majelis jemaat) berjalan bersama-sama dalam sinode.Bentuk pemerintahan ini, bukan saja menghormati pendeta dan juga menghargai pemimpin-pemimpin rohani. Di dalam kepemimpinan sebagai jemaat awam diikutsertakan dengan lebih dulu dilantik. Sebagai penatua gereja, mereka bersama-sama dengan pendeta mengatur roda kehidupan pendeta . Pada umumnya gereja di In­donesia yang sudah mengkombinasi struktur organisasi, menyebut penatua ini sebagai majelis. Jika jemaat ini sudah berkembang, sehingga menjadi beberapa atau puluhan gereja, maka bentuk pemerintahan gereja ini mendidrikan suatu wadah yang dinamakan sinode. Melalui sidang sinode ini, secara periodik dapat diadakan rapat. Dalam sinode ini akan menghasilkan keputusan-keputusan penting yang akan menentukan arah jalannya gereja.
Gereja Kingmi menganut bentuk pemerintahan sinodal-presbiterial ini.


7. Sistem Kerja Gereja
Gereja dilambangkan sebagai tubuh Kristus. Tubuh mempunyai banyak anggota. Setiap anggota tubuh berbeda namun dalam menegrjakan seatu pekerjaan mereka harus bersatu dan bekerja bersama-sama, saling bergantung, saling melayani, saling menghargai dan saling menopang. Pelayanan dalam organisasi GKI (Kingmi) Papua sangat diharapkan agar seluruh komponen, unsure, tingkatan dan anggota jemaat mengembangakn system kerja:

7.1. Bulatkan Tekad
Tekad kerja yang bulat maka tidak ada kemungkinan kesempatan bagi oknum yang lain.

7.2. Pelihara Persatuan
Bersatu dalam perbedaan (karunia, umur, pendidikan, dan jenis kelamin dan suku/ras) untuk melayani Tuhan. Perbedaan adalah asset bagi organiasi jika ditata dengan baik.

7.3. Berjiwa Besar dalam Tuhan
Gereja didirikan atas dasar Yesus Kristus. Kepala Gereja juga Yesus Kristus. Dasar dan Kepala Gereja GKI (Kingmi) di Tanah Papua adalah Yesus Kristus sendiri. Untuk itu, seluruh warga gereja Kingmi di Tanah Papua dalam pelayanan harus berjiwa besar dan selalu berpikir posif.
Capailah hal apa yang Sinode Kingmi idamkan kesejahteraan hidup, pangaruh dan kekuasaan, hubungan kemanusiaan, kehidupan yang berhasil atau sukses nikmatilah semua itu dalam Tuhan.

Bagaimana menggunakan keajaiban berpikir dan berjiwa besar?
7.3.1. Ketika orang yang kecil berusaha menjatuhkan anda, Berpikirlah Besar,
7.3.2. Ketika perasaan “Saya belum mencapai tujuan saya” Muncul Berpikir Besar,
7.3.3. Ketika terlihat ada perselisihan atau pertengkaran yang tersembunyi, Berpikirlah
Besar
7.3.4. Ketika romantisme (cinta-kasih) memudar, Berpikirlah Besar,
7.3.5. Ketika merasa diri anda kalah, Berpikirlah besar,
7.3.6. Ketika anda merasa perkembangan anda dalam pekerjaan menurun, Berpikirlah
Besar
Ingatlah ini: Orang Bijak akan menjadi Penguasa dari pikirannya,
Orang bodoh akan menjadi budak dari pikirannya. Orang Benar, Berpikir dan
Berjiwa Besar dalam TUHAN.

7.4. Melawan Kuasa Gelap dengan Kuasa Roh
Tanah Papua harus menjadi Tanah damai. Gereja hadir untuk membawa damai itu. Berbahagialah bagi mereka yang membawa damai karena mereka akan melihat Kerajaan Allah. Iblis tidak senang kalau umat Tuhan di Tanah Papua hidup dalam kerukunan dan kedamaian, sehingga Iblis selalu melakukan serangan dengan kata-kata dusta kepada oknum-oknum dan kepada kelompok-kelompok tertentu. Gereja harus melawan dusta Iblis atau kuasa gelap dengan kauat kuasa Roh Kudus.


8. Strategi Pelayanan Gereja
Tugas Pelayanan GKI (Kingmi) Papua dijabarkan dalam program kerja Sinode berikut ini, yaitu program pelayanan Doa, Daya, Data dan Dana (D4).


PROGRAM
DOA
DAYA
DANA







DATA





9. Tema : Berubah untuk Menjadi Kuat, sehat, hidup dan mandiri

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Sebuah organisasi gereja yang merindukan sehat, kuat, hidup dan mandiri perlu dilakukan pengembangan organisasi berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar organisasi gereja itu sendiri. Dari penggunaan GKII Wilayah kembali menjadi Sinode GKI (Kingmi) adalah juga sebuah proses perubahan untuk gereja yang mandiri tanpa bergantung pada pihak-pihak lain untuk membangun dirinya sendiri dan membangun yang lain.

2. Saran-saran

Organisasi GKI ( Kingmi) di Tanah Papua perlu dilakukan pengembangan organisasi tiap priodik (jika satu priode selesai), yaitu menambah atau memangkas departemen, biro-biro yang sesuai kebutuhan pelayanan gereja setelah mengamati perubahan-perubahan.


SEPUTAR LAGU MARS SINODE GKI (KINGMI)
DI TANAH PAPUA




TIM PENGARANG:
BPK FREDY KUSEN
DRS DODY SIWABESY, MP
PDT.YANCE NAWIPA, M.TH



DIPERSEMBAHKAN KEPADA SINODE GKI (KINGMI) DI TANAH PAPUA AGAR DIPAKAI UNTUK MEMULIAKAN TUHAN,
RAJA DI ATAS SEGALA RAJA





DAFTAR ISI



POKOK HALAMAN


CAVER ……………………………………………………………………… I
A. PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1

B. ISI LAGU MARS SINODE GKI (KINGMI) PAPUA ……………… 6


C. PENUTUP ………………………………………………………………… 9