Selasa, 15 Januari 2008

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN KRISTEN

Oleh:Pdt.Yance Nawipa M.A

A. PENDAHULUAN

Dewasa ini dunia tidak hanya sedang dilanda oleh krisis moneter, tetapi juga krisis kepemimpinan/leadership crisis sehingga keadaan menjadi semakin parah. Gate demi gate, skandal demi skandal, terus bermunculan di mana-mana.
Krisis tersebut tidak hanya melanda negara-negara yang sedang berkembang di Asia, Afrika, atau Amerika Latin, tetapi juga negara adikuasa seperti Amerika dan Eropa. Misalnya di Amerika, kita mengenal skandal Water Gate dan perselingkuhan Presiden Clinton; di Inggris, skandal perselingkuhan Pangeran Charles; di Indonesia, skandal Bulog dan BLBI, dan sebagainya.
Bahkan kalau kita perhatikan perjalanan sejarah di Indonesia, tampak sekali bahwa suksesi pucuk pemimpin negara belum dapat berjalan mulus. Dari sekian banyak presiden terpilih, Sukarno dan Suharto memimpin bangsa ini dalam kurun waktu yang sangat lama (lebih dari 5 masa jabatan), sementara itu Habibie dan Abdulrahman Wahid terlalu pendek (kurang dari satu masa jabatan). Bah­kan, mereka semua dapat dikatakan diganti­kan melalui suatu proses yang tidak wajar. Megawati adalah satu-satunya presiden yang digantikan secara demokratis melalui pemilih­an langsung. Sementara, Susilo Bambang Yudhoyono terus diguncang dengan berbagai isu yang menuntut dipenuhinya janji-janji pada saat ia berkampanye.
Dr. John Edmund Haggai, Pendiri Haggai Institute, dalam bukunya Lead On! menyebut­nya sebagai krisis kepemimpinan dengan me­ngatakan, "Panggilan terhadap para pemimpin adalah perlu, sebab dunia kita sedang mengalami krisis kepemimpinan. Krisis tersebut mengalir dari pimpinan perusahaan, pemerintahan, mimbar gereja-gereja sampai pada pemimpin lokal. Pada setiap jajaran, masyarakat kita mengharapkan adanya pemimpin".
Demikian juga Father Anthony D'Sauza dalam bukunya Developing The Leader Within You, Strategies for Effective Leadership menyata­kan, "Apakah Anda tahu masalah terbesar yang dihadapi oleh semua organisasi? Jawabnya mudah, yaitu kurangnya keterampilan memimpin dan mengelola sumber daya manusia. Mungkin se­benarnya hal itu sangat nyata. Namun sayang sekali kita sering tidak dapat melihatnya".
Mengapa Indonesia tidak dapat segera melepaskan diri dari krisis multidimensi ini, padahal memiliki potensi yang luar biasa dalam hal sumber daya manusia dan alam di­bandingkan negara-negara lain, seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, Jepang? Jawabnya tidak lain adalah karena adanya krisis kepercayaan terhadap para pe­mimpin negara ini sehingga suksesi kepemim­pinan tertinggi belum dapat berjalan mulus.
Emas yang disumbangkan oleh rakyat Thailand dan Korea Selatan untuk mengatasi krisis pertanggungjawabannya jelas. Namun, masyarakat Indonesia pada umurnnya tidak tahu di mana emas sumbangan mereka ke­pada pemerintah itu sekarang berada. Masing­-masing pemimpin masih disibukkan dengan kepentingan pribadi dan kelompok sehingga disadari atau tidak disadari mereka telah me­ngorbankan kepentingan bangsa dan negara. Deal-deal politik pada saat pemilihan calon anggota legislatif ataupun calon presiden dan wakil presiden terkadang telah mengorbankan kepentingan bangsa dan negara, demi sukses­nya pencalonan diri mereka.
Sangat disayangkan krisis kepemimpinan telah merambah pula ke dalam gereja dan lem­baga-lembaga Kristen. Hal ini diungkapkan oleh Myron Rush, Presiden Management Training System, dalam bukunya The New Leader:



"Kekurangan pemimpin di kalangan masyarakat Kristen telah mencapai tingkat yang mengkha­watirkan. Banyak denominasi utama yang awalnya kuat dan berkembang, saat ini mengalami penurun­an jumlah anggotanya. Beberapa denominasi ter­paksa menutup pintu gerejanya karena kekurangan pelayan.
Memang kasus gereja terpaksa ditutup karena tidak adanya pelayan atau kurangnya jemaat lidak terjadi di Indonesia, tetapi kasus­-kasus keuangan, aset gereja, moralitas, dan ajaran (atau ada pula karena kasus SARA) tidak bisa dipungkiri telah melanda banyak ) gereja dan lembaga Kristen.
Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak terjadi kasus yang membawa pe­mimpin gereja ataupun lembaga gerejawi kemeja hijau karena perebutan kekuasaan, per­sengketaan aset dan keuangan, masalah moralitas, dan sebagainya yang tidak dapat diselesaikan secara kristiani dan kekeluargaan.



Bahkan pertentangan di antara para pe­mimpin gereja atau lembaga gerejawi kadang­-kadang melibatkan warganya ke arah bentrok fisik yang menimbulkan korban jiwa. Bahaya­nya, menurut Myron Rush: "Hasil akhir siklus kurangnya pemimpin itu nyata sekali. Seluruh organisasi, masyarakat, negara atau kegerakan glo­bal secara perlahan dapat tersingkir karena makin berkurangnya jumlah pemimpin yang efektif dan pengikut yang diperlukan untuk meneruskan misi mereka".
Sebenamya Tuhan Yesus, 2000 tahun yang , lalu, telah mengamati adanya gejala krisis kepemimpinan tersebut dengan menyebut or­ang-orang Farisi dan ahli Taurat sebagai "Me­reka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lubang" (Matius 15:14). Bahkan pada ayat 7 Tuhan Yesus menyebut mereka sebagai orang munafik karena orang-orang Farisi dan ahli Taurat-para pemimpin bangsa Yahudi itu-rupanya hanya memuliakan Tuhan dengan bibir mereka saja, sedangkan hatinya jauh dari Tuhan (:Matius 15:8).
Tuhan Yesus menggambarkan orang mu­nafik itu sebagai orang yang melakukan kewajiban agamanya supaya dapat dilihat oleh orang lain. Misalnya, memberi sedekah dan berdoa ditempat-tempat umum supaya dilihat orang berpuasa dengan raut wajah yang menunjukkan bahwa ia sedang berpuasa, dan sebagainya (Matius 6:1-18).
Pada bagian lain, Tuhan Yesus mengutuk orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena me­reka memberlakukan hukum Taurat itu ke­pada orang lain atau umat Israel, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Mereka melaku­kiln sesuatu hanya supaya dilihat orang. Mereka mengutamakan hal-hal yang lahiriah saja dan tidak memerhatikan hal-hal yang ada dalam batin manusia (Matius 23:1-36).
Kalau krisis tersebut benar-benar sedang melanda gereja-gereja atau lembaga-lembaga Kristen, pertanyaannya ialah, "Bagaimana kita dapat mewujudkan peran kita sebagai garam dan terang di tengah dunia yang sedang dilanda krisis ini, khususnya di Papua?" Karena itu yang menjadi titik kritis ialah:


1. Bagaimana kita dapat meningkatkan kua­litas kepemirnpinan para pemirnpin yang ada agar mereka dapat menjadi pemimpin yang lebih baik.
Rasul Paulus berpesan kepada Timo­tius, "Penatua-penatua yang baik pimpinan­nya patut dihormati dua kali lipat" (1 Tirno­tius 5:17). Pesan tersebut menunjukkan tentang betapa pentingnya



kualitas kepe­mimpinan seorang pemimpin. Apabila kualitas seorang pemimpin tidak dibina, hal tersebut akan sarma seperti yang di­katakan Tuhan Yesus, "orang buta me­nuntun orang buta".

Usaha-usaha pembinaan dan pelatihan harus menjadi program utama gereja yang disusun secara sistematis dan berkesinam­bungan. Jadi, bukan hanya pembangunan gedung gereja yang megah yang menjadi fokus utama program gereja. Kalau terjadi kekurangan/keterbatasan dana atau sum­berdaya manusia dan tidak memungkin­kan untuk menyelenggarakannya sendiri, gereja dapat bekerja sama dengan gereja atau lembaga gerejawi yang lain.
Kirimkan orang-orang yang potensia untuk mengikuti program pembinaan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh ge­reja atau lembaga gerejawi yang memiliki program pembinaan dan pelatihan secara intensif dan profesional

2. Bagaimana kita dapat menumbuhkan pe­mimpin-pemimpin baru, supaya tersedia cukup banyak pemimpin masa depan yang berkualitas.
Myron Rush menyatakan, "Jika kita ingin mendapatkan kembali kekuatan kita, kita membutuhkan para pemimpin baru yang bisa mengubah para pengikut menjadi pemimpin".
Father Anthony D'Souza mengatakan­nya sebagai pendekatan Shepherd-Shep­herd Approach bukan Shepherd-Sheep Ap­proach. Hal itulah yang dilakukan oleh . Tuhan Yesus yang membina domba-dom­banya menjadi gembala-gembala (Yohanes 21:15-19). Karena itu, perlu diadakan pro­gram pengkaderan atau pemuridan sedini mungkin supaya bibit-bibit unggul yang ada di gereja atau lembaga gerejawi di bekali dan diberi kesempatan untuk mempersiapkan diri menerima tanggung jawab kepemimpinan di masa men­datang.Itulah yang dilakukan Tuhan Yesus.
Sambil melayani, Yesus mengkader 12 murid-Nya supaya dapat meneruskan visi dan misi-Nya. Demikian juga Rasul Paulus mempersiapkan Silas dan Timotius, Musa mempersiapkan Yosua, dsb.

B. PENTINGNYA PERAN PEMIMPIN

Peran pemimpin sangat besar dalam menentukan maju mundurnya suatu lembaga atau organisasi, baik sekuler maupun rohani, baik besar maupun kecil, bahkan bangsa dan negara.
Raja Salomo menyatakan, "Jika tidak ada pemimpin, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada" (Amsal 11:14). Itu sebabnya Nabi Musa berdoa, "Biarlah Tuhan, Allah dari segala makhluk, mengnngkat atas umat ini seorang yang mengepalai mereka wnktu keluar dan mnsuk, dan membawa mereka keluar dan masuk, supaya umat Tuhan jangan hendaknya seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala" (Bilangan 27:16-17).
Hal ini tampak jelas dalam perkembangan sejarah bangsa-bangsa di dunia. Kerajaan Is­rael mencapai puncak kejayaannya pada saat diperintah oleh Raja Daud dan Salomo. Dari bangsa budak (saat mereka hidup di Mesir), bangsa nomaden yang hidup berpindah-pin­dah dan mengembara selama 40 tahun di padang pasir, menjadi bangs a yang besar yang disegani oleh bangsa-bangsa lain.
Pada masa pemerintahan Alexander Agung, Yunani, sebuah negara kecil di tepi Laut Merah, tumbuh menjadi negara yang memiliki kekuatan raksasa sehingga dapat menguasai negera-negara di wilayah Mediterania, dari Eropa Timur, Eropa Selatan, Afrika Utara, sampai ke Timur Tengah.
Pada masa pemerintahan Mahapatih Gajahmada, Majapahit, sebuah kerajaan kecil di Jawa Timur, tumbuh menjadi negara adi­jaya yang menguasai seluruh Indonesia bah­kan sampai ke Asia Tenggara.
Pada masa pemerintahan Hitler, Jerman tumbuh menjadi sebuah negara yang memiliki kekuasaan raksasa yang hampir menguasai Eropa dan Rusia.




Pada masa pemerintahan Kaisar Hirohito, Jepang juga tumbuh menjadi "monster" raksasa yang melahap negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara, Pasifik Selatan, bahkan mengancam keselamatan Australia dan Amerika.
Dengan demikian, jelas bagaimana negara­-negara tersebut dibawa oleh pemimpin mereka menjadi negara adidaya. Namun, ada juga kepemimimpin yang justru membawa bangsanya menuju kehancuran. Kita juga mengalami bagaimana Bung Kamo berhasil mempersatu­kan seluruh bangsa Indonesia untuk merebut kemerkaan dari tangan penjajah Belanda.


Kita melihat bagaimana Lee Kuan Yew ber­hasil mengangkat bangsa Singapura dari keterpurukan; dari bangsa yang tidak memiliki apa-apa menjadi bangsa yang sangat maju dan makmur. Dan, masih banyak contoh lain.
Father Anthony D'Souza dalam bukunya Developing The Leader Within You, Strategies for Effective Leadership menyatakan, "Kepemimpin­an adalah salah satu faktor yang sangat memenga- ruhi kinerja suatu organisasi. Bagi manajer, kepemimpinan berarti fokus kepada aktivitas di mana sasaran dan tujuan organisasi dapat dicapai. Karena pemimpin memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap, kebiasaan, dan kinerja dari kolega dan bawahannya .... " Karena itu, "Leader is some­one who knows the way, who shows the way and who walks the way", artinya "Pemimpin adalah seseorang yang tahu jalannya, menunjukkan jalannya dan berjalan di jalan tersebut".
Dengan kata lain, pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengarah­kan dan memberi semangat atau motivasi serta menyatukan seluruh anggota kelompoknya menuju tujuan tertentu. Kalau anggota kelom­pok dapat memahami dengan jelas visi dan misi yang akan dicapai bersama serta mengait­kannya dengan visi dan misi pribadi masing­masing, mereka akan termotivasi dan dengan penuh semangat bersatu padu bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Anggota kelompok harus dapat melihat keuntungan yang akan mereka terima apabila tujuan bersama dapat mereka capai. Apabila mereka tidak dapat melihatnya, sulit sekali memotivasi mereka untuk mendukung pen­capaian tujuan tersebut. Tuhan Yesus meng­gambarkan suatu kelompok yang tanpa pemimpin seperti "domba yang tidak bergembala" (Matius 6:34) yang tersebar ke mana­,tidak tentu tujuan, dan rentan terhadap gangguan binatang buas. Mereka akan ber­jalan sendiri-sendiri tanpa tujuan yang jelas.

C. PEMIMPIN KRISTEN

1. SIAPAKAH PEMIMPIN ITU?

Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain (Mazmur 75:7,8)

Dalam bahasa Inggris pemimpin disebut leader. Akar katanya to lead. Dalam kata to lead itu terkandung beberapa arti yang saling erat berhubungan :
* bergerak lebih awal,
* berjalan di depan,
* mengambil langkah pertama,
* berbuat paling dulu,
* memelopori,
* mengarahkan pikiran - pendapat - tindakan,
* membimbing,
* menuntun,
* menggerakkan.




Maka seorang pemimpin adalah orang yang bergerak lebih awal. ber­jalan di depan, mengambil langkah pertama berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan pikiran. pendapat, tindakan orang lain,membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui, pengaruhnya. Itulah sebabnya pemimpin disebut dengan berbagai nama : pemuka, pelapor, pengarah, pembimbing, penuntun, penggerak.
Dengan menjadi pemimpin, seseorang mendapat kedudukan tertinggi dalam lingkungannya, berikut kekuasaan, fasilitas hidup, alat kerja dan keuntungan yang melekat pada jabatan kepemimpinan itu. Namun inti kepemimpinan tidak pertama-tama terletak pada kedudukan yang ditempati, melainkan pada FUNGSI atau TUGAS.

Pemimpin ada demi sesuatu yang lain - bukan demi dirinya sendiri. Titik perhatiannya adalah tujuan dan cita-cita yang mau dicapai. Bukan kepentingannya sendiri dan tujuan serta cita-cita itu harus dicapai karena berguna, bermanfaat dan penting bagi kesejahteraan kehidupan banyak orang. Dengan begitu maka :
TUGAS KEPEMIMPINAN ADALAH TUGAS PENGABDIAN

Pemimpin dipanggil demi penyelesaian masalah, demi tujuan dan demi cita-cita bersama.

TUJUAN DAN CITA-CITA merupakan
Unsur yang pertama dan paling pokok
Dalam kepemimpinan.

Sadar bahwa tujuan dan cita-cita itu baik demi kesejahteraan orang banyak, seorang pemimpin berusaha mempengaruhi, mengajak, mengum­pulkan dan menggerakkan banyak orang untuk bersama-sama bekerja mencapai tujuan dan cita-cita itu.
Dalam oraganisasi, kegiatan para anggota yang sepakat mengenai kepentingan tujuan dan cita-cita itu dipersatukan. Penyatuan kegiatan itu dicapai dengan membagi-bagikan pekerjaan, tugas, kekuasaan dan tanggung jawab di kalangan mereka. Kesediaan pemimpin untuk rela bekerja dan berjuang bersama dengan mereka yang dipimpinnya menjadi bukti dari ketulusan hatinya.

ORGANISASI GEREJA merupakan
Unsur yang kedua dalam masalah kepemimpinan


Pada pokoknya, sifat-sifat kepribadian dan macam-macam keahlian dituntut dari seorang pemimpin agar dalam diri mereka yang dipimpinnya tumbuh kepercayaan. Kepercayaan itu baik berhubungan dengan tujuan dan cita-cita maupun dengan pemimpin sendiri.
Pemimpin yang mempunyai kepribadian yang baik dan keahlian yang unggul menciptakan kepercayaan dalam hati mereka yang dipimpinnya.

KEPRIBADIAN DAN KEAHLIAN merupakan
Unsur yang ketiga dalam kepemimpinan

Jadi seorang pemimpin adalah ……………………………………………………………………….
………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………….
………………………………………………………………………..






JENIS - JENIS PEMIMPIN.

Kepemimpinan dapat dipandang dari berbagai sudut dan mempunyai banyak segi. antara lain:

*cara pengangkatannya.
*keresmian kedudukannya,
*kemampuannya.
*gaya pelaksanaan tugasnya.
*bakatnya.
*keberaniannya.
*keputusannya.
*Humornya.
*relasinya dan lain-lainnya.


Dari kepelbagaian ini, dapatlah pemimpin digolong-golongkan menjadi beberapa jenis :

1.Pemimimpin Keturunan :

Pemimpin ini menduduki kursi kepemimpinannya, karena darah yang kebetulan mengalir dalam dirinya, alias karena faktor keturunan. seperti kebanyakan raja-raja. Berikan 3 contoh ! PR

2. Pemimpin Paksaan :
Pemimpin ini berhasil memduduki kursi kepemimpinannya, karena dipaksa oleh keadaan yang mendesak, waktu terjadi perebutan kekuasaan. Berikan 4 contoh !

3. Pemimpin Resmi :
Pemimpin yang menduduki kursi kepemimpi nan pada suatu lembaga tetap dalam masyarakat, karena dipilih menurut aturan pemilihan tertentu atau ditunjuk oleh penguasa yang lebih tinggi


4. Pemimpi Tidak Resmi

Pemimpin yang tidak menduduki suatu tempat tertentu dalam struktur organisasi atau kemasyarakatan. Mereka ini tidak memilki nama jebatan serta tidak dibebani tugas dan tanggung jawab yang jelas. Namun daya kepemimpinanya mampu menggerakkan kegiatan kelompok orang tertentu untuk mencapai suatu tujuan dan cita-cita bersama. Berikan 3 contoh!


5. Pemimpin Ideologis

Pemimpin jenis ini otaknya penuh dengan gagasan-gagasan yang cemerlang. Ia kaya dengan visi yang tinggi-tinggi dan hebatnya lagi ia mampu merumuskan semua gagasan dan visi itu secara tepat dan meyajikannya dengan cara yang memikat.

6. Pemimpin Organisatoris

Pemimpin jenis ini bias saja tidak memiliki pikiran-pikiran yang cemerlang dan mungkin tidak fasih berbicara. Tetapi ia pandai menggerahkan orang melalui kecakapan organisasinya, yaitu menyusun rencana kerja yang jitu dan mengatur kerja sama yang efisien.

Pemimpin ini perlu didampingi; penasihat yang dapat menjadi sumber inspirasi dan dapat menunjukkan secara lebih luas dan mendalam segi-segi yang terkandung dalam tujuan dan cita-cita bersama itu.
Berikan 2 contoh !

7. Pemimpin Kharismatis
Pemimpin jenis ini mampu menggerakkan orang lain melalui kekuatan pribadinya. Kehadirannya selalu menimbulkan pesona - ada selalu yang menarik pada dirinya. Karena tertarik kepada pribadinya, orang mudah mengikutinya, mendengarkan nasihatnya dan mentaati perintahnya. Kelemahannya. karena orang-orang yang dipimpinnya lebih tertari kepada pribadinya dari pada hal-ha1 yang di kerjakan demi tercapainya tujuan dan cita-cita bersama. Usaha bersama mudah menyimpang dari tujuan semula. Ia membutuhkan pendamping
yang dapat menjadi sumber gagasan dan .pengatur kerja dari usaha bersama itu.
Beri kan 2 contoh!


8. Pemimpin Eksemplaris :
Pemimpin ini memiliki cara hidupnya yang menjadi sumber pengaruh dan penggerak yang tidak dapat diragukan. Ia mampu menciptakan irama dan gaya hidup yang mengesankan. Dengan menyaksikan bentuk hidupnya orang lain merasa tergerak,ditarik dan diberi semangat, bukan menuju ke pribadi pemimpin itu melainkan kepada nilai yang dihayatinya. Oleh teladan hidupnya dia menjadi sumber dorongan semangat bagi orang-orang lain. Pemimpin eksemplaris ­pemimpin teladan. memimpin orang-orang lain dengan hidupnya sendiri. Berikan 3 contoh !

Idealnya setiap pemimpin harus memiliki keempat ciri-ciri di atas.
Setiap pemimpin harus mampu mempersatukan keempat jenis kepemim­inan itu dalam d1rinya. Apapun jenis seorang pemimpin, dia harus menyadari:


………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………



3. AMBISI MENJADI PEMIMPIN


1. Cita-cita untuk menjadi seorang pemimpin adalah suatu keinginan yang mulia (ITimotius 3:1).

2. Namun yang salah adalah motivasi pribadi, yangmementingkan diri sendiri (Yeremia 45:5) ..

3.Kata "ambisi" dari kata Latin artinya mengadakan usaha untuk memajukan diri (populer, dikenal orang, menguasai orang lain)

4. 'Pemimpin yang benar, ia tidak akan mencari kedudukan dgn mempromosikan diri (Markus 10:37­45)

5. Menjadi pemimpin yang besar dan mulia ada di dalam Pengabdian (melayani), kata Yesus (ay 45).


4. KRITERIA PEMIMPIN KRISTEN

1. Mempersembahkan potensi kepemimpinan Alamiah (Roma 12:1-2)

2. Mengubah diri untuk mengubah dunia

3. Memiliki sikap tenang, tabah untuk menghadapi perlawanan dan kekecewaan

4. Mengambik keputusan dengan bijaKsana
5. Memelihara perdamaian

6. Hindari sikap egoisme dan fanatisme

7. Bergaul dan bersahabat dengan semua orang

6. Mengikuti teladan kepemimpinan Yesus

5. SIFAT-SIFAT PEMIMPIN ROHANI

1. Disiplin
2. Penglihatan
3. Hikmat
4. Keputusan
5.Keberanian
6.Kerendahan Hati
7.Humor
8.Kemarahan
9.Kesabaran
10 Persahabatan
11.Kebijaksanaan dan Diplomasi
12. Kemampuan melaksanakan

6. KWALIFIKASI PEMIMPIN

Karena itu penilik jemaat haruslah seorang …. (1Timotius 3:2-7)
1. Kwalifikasi Sosial, yaitu: tak bercacat dan mempunyai nama baik
2. Kwalifikasi Moral, yaitu: suami dari satu isteri dan dapat menahan diri (bukan peminum)
3. Kwlifikasi Mental, yaitu: bijaksana , sopan dan cakap mengajar
4. Kwalifikasi Kepribadian, yaitu: tidak pemarah tetapi peramah, memberi tumpangan, tidak hamba uang .
5. Kwalifikasi Rumah Tangga, yaitu: seorang kepala keluarga yang baik, dan dihormati oleh keluarga
6. Kwalifikasi Kedewasaan, yaitu: bukan baru bertobat, dewasa rohani.











D. KEPEMIMPINAN

1. APAKAH KEPEMIMPINAN?

1. Kepemimpinan adalah kemampuan dan kehendak untuk mengerahka orang laki-Iaki dan perempuan untuk 'satu tujuan bersama, dan watak yang menimbulkan kepercayaan (Lord Montgomery)

2. Seorang pemimpin adalah Qrang yang mengenal jalan, yang dapat terus maju dan yang dapat menarik orang lain mengikuti dia (Dr.John R.Mott)
3.Seorang pemimpin adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk buat orang lain suka melakukan sesuatu yang tadinya mereka tidak suka melakukan ( PresidenTruman)


2. TUJUAN KEPEMIMPINAN

1. Membawa umatnya ke tempat yang dikehendaki Allah.

2. Menikmati Damai Sejahtera Allah dalam organisasi/lembaga yang dipimpinnya.

3.Membawa umatnya kepada visi, misi, sasaran dan tujuan organisasi.


3. TIGA GAYA KEPEMIMPINAN.

Agar dapat menjalankan tugasnya, setiap pemimpin diberi wewenang atau kekuasaan. Dengan wewenang itu ia membimbing, mengarahkan menggerakkan mereka yang dipimpinnya menuju ke tujuan dan cita- cita bersama. Cara mempergunakan wewenang dapat berbeda satu dengan yang lain pemimpin - dan perbedaan ini menciptakan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula, yaitu gaya otokratis, gaya liberal dan gaya demokraktis .

1.Gaya kepemimpinan OTOKRATIS :

Pemimpin ini, dalam usahanya membawa mereka yang dipimpinnya menuju ke tujuan dan cita-cita bersama, ia memegang kekuasaan secara mutlak. Ia bersikap sebagai penguasa dan yang dipimpin sebagai yang dikuasai. Gaya kepemimpinannya. acapkali dikatakan juga sebagai gaya pemimpin diktator. Gaya kepemimpinan ini hanya baik untuk situasi-situasi di mana keadaan betul-betul kritis atau untuk situasi yang kacau demi pulihnya ata kehidupan yang aman.
Biasanya gaya otokratis, ditandai dengan dua hal
a. mengatakan segala sesuatu yang harus dikerjakan oleh mereka yang dipimpinnya;
b. menjual gagasan dan cara kerja kepada kelompok orang yang dipimpinnya.


Gaya Kepemimpinan Liberal

Pemimpin disini tidak merumuskan masalah serta cara pemecahannya. Dia membiarkan saja mereka yang dipimpinnya menemukan sendiri masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba mencari cara pemecahannya.

Gaya ini sangat bertolak belakang dengan gaya yang sebelumnya, otokratis. Dalam gaya Liberal in;, tugas pemimpin sekedar menjaga agar mereka yang dipimpinnya berbuat sesuatu - terserah mereka pa yang mau dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.


Gaya ini hanya baik untuk kelompok orang yang betul-betul telah dewasa dan betul-betul insyaf akan tujuan dan cita-cita bersama, sehingga mampu menghidupkan kegiatan bersama.
Gaya ini juga baik untuk kelompok orang yang berkumpul bukan untuk membicarakan hal-hal yang serius, melainkan untuk usan bersantai bersama, semacam malam keakraban, reuni atau session, yang tidak minta tanggung jawab besar.

3. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya ini menciptakan suasana demokratis. Dalam gaya ini, pemimpin memperlakukan yang dipimpinnya sebagai sejajar. Batas pemimpin dan bawahan menjadi kabur. Menyajikan masalah serta cara pemecahannya kepada mereka yang dipimpinnya. Mengajak mereka yang dipimpinnya untuk merumuskan masalah dan cara pemecahannya.

a.

3. KEPEMIMPINAN ALAMIAH DAN ROHANIAH

Alamiah Rohania
- Percaya. kepada dirisedniri - Percaya kepada Allah
- Mengenal Orang - Mengenal Tuhan
- Mengambil Keputusan sendiri - Mencari Kehendak Allah
- Ambisius - Pengorbanan
- Menciptakan cara-caranya sendiri - Mencari cara-cara Tuhan
- Suka menyuruh orang ,lain - Bekerja bersama dengan orang lain
- Didorong oleh pertimbangan- - Minta himat Tuhan
pertimbangan pribadi
- Berdiri sendiri - Berdiri diatas firman

Gaya Kekerasan ini dilawan oleh Yesus
(Mrk 10:42-44)
4. ASPEK-ASPEK KEPEMIMPINAN

Pemimpin dan visinya
Pemimpin dan imannya
Pemimpin dan doanya
Pemimpin dan waktunya
Pemimpin dan bacaannya (2Tim 3:14)
Pemimpin dan tulisannya
Pemimpin dan uangnya


5.BIAYA KEPEMIMPINAN

Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima (Markus 10:38)

Pengorbanan diri (1Yohanes 3:16;2Korintus 4:8-11)
Kesepian (Yunus, Yesus, Yohanes)
Kelelahan (2Korintus 4:15,16;Yohanes 4:6)
Kritikan
Penolakan (Yesus di Nasaret)
Tekanan dan Kebingungan

TANGGUNG JAWAB KEPEMIMPINAN

Urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat (2Korintus 11:28)

1. Melayani
2. Mendisiplin
3. Membimbing
4. Memprakarsai
5. Menggembalakan
6. Mengajar
7. Memikul Tanggung Jawab


UJIAN KEPEMIMPINAN
Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham (Kejadian 22:1).
Maka Yesus dibawah oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis (Matius 4:1)

Kompromi
Kegagalan
Iri hati
Wanita
Tahta
Harta
Kesombongan
Mementingkan diri sendiri
Kepopuleran
Merasa tidak bersalah
Merasa sangat diperlukan
Minder dan Murung


E. PEMIMPIN ROHANI YANG TRANSFORMATIF

1. Melaksnakan Tugas sebagai Nabi, Imam dan Raja

2. Membaharui Visi Kepemimpinan sesuai perubahan dan perkembangan dunia

3. Memimpin umatnya dengan gaya inovasi, kreatif, dan adaptif

4. Menegakkan keadilan dan kebenaran

5. Berusaha menghadirkan nilai-nilai kerajaan Allah
7. Melakukan revitalisasi Organisasi gereja





PENGEMBANGAN ORGANISASI GEREJA
Oleh: Pdt.Yance Nawipa, MA, (M.Th)

A. PENDAHULUAN

Organisasi adalah wadah yang dibentuk atas kesepakatan ekonomi, sosial, budaya, politik, rohani (gereja) dan sebagainya. Pembentukan ini untuk menata tugas dan orang yang terdapat dalam suatu struktur yang mengikat, menghubungkan serta menggerakkan semua aktivitas secara dinamis kearah sasaran serta tujuan yang untuknya wadah ini ada dan dibentuk. Apabila berbicara perihal oraganisasi, maka tidak terlepas dalam hubungannya dengan administrasi, manajemen serta otoritas kepemimpinan. Oleh karena itu, organisasi ditata secara sistimatis agar dapat dipergunakan, serta upaya dalam memberikan pengembangan dan perkembangan institusi atau lembaga.

B. PENGEMBANGAN ORGANISASI GEREJA
Pada bagian ini akan diuraikan pokok-pokok penting yang berhubungan dengan Pengembangan Organisasi Gereja, antara lain: Perumusan Tujuan Organisasi,

1. Perumusan Tujuan Organisasi

Apapun bentuknya suatu organisasi pasti mempunyai tujuan dan sasaran tertentu. Hanya permasalahannya apakah tujuan dan sasaran itu jelas atau tidak, dan apakah tertulis atau hanya dalam angan-angan, bayangan serta pikiran saja. Bagi kebanyakan organisasi yang bersifat tradisional, selalu menggunakan cara-cara yang sudah beratus-ratus tahun berjalan, dan biasa tujuan organisasi semacam ini tidak terumus dan tertulis dengan baik. Apalagi untuk menggunakan metode-metode i1miah, dalil-dalil yang dapat dipertanggungjawabkan, karena keadaan inilah yang justru menciptakan ketidakjelasan tujuan suatu organisasi.

Oleh karena pentingnya penjelasan tujuan, maka langkah awal peningkatan kinerja organisasi, adalah upaya untuk merangkum dan merumuskan tujuan dan sasaran organisasi yang meliputi tujuan utopi dan tujuan institusional serta target/sasaran yang hendak dicapai.

1.1. Tujuan Utopi

Tujuan utopi menggambarkan falsafah organisasi dalam mewujudkan misinya. Oleh karena itu, untuk memahami tujuan utopi gereja secara umum, Dr. Yakob Tomatala, menjelaskan sebagai berikut:

Tujuan utopi gereja ini dapat diungkapkan dengan suatu anak kalimat, yakni; "Kerajaan Allah". Tujuan utopi, gereja juga memiliki tujuan misional baku, yang terdapat di dalam firman Allah, antara lain (Matius 28: 12-20; Markus 16: 15-18; Lukas 24:46-49; Yohane.s 17: 18; 20: 21; Kisah Para Rasul 1 :8). Tujuan misional ini; menekankan bahwa, gereja bertanggung jawab untuk menjadikan sekalian bangsa murid Kristus.

Apabila berbicara tentang penginjilan sebagai tujuan primer gereja dalam eksistensinya sebagai umat Allah di dunia ini, maka Dr. Yakob Tomatala, dalam bukunya mengemukakan sebuah definisi penginjilan secara filosofis sebagai berikut: “Penginjilan adalah rancangan dan karya Allah yang mencipta bagi diri-Nya suatu umat untuk bersekutu, menyembah dan melayani Dia secara untuh serasi bagi kejayaan kerajaan-Nya.”

Keterlibatan gereja dalam penginjilan sebagai rancangan dan karya Allah, bukanlah terjadi secara kebetulan, melainkan Allah dalam kedaulatan dan kuasa-Nya secara sengaja mencipta bagi diri-Nya suatu umat, yakni; umat Allah yang bertanggung jawab memuliakan Allah menyembah dan melayani Dia dalam suasana utuh-serasi bagi kejayaan kerajaan-Nya. Dengan demikian, jelaslah bahwa memuliakan Allah dan memberitakan Injil bagi kejayaan kerajaan Allah adalah merupakan inti dan ciri khas misi organisasi gereja yang mengerti maksud dan tujuan organisasi ini. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tujuan organisasi gereja ada dalam dunia ini adalah untuk memuliakan Allah dan memuridkan setiap orang menjadi murid Kristus yang setia, bagi kejayaan kerajaan Allah. Ini merupakan falsafah pelayanan dan pengabdian yang harus dijunjung tinggi dalam seluruh kerangka hidup dan kerja organisasi, sehingga seluruh kegiatan dan program kerja berfokus pada tujuan utopi gereja. Tujuan utopi ini dijabarkan dalam berbagai bidang pelayanan ,yaitu pelayanan rohani dan pelayanan social. Pelayanan rohani terdiri dari: penginjilan, penggembalaan, doa, pembimbingan dan pengajaran. Sedangkan pelayanan social terdiri dari: perberdayaan ekonomi jemaat, pelayanan pendidikan gereja, pelayanan HAM dan keadilan, pelayanan diakonia, dan pelayanan terhadap pemerintah dan masyarakat.

1.2. Tujuan Institusional

Tujuan institusional menjelaskan tentang untuk apa gereja atau sesuatu wadah itu ada sebagai institusi atau organisasi. Tujuan institusi adalah tujuan yang dirangkum oleh gereja atau wadah apa pun sebagai suatu institusi/organisasi dalam upaya melaksanakan tanggungjawab misionalnya. Tujuan institusi terdiri dari tujuan jangka panjang (5, 10, 15,20,25 tahun), serta tujuan jangka pendek yang sering disebut sasaran atau target.
Tujuan jangka panjang menggambarkan tentang keadaan yang diinginkan akan terjadi dimasa yang akan datang, sedangkan tujuan jangka pendek menggambarkan target-target yang hendak dicapai secara bertahap hinggga tercapainya tujuan umum yang telah ditetapkan secara menyeluruh.

Tujuan institusional menggambarkan misi organisasi. Oleh karena itu, segala upaya yang berhubungan dengan tujuan institusional haruslah mencerminkan misi organisasi. Hal ini penting untuk menjaga agar segala program kerja yang diupayakan terintegrasi terhadap perwujudan misi dan tujuan organisasi.
Mengingat pentingnya perumusan tujuan itulah maka gereja, sebagai suatu organisasi yang telah memiliki tujun primer hakiki, perlu merumuskan misi dan tujuan itu ke dalam tujuan institusionalnya, sehingga misi dan tujuannya jelas dan tegas dalam menjawab tantangan dan kebutuhan masa kini. Hal itu penting, karena faktor kejelasan dan kekinian sangat bescr' artinya dalarn mengkon finnasikan misi dan tujuan suatu organisasi yang sudah cukup lama.

Oleh karena itu, gereja pertu mengformulasi ulang pernyataan misinya, yakni: mengapa gereja ada, apa yang Tuhan kehendaki gereja lakukan untuk kebutuhan khusus dalam organisasi, dan dunia sekitar dimana gereja bertanggung jawab memenuhinya.
Oleh sebab itu, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka misi dan tujuan gereja akan semakin tajam, jelas dan tegas. Hal ini juga, menantang untuk menjawab kebutuhan­kebutuhan yang aktual dalam waktu dan konteks dimana gereja berada dan terpelihara bagi kejayaan kerajaan Allah. Oleh karena itu, dengan adanya perumusan misi dan tujuan organisasi secara jelas, maka hal itu merupakan suatu permulaan atau langkah awal yang baik dalam strategi pengembangan gereja.

2. Mengenal Bentuk-bentuk Organisasi

Secara umum organisasi dapat dibedakan ke dalam dua bentuk, yakni:Perlama; organisasi dalam bentuk garis (= lini/linel komando/hirarkhi) dan Kedua; adalah organisasi dalam bentuk bantuan (= staf/fungsional). Untuk mengenal perbedaan yang pokok adalah, jika organisasi yang berbentuk garis seorang pimpinan dinilai dari apa yang diperintahkannya terhadap bawahan, dan para bawahan dinilai dari pelaksanaan perintah yang dibedakan pimpinannya kepadanya. Jadi ukuran organisasi ini tertetak pada "kekuasaan atas diri manusia". Sedangkan organisasi bantuan ukurannya adalah terletak pada kemampuan berpikir yang berupa bantuan idea, anjuran, nasihat-nasihat dan sebagainya. Dengan kata lain, nilai seorang pejabat staf/bantuan diukur melalui kecakapannya untuk menghasilkan ide-ide yang berharga bagi kekuasaan yang diduduki dalam suatu organisasi.
Dari kedua bentuk organisasi tersebut selanjutnya berkembang , sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya. Dengan demikian, terciptalah bermacam-macam bentuk lain dari oraganisasi itu, sehingga sekarang sudah ada beberapa bentuk organisasi yakni: Sentuk organisasi garis, staf, garis dan staf, fungsional, serta kepanitiaan.

1. Bentuk Organisasi Garis

Bentuk organisasi garis juga disebut lini/line/komando, adalah suatu bentuk organisasi, dimana seorang pimpinan diakui sebagai sumber wewenang tunggal. Oleh karena, segala keputusan, kebijaksanaan dan tanggung jawab berada pada pimpinan terse but. Bentuk organisasi ini mempunyai beberapa kelemahan/kerugian, namun juga memiliki beberapa kekuatan/keuntungan.

1.1 Kelemahan/Kerugian

(1) Kerugiannya adalah seluruh para pengikut/karyawan/,bawahan senantiasa tergantung pada keputusan dan perintah seorang pimpinan. Dengan terlalu menonjolnya kesatuan perintah/ komando dapat mengakibatkan organisasi seolah-olah terancam, sebab perintah yang harus dilaksanakan kadang-kadang belum dipersiapkan, dan persiapan untuk bertukar persepsi begitu terbatas. (2) Pimpinan yang berkuasa penuh atas segala perintahnya ini dapat mengakibatkan lahirnya tindakan yang otokratis, sehingga kadang-kadang para bawahan merasa terpaksa untuk melaksanakan perintahnya.(3) Peluang bagi para pengikutl karyawan/bawahan dalam hal untuk mengembangkan kemampuan, keahlian atau pengetahuannya sangat terbatas. Hal ini bisa terjadi karena kebebasan atas diri sendiri untuk berbuat, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan keharusan atau keterikatannya pada kehendak atau perintah pimpinan yang mau tidak mau harus dilaksanakan itu. (4) Tanggung jawab seorang pimpinan terlalu luas, sehingga tidak memungkinkan terjangkaunya pengawasan terhadap seluruh jajaran pengikut/karyawanl bawahannya.

1.2 Kekuatan/keuntungan
(1) Dengan adanya kesatuan komando atau perintah dari seorang pimpinan, maka diharapkan akan terjaminnya kesatuan tindakan disamping kesatuan tujuan. (2) Dalam proses pengambilan suatu keputusan atau kebijaksanaan dapat dilakukan dengan secepat mungkin, disamping dapat menghemat waktu. Hal ini karena para bawahan yang diajak dalam menentukan keputusan tersebut, dapat dijamin dukungannya bagi keputusan yang akan diambil oleh seorang pemimpin. (3) Dengan adanya kesatuan komando dalam organisasi ini, maka dapat mempertinggi rasa solidaritas atau kesetiakawanan di antara para bawahan pada umumnya. (4) Perkembangan pribadi dari para bawahan dalam organisasi ini mempunyai kecenderungan lebih tegas, artinya tidak perlu ban yak berdalih atas pelaksanaan tugas yang dibebankan padanya, disamping itu juga memiliki pend irian yang kuat.
Contoh bagan 1, menunjukkan bahwa pimpinan suatu organisasi adalah seorang tunggal, dan garis perintah vertikal begitu kuat.

Bagan 1.


2.Bentuk Organisasi Bantuan/staf

Dalam bentuk organisasi ini suatu keputusan dan kebijaksanaan seorang pucuk pimpinan tergantung pada bantuan dari para statnya. Staf adalah orang yang ahli dalam bidang tertentu dalam suatu oraganisasi. Para staf berfungsi dominan dalam menentukan jalannya suatu organisasi, artinya para staf berfungsi memberikan bantuan, baik berupa ide, maupun saran-saran atau nasihat-nasihat terhadap pimpinan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kelancaran tugas seorang pimpinan dalam rangka usaha mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Tugas yang nyata dari seorang pimpinan adalah mengesahkan apa yang telah disepakati atau diputuskan oleh para staf bersamanya dalarllllllllh I rapat atau musyawarah. Selanjutnya tugas-tugas yang telah disahkan itu dilaksanakan pula oleh para staf tersebut bersama dengan staf-staf lainnya yang berstatus dibawahnya, dimana berhak yang sama pula dalam menetukan arah dan pelaksanaan tugas suatu organisasi, demikian untuk seterusnya. Jadi dalam bentuk organisasi ini tidak ada garis komando atau garis ke bawah secara fertikal. Bentuk organisasi in; relevan dengan gaya kepemimpinan yang bersifat partisipan. Hal ini dimaksudkan, bahwa dalam penerapan perilaku partisipasi, pimpinan dan para staf senantiasa bertukar pikiran setiap pemecahan masalah dalam pengambilan suatu keputusan.
Sebagai contoh dapat dilihat bagan 2. yang menunjukkan menonjolnya peranan staf dalam setiap upaya menentukan keputusan dan kebijaksanaan dalam suatu organisasi.

Bagan: 2


Kemudian contoh lain dapat dilihat pada bagan 3 di bawah ini.

Pekerja
Bagan: 3










3. Bentuk Organisasi Garis dan Bantuan (line and staff)

Bentuk organisasi ini merupakan bentuk gabungan antara organisasi garis dan bantuan. Dengan demikian. ciri-ciri utamanya dari organisasi ini adalah, disamping seorang pimimpin menjalankan tugasnya berdasarkan kesatuan komando/perintah, juga ia selalu meminta dan menerima bantun dari para stafnya. Bantuan itu baik berupa usulan, saran, maupun pemikiran­pemikiran ten tang pemecahan masalah yang menyangkut oraganisasi tersebut.
Sementara itu memang para staf memiliki wewenang fungsional dan memberikan bantuan. advis ataupun petunjuk­petunjuk terhadap seorang pimimpin. Selaras dengan itu seorang pimpinan mempunyai wewenang untuk menentukan suatu keputusan dan kebijaksanaan dalam organisasi itu.
Bentuk organisasi ini, juga memiliki kelemahan/kerugian. dan keuntungan/kekuatan.

3.1 Kelemahan/kerugian

Kelemahan dari organisasi ini adalah memungkinkan sering timbul/te~adi perselisihan atau pertentangan. Hal tersebut sebagai akibat perbedaan paham, pemikiran dan sudut pandang, terutama antara petugas stat dan petugas komando. Hal ini selanjutnya dapat pula mengakibatkan terhambatnya aktivitas atau pelaksana suatu tugas yang harus diselesaikan. Kelemahanlkerugian itu diakibatkan oleh beberapa hal: (1) Oleh karena karyawan tidak lagi saling mengenal, maka solidaritas sukardiharapkan. (2) Oleh karena rumit dan kompleksnya susunan organisasi, koordinasi kadang-kadang sukar diterapkan.

3.2 Kekuatan/keuntungan

Keuntungannya mengakibatkan kedisiplinan dapat dipegang . teguh. Dan disertai keahlian dalam bidang masing-masing stat dapat dikembangkan. Hal-hal yang sangat penting sebagai keuntungan/kekuatan dari organisasi ini adalah: {1} Dapat digunakan oleh setiap organisasi besar, apapun tujuannya, betapapun luasnya tugasnya, dan betapapun kompleks susunan organisasinya. (2) Pengambilan keputusan yang sehat lebih mudah dapat diambil, karena adanya stat ahli. {3} Perwujudan "the right man in the right place"lebih mudah dilaksanakan.
Sebagai contoh dapat dilihat bagan: 3 di bawah ini yang menunjukkan tungsi-tungsi stat dan peranan pimpinan dalam menjalankan tugasnya pada suatu organisasi.



Bagan 4.
4. Bentuk Organisasi Fungsional

Organisasi bentuk ini dapat dikatakan sama dengan bentuk organisasi bantuan. Perbedaannya yang mencolok hanya pada arah bantuannya. Pemimpin secara komando memberikan instruksi kepada stat ahlinya yang bertanggung jawab sepenuhnya atas bidang-bidangnya. Jadi para staf tidak ditekankan untuk memberikan saran atau nasihat kepada pimpinan, akan tetapi lazimnya pimpinan yang memberikan tanggung jawab kepada para stat untuk menangani suatu peke~aan sesuai dengan keahlian stat masing-masing. Baru setelah itu para ahli tadi meneruskannya kepada kepala divisi. Oleh karena itu, organisasi ini biasanya dipakai/dipergunakan oleh perusahan atau instansi-instansi pemerintah untuk menangani proyek-proyek tertentu.
Sebagai contoh, dapat dilihat dalam bagan di bawah ini yang menunjukkan tungsis-tungsi dari para ahli untuk melaksanakan tugasnya atas perintah pucuk pimpinan terhadap kepala divisi
tertentu. Organisasi ini juga tidak luput dari berbagai kelemahanl kerugian dan keuntungan/kekuatan.

4.1 Kelemahan/kerugian

(1) Keahlian seorang pimpinan kurang terjamin. (2) Dasar kesatuan komando sulit untuk didapatkan. (3) Koordinasi sulit untuk dilaksanakan. (4) Dapat menimbulkan dispersonalisasi.

4.2 Kekuatan/keuntungan

(1) Memungkinkan perkembangan keahlian daripada para stat lebih besar, sebab ia secara khusus dan terus menerus melakukan tugas yang benar-benar bidang keahliannya, sehingga pelaksanaan peke~aan dapat berhasil dengan baik. (2) Tanggung jawab atas pekerjaan para stat dan tungsinya dapat terjamin.

5. Bentuk Organisasi Kepanitiaan (Committee)

Bentuk organisasi ini pimpinannya lebih dari satu orang (sampai beberapa orang/kolektif. Perihal segala keputusan dalam rangka menentukan arah, dan pembagian tugas dalam organisasi ini merupakan tanggung jawab bersama. Organisasi ini sama dengan organisasi lain dalam hal kerugian/kelemahan dan keuntungan/kelemahannya.

5.1 Kelemahan/kerugian

(1) Organisasi ini lebih banyak menyita waktu maupun biaya. (2) Mengemukakan untuk terjadinya kecenderungan pengelakan I pengingkaran akan tanggung jawab.

5.2 Kekuatan/Keuntungan

(1) Intormasi dan jaringan komunikasi lebih banyak, sehingga memungkinkan semakin banyak pula bahan masukan seperti ide­ide, saran-saran, usul-usul dan sebagainya yang ada hubungannya usaha pencapaian tujuan dari organisasi tersebut. (2) Berbagai pertimbangan akan banyak didapat, sehingga memungkinkan untuk mendapat suatu keputusan yang tepat, karena adanya kelompok­kelompok yang sering mengadakan perundingan (diskusi atau musyawarah)
Bentuk-bentuk organisasi yang telah dipaparkan di atas dapat dibedakan menu rut: (1) Jumlah orang yang memegang pimpinan: (a) Bentuk tunggal, dimana organisasi dipimpin oleh seorang tunggal. (b) Bentuk komisi, dimana organisasi dipimpin oleh lebih dari satu orang. (2) Menurut Iintas wewenang dan tanggung jawab serta hubungan kerja pada kesatuan dalam organisasi dua bentuk tersebut di atas dapat dibedakan atas tiga bagian, yakni: (a) Bentuk lurus. (b) Bentuk tungsional (c) Bentuk lurus dan fungsional.
Oleh karena itu, setiap bentuk organisasi memiliki beberapa prinsip sebagai berikut:
(1) Prinsip bahwa organisasi harus memiliki tujuan yang jelas. Organisasi dibentuk atau disusun atas dasar adanya tujuan.
(2) Prinsip skala hirarkhi, yakni adanya garis wewenang yang jelas dari pimpinan tingkat atas sampai pada pimpinan tingkat bawah, berarti garis pelimpahan wewenang dan garis pertanggungjawabannya akan lebih etektit. Demikian juga proses pengambilan keputusan, sistem komunikasi dan koordinasinya suatu organisasi.
(3) Prinsip kesatuan perintahl komando, bahwa seorang hanya menerima perintah dan bertanggung jawab terhadap seorang atasan saja.
(4) Prinsip pelimpahan wewenang, hal ini disebabkan seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas, dalam melaksanakan segala pekerjaannya, maka kewenangan itu harus dilimpahkan kepada pejabat-pejabat pimpinan sampai yang terendah sekalipun. Pelimpahan wewenang itu harus dapat menjamin kemampuan para pejabat tersebut untuk mencapai hasil yang diharapkan. Yang dimaksudkan dengan pelimpahan wewenang ialah wewenang para pejabat pimpinan itu untuk mengambil keputusan, mengambil keputusan terhadap orang lain, dan mengandalkan tindakan tanpa minta persetujuan terlebih dahulu kepada atasannya lagi.
(5) Prinsip pertanggungjawaban, dalam menjalankan tugasnya bawahan harus bertanggung jawab sepenuh kepada atasannya. Sekalipun demikian atasan tidak dapat menghindarkan pertanggungjawabannya atas segala kegiatan/perbuatan yang dilakukan oleh bawahannya.
(6) Prinsip pembagian pekerjaan, pembagian pekerjaan timbul disebabkan bahwa seseorang mempunyai kemampuan terbatas untuk melakukan segala macam pekerjaaan. Oleh karena itu, pembpgian pekerjaan berarti bahwa kegiatan-kegiatan dalam melakukan pekerkaan harus dikhususkan secara sempuma (spesialisasi). Kegiatan-kegiatan itu harus jelas ditentukan dan dikelompokkan agar lebih efektif dalam meneapai tujuan organisasi.
(7) Prinsip jenjang/rentang pengendalian, jenjang rentang pengendalian artinya bahwa jumlah bawahan yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi seeara rasional, karena itu tingkat-tingkat kewenangan harus dibatasi seminim mungkin, agar biaya overhead dapat ditekan serendah mungkin. Sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi. Misalnya, (a) Rentang pengendalian yang sempit, yakni apabila jumlah bawahan yang harus dikendalikan itu relatif keeil (4-8 orang). (b) Rentang pengendalian yang luas, yakni apabila jumlah bawahan yang dikendalikan oleh seorang atasan relatif lebih besar (8-15 orang).
(8) Prinsip fungsional, bahwa seorang dalam organisasi seeara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan ke~a serta tanggung jawabnya dalam usaha meneapai tujuan organisasi.
(9) Prinsip pemisahan, bahwa beban tugas peke~aan seorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.
(10) Prinsip Keseimbangan, keseimbangan antar struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Keseimbangan antara beban tugas pekerjaan dengan fungsi-fungsi manager. Dalam prakteknya keseimbangan itu mungkin tejadi pada bidang-bidang tertentu, misalnya: pada struktur organisasi, yakni apabila jenjang/rentang pengendalian (span of contrail) tidak efisien, karena komunikasi yang luas tidak efisien, dan sebagainya.
(11) Prinsip f1eksibilitas, suatu pertumbuhan dan perkembangan organisasi (menyusun kembali) harus disesuaikan dengan perubahan dan dinamika organisasi itu, sebab jika tidak dapat menyesuaikan, maka organisasi itu tidak dapat menuju tujuannya. Oleh karena itu, diperlukan reorganisasi, karena mungkin perubahan pimpinannya, perubahan penggunaan metode dan prosedumya, mung kin juga tidak sesuai lagi dengan tugasnya, sehingga harus disesuaikan dengan tugasnya yang baru.

6. Bentuk Organisasi Gereja

Sebagaimana tubuh organisasi umumnya terdapat berbagai bentuk struktur organisasi, demikian pula di dalam tubuh Organisasi gereja terdapat berbagai bentuk struktur organisasi. Oleh karena itu, penulis mengutarakan beberapa bentuk organisasi yang terdapat di kalangan gereja maupun di dalam Alkitab.



6.1. Bentuk Papal


Didalam organisasi bentuk papal, kepemimpinan disusun menurut anak tangga. Susunan serupa dinamakan hirarkhi. Pada hakekatnya sarna dengan organisasi (biasa) yang disebut Struktur liniar. Bentuk organisasi gereja yang disebut papal ini dianut oleh gereja Katolik Roma.

6.2.Bentuk Episkopal

Di dalam episkopal setiap gembala (pendeta) disebut uskup. Para uskup (yang lebih terkenal dengan sebutan para Bishop) memegang pimpinan dan pemerintahan atas gereja seeara keseluruhan sedangkan seorang uskup memegang pimpinan dan pemerintahan atas suatu daerah.

6.3. Bentuk Kongregasional

Bentuk gereja dengan sistim kongregasional adalah menempatkan gereja lokal seeara independen. Dan jabatan gerejawi dalam jemaat adalah jabatan yang mewakili jemaat. Bentuk organisasi Kongregasional yang juga disebut organisasi independen ini memberi wewenang penuh pada anggota jemaat. Di dalam segala hal, baik pemilihan majelis, kebutuhan gereja, pemanggilan pendeta dan lain-lain ditentukan oleh rapat jemaat. Tugas pokok pendeta adalah kegiatan rohani, an tara lain:
mengabarkan Injil, memimpin sakramen. Sedangkan para majelis bertugas sebagai Badan Pembantu Pendeta dalam bidang administrasi dan hal-hallain yang tidak atau kurang dijangkau oleh
pendeta.

6.4. Bentuk Presbiterial Sinodal

Dalam bentuk organisasi gereja Presbyterial Sinodal, maka Pres­byter (tua-tua) gereja tergabung menjadi majelis jemaat bersama­sarna memimpin dan memerintah jemaat setempat (Iokal). Pres­byter (majelis jemaat) berjalan bersama-sama dalam sinode. Bentuk organisasi ini, bukan saja menghormati pendeta dan juga menghargai pemimpin-pamimpin rohani. Oi dalam kepemimpinan sebagai jemaat awam diikutsertakan dengan lebih dulu dilantik. Sebagai penatua gereja, mereka bersama-sama dengan pendeta mengatur roda kehidupan pendeta . Pada umumnya gereja di In­donesia yang sudah mengkombinasi struktur organisasi, menyebut penatua ini sabagai majelis. Jika jemaat ini sudah berkembang, sehingga menjadi beberapa atau puluhan gereja, maka mereka mendidrikan suatu wadah yang dinamakan sinode. Melalui sidang sinode ini, mereka secara periodik bertemu. Oalam sinode ini akan menghasilkan keputusan-keputusan penting yang akan menentukan arah gereja.


7. Bentuk Organisasi Jaman Musa

Pada jaman Perjanjian Lama, bentuk organisasi yang ter1ihat, khususnya pada zaman Musa adalah sebagai berikut: Pada mulanya sebelum ada usul dari mertuanya Musa yang bemama Vitro, maka organisasi mereka berbentuk organisasi Iiniar. Oleh karena Allah yang memegang pimpinan tertinggi, kemudian Musa, dan selanjutnya orang Israel. Hal ini dapat diperhatikan dalam bagan ini.

ALLAH
MUSA
UMAT ISRAEL
Bagan 5.

Akan tetapi struktur ini, kemudian mengalami perubahan, karena dinilai oleh Vitro kurang relevan untuk suatu organisasi yang begitu besar dan luas. Oleh karena itu, ia mengusulkan perubahan dan usul ini diterima Musa dan organisasi mereka berbentuk sebagai berikut, Allah tetap sebagai pimpinan teratas, kemudian Musa dan selanjutnya pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang, pemimpin sepuluh orang dan terakhir adalah pribadi-pribadi. Dengan demikian, terlihat bahwa Allah secara langsung memberi komando dan tugas kepada Musa. Kemudian Musa melanjut kepada pemimpin seribu orang dan pemimpin seribu kepada pemimpin seratus orang dan sterusnya serta berakhir pada pribadi-pribadi. Pertanggungan-jawab diberikan dari tingkat bawah sampai ketingkat atas (Keluaran 18:13-26).
Dengan melihat perubahan ini, maka struktur organisasi yang permulaannya berbentuk Liniar, kemudian menjadi bentuk Liniar



ALLAH
MUSA
PEMIMPIN SERIBU ORANG
PEMIMPIN SERATUS ORANG
PEMIMPIN LIMA PULUH ORANG
PEMIMPIN SEPULUH ORANG
UMAT ISRAEL
Bagan 6.


6.Bentuk Organisasi Gereja Permulaan

Sesudah Pentakosta, yakni turunnya Oknum Ketiga dari Al­lah Tritunggal, Roh Kudus, maka mulailah gereja berkembang. Pada mulanya struktur organisasi mereka meniru perjanjian Lama, yakni struktur organisasi Liniar.





Bagan: 7.

Dengan kemajuan-kemajuan pesat yang dicapai oleh gereja, maka jemaat mulai diperhadapkan pada masalah-masalah yang kompleks. Struktur organisasi di atas, sudah mulai tidak relevan lagi, karena tidak dapat mencukupi kebutuhan. Oleh karena asal mula perubahan bentuk organisasi, disebabkan timbulnya masalah yang kompleks. Orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, bersungut-sungut terhadap orang Yahudi yang berbahasa Ibrani, karena mereka merasakan kebutuhan janda-janda dari golongan mereka tidak diperhatikan. Untuk mengatasi permasalahan yan dapat menjurus kepada perpecahan ini, dan juga agar tugas pokok mereka, yakni mengabarkan Injil dan doa tidak terbengkalai, mak para rasul memutuskan untuk mengangkat tujuh orang penatllli agar membantu mereka dibidang pelayanan sosial (Kis. 6:1-'1) Dengan pengangkatan tersebut, maka terjadilah perubahan struktur organisasi
Allah tetap memegang pimpinan tertinggi, dalam pengelolahan pelayanan, Allah dibantu oleh para rasul di bidang pelayanan rohani dan para penatua di bidang pelayanan sosial. Dengan te~adinya perubahan ini, maka struktur organisasi yang semula berbentuk Liniar, kemudian berbentuk Liniar dan Stat.


Bagan:8a


Bagan:8b

Dalam Kisah Para Rasul 1:8 dinyatakan, "Kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi", Perkataan yang diucapkan Tuhan Yesus , menjelang Ia naik ke Sorga, menunjukkan bahwa Injil akan terus berkesinambungan, bahkan tidak putus-putusnya akan diberikan. Dengan kata lain, bahwajemaatTuhan akan terus berkembang. Perkataan Tuhan Yesus memang terbukti dengan kemajuan-kemajuan yang dialami gereja pada abad pertama. Perkembangan jemaat bukan saja terjadi di tanah Palestina, Asia keeil dan juga Benua Eropa. Dengan kemajuan-kemajuan yang dieapai ini, maka dengan sendirinya ruang Iingkup kegiatan organisasi makin hari makin luas. Dengan luasnya ruang lingkup organisasi, maka struktur organisasi, di tingkat antar gereja mengalami perubahan. Hal ini terti hat pada Kisah Para RasuI15:1­21. Kelihatannya gereja-gereja pada waktu itu, telah membentuk satu wadah persekutuan antargereja (sinode) yang berkedudukan di Yerusalem. Dan pengurus Sinode terdiri dari Para Rasul, Para penatua yang diketuai oleh Yakobus. Struktur organisasi yang semula berbentuk Liniar dan Staf berubah menjadi bentuk Organisasi Fungsional.










MAJELIS
JEMAAT



Pertu dipahami yang dimaksudkan dengan jemaat, adalah gereja-gereja yang berada di Palestina. Asia keeil dan Eropa. Persidangan Sinode adalah pertemuan dari wakil-wakil gereja. Badan Pengurus Sinode terdiri dari Yakobus sebagai ketua dan para rasul dan para penatua sebagai anggotanya. Struktur










ADMINISTASI YANG TELITI ADALAH
SYARAT BAGI KEHIDUPAN JEMAAT YANG SEHAT
KARENA MENDAMBAKAN KESERASIHAN DAN KETERTIAN!








ARTI KATA ADMINISTRASI:

Kata administrasi berasal dari akar kata administer yang diambil dari bahasa Latin administrare dan secara harfiah berarti melayani








Jadi, PENGERTIAN administrasi gereja adalah alat untuk melayani gereja, agar tujuan gereja tercapai dengan baik.

TUJUAN administrasi gereja adalah agar segala sesuatu dalam gereja Kristus berlangsung dengan sopan dan teratur; berjalan dengan efektif dan efisien bagi kemulian Allah.



Oleh sebab itu perlu ada peraturan mengenai:
Jabatan-Jabatan dalam gereja
Rapat-Rapat
Pengawasan Ajaran dan Ibadah-Ibadah
Sistem administrasi gereja.
Disiplin gereja.




Dimana kita mengetahui semuanya itu?

Bukalah Dokumen/Buku Pedoman Pelayanan gereja:
AD dan ART
Buku Peraturan Gereja
Buku Sistim Administrasi Gereja
Hal-hal mana yang bagian dari administrasi gereja?

Surat-Surat
Arsip
Buku Kas
Nutulen
Buku Induk Jemaat
Buku Baptisan
Membuat Statistik Jemaat
Membuat Bagan/Struktur Organisasi jemaaat
Kartu Keluarga Anggota Jemaat (KKAJ)
Surat-Surat Penting lainnya adalah:
1. Setifikat Tanah
2. SK pendirian lembaga
3. Surat Baptisan
4. Surat Nikah
5. Surat Penyerahan Anak
6. Surat Keterangan Pindah
7. Surat Lisensi
8. Surat Pengantar
9. Surat Rekomendasi
10. Surat Pernyataan
11. Surat Penghargaan
12. Surat Disiplin
13. Surat Pengunduran diri

ADMINISTRASI DI SORGA SANGAT RAPI DAN TERTATA DENGAN BAIK




MENJAGA DAN MENGISI DAFTAR ANGGOTA GEREJA SERTA MENULIS SURAT-SURAT KESAKSIAN

Majelis gereja bertanggungjawab mengadministrasikan semua daftar anggota dengan data-data lengkap.

Majelis gereja memperhatikan supaya tugas itu terlaksanakan dengan saksama. Kita tahu, TUHAN menuliskan semua nama orang pilihan dalam kitab kehidupan (Wahyu 20:12), jadi di surga juga ada administrasi yang tertata rapi. Tapi di dunia kita bertanggung jawab menjaga gereja supaya semuanya berjalan teratur dan rapi. Daftar anggotaf anggota harus diatur baik, supaya generasi yang akan datang mewarisi data-data yang lengkap tentang semua orang yang dibaptis, dan semua anggota jemaat. Jangan andalkan ingatan manusiawi! Harus ada daftar yang tertulis!
Itu sebabnya, hahwa pada umumnya digunakan:

BUKU DATA UMUM , BAPTISAN DAN KARTU ANGGOTA JEMAAT

1 komentar:

gardenorlabarbera mengatakan...

Playtech casino games for real money now - jtmhub.com
The game is 군산 출장안마 simple to play, and you can play without any registration, 밀양 출장샵 and just do it quickly. The software is 군포 출장샵 simple to play 목포 출장안마 and 광양 출장샵